part 45

539 24 0
                                    

Author POV

Hari sudah pagi, matahari pun sudah menampakkan dirinya, Ria sudah siap siap untuk berangkat sekolah.

"Bi, Harris udah bangun belum bi," tanya Ria pada bi Sri yang sedang menyiapkan sarapan.

"Kayaknya belum non, biasanya den Harris kalo jam segini belum bangun," jawab bi Sri dengan sopan.

"Ealah tu bocah emang kebo yaa," ucap Ria berkacak pinggang.

"Tenang bi biar Ria yang bangunin," ucap Ria sambil melenggang pergi ke kamar Harris.

"HARRIS BANGUUN UDAH SIANG, LU MAU BERANGKAT SEKOLAH KAGAK OYYY," teriak Ria di luar kamar Harris. Karena tak ada jawab Ria menyelonong masuk ke kamar Harris.

Ria langsung kaget melihat wajah Harris yang sangat pucat pasi disertai darah kental yang keluar dari lubang hidungnya.

"Ris, lu kenapa Ris, bangun Ris," ucap Ria panik sambil mengguncangkan tubuh Harris.

"Tangan lu kenapa dingin banget Ris," ucap Ria yang sudah mengeluarkan air mata.

"Ada apa non," tanya bi Sri yang mengetahui Ria sedang nangis.

"Bi Harris bi Harris," ucap Ria sambil menangis.

"Assatagfirullah aden, aden kenapa ini non," ucap bi Sri panik.

"Tadi waktu Ria mau bangunin Harris, Harris udah kek gini bi," jawab Ria di sela isak tangisnya.

"Yaudah non, lebih baik kita bawa ke rumah sakit cepat," ucap bi Sri.

Harris pun di bawa ke rumah sakit Medika dengan ambulane yang sudah di pesan Ria.

"Gimana keadaan sodara saya dok," tanya Ria pada dokter Rian.

"Penyakit yang Harris derita sudah parah, kankernya sudah mulai menyebar, jika dilakukan tindakan operasi, belum tentu operasi bisa berhasil dan Harris bisa hidup normal. Ada dua kemungkinan
Jika operasi lancar, Harris bisa amnesia, karena yang terserang adalah otaknya, tapi jika operasi gagal bisa menyebabkan kematian," jelas dokter Rian panjang lebar.

"Apa nggak ada cara lain dok?" tanya Ria.

"Nggak ada, tapi kalau nggak melakukan operasi, hidup Harris tidak akan lama lagi," ucap dokter Rian.

"Yaudah saya izin dulu, masih banyak pasien yang belum saya tangani, permisi," ucap dokter Rian.

Ria mematung mendengar semua yang telah diucapkan dokter Rian..

Sudah 5 jam Harris pingsan, akhirnya Harris pun sadar.

"Kok gua ada di rumah sakit," ucap Harris bingung.

"Ehh Yak lu kok nggak sekolah," tanya Harris.

"Ris, hiks..hiks...," ucap Ria di iringi tangis.

"Kenapa Yak," tanya Harris heran.

"Ris, pilihan ada ditangan lu, lu mau dioperasi atau nggak," tanya Ria.

"Emang gua kenapa Yak," tanya Haris.

"Penyakit lu sudah parah Ris," ucap Ria tak tega.

"Ooo," jawab Harris santai.

"Kok lu malah biasa aja Ris, tenang tenang aja, ini itu keadaan darurat Ris," ucap Ria.

"Tenang Yak gua yang sakit kenapa lu yang ribet," ucap Harris diiringi senyum miris.

"Ris...," ucap Ria terpotong.

"Lu nggak usah khawatir Yak gua yakin semuanya ada ditangan yang maha kuasa, kita hanya jalani dan berusaha semampu kita, jadi gua yakin apa yang terjadi pada gua, mungkin ini emang yang terbaik bagi gua, Tuhan adil kok," ucap Harris tenang tapi menyimpan sejuta kepiluan.

IL(H)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang