part 56

541 28 1
                                    

Author POV

Mereka sudah sampai dirumah sakit bersama kak Zidan juga.
Melihat Harris terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan alat medis yang menempel di tubuh Harris.

Semunya memandang Harris sendu. Bintang hanya terisak melihat keadaan Harris sekarang.

"Maafin gue Ris pernah nonjok lo, gue waktu itu emosi, cepet sembuh Ris," ucap kak Zi.

Semuanya hening hanya suara dentuman jantung yang terdengar.

Bintang tersenyum getir.
"Liat Ris, gue gak nangis kan? Lo kan udah pernah bilang kalo gue gak boleh nangis karna lo," ucap Bintang dengan senyum getir menahan tangis.

"Ohh ya Bin, ini ada surat dari Harris, yang udah ditulis sebelum dia koma selama sebulan lebih ini."

"Makasih Yak."

Bintang membuka perlahan surat dari Harris.

Untuk Bintang Kejora
Bintang dihati gue.

Hai :)
Masih marah kah sama gue?
Gue bingung mau jelasinnya gimana. Intinya gue minta maaf udah buat lo sakit hati dan buat lo nangis karna gue, maaf.
Gue harap lo senyum terus walau tanpa gue. Lo kalo senyum cantik jan sia sia in pemberian tuhan oke? gue emang bukan cowo romantis bukan juga cowo humoris, gue cuma cowo dingin yang jarang ngomong sering buat lo kesel, buat lo darah tinggi, gue juga gak bisa bikin kata kata romantis, tapi yang jelas gue baru pertama kali merasakan jatuh cinta. Gue jatuh cinta sama lo. Gue sayang sama lo. Mungkin sekarang gue udah gak bisa jaga lo lagi, tapi lo harus janji. Jangan sedih atau pun nangis karna gue.
Cuma itu. Bahagia lo bahagianya gue juga. Jaga diri lo baik baik. Sampein maaf gue juga ke kak Zidan udah bikin adeknya nangis.

Terimakasih untuk selama ini

Harris Vero Putra


Bintang tersenyum getir membaca surat pemberian Harris. Ia mengusap rambut Harris lembut, menelusuri setiap inci wajah Harris yang terbilang sempurna, alis tebalnya, rahang yang kokoh, dan kulit yang halus. Mata nya senantiasa terpejam. Seakan sulit untuk membuka.

"Ris, cepet sadar," lirih Bintang.

"Udah Bin, udah malem yok pulang," ajak kak Zi.

Udah dua bulan Harris koma, dia bernapas dengan bantuan alat medis, Ria, Bintang, HARD hampir setiap hari menjenguk Harris.

"Bin, yang semangat dong, Harris bakal sedih kalo liat cewe yang dia cinta gak mau makan," ucap Sesil.

"Gue gak laper Sil."

"Tapi lo harus makan, minumlah paling nggak," ucap Kiran.

"Hem... minum aja deh, yaodah yok ke kantin."

Semenjak mengetahui semuanya Bintang jarang ke kantin, dia lebih sering berdiam diri di taman belakang sekolah.

"Gak ada Harris sepi," ucap Angga.

"Iya, walaupun dia hanya diem tapi tetep aja berpengaruh," ucap Randy.

"Dia kan yang buat grub HARD yaa sangat berpengaruhlah, gimana pun dia yang ngebimbing kita," ucap Dino.

"Jadi kangen Harris," ucap Bintang.

"Kita kita juga kangen Bin," Randy

"Gimana kalo kita jenguk lagi aja bareng, nemenin Ria," ucap Sesil.

"Setuju."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Ria.

"Eh kalian, tumben barengan kek gini."

"Kali kali biar seru," ucap Angga.

"Iyain."

"Gimana perkembangan Harris?" tanya Bintang.

"Ya gini gini aja gak ada perkembangan," jawab Ria sendu.

"Assalamualikum."

"Waalaikumsalam."

"Ehh bibi, sini bi masuk."

"Iya, ini makanan buan non Ria."

"Makasih bi."

Mereka pun berbincang seakan akan Harris itu sadar.

"Ris, masa Bintangnya di anggurin," canda Angga.

"Aku aja di jerukin apalagi kao."

"Ihh apaan sih gaje."

Canda tawa mereka memenuhi ruangan bi Sri hanya tersenyum simple. Tanpa di sadar Harris membuka matanya. Haris sadar...

"Harris?" ucap mereka serempak
Harris yang sedang memgumpulkan tenaga sambil mengerjabkan matanya berkali kali.

"Panggil dokter," ucap Ria.

"Gak usah Tak," ucap Harris lemah.

"Tapi...."

"Gue cuma mau bilang sebentar."

"Bi Sri...." panggil Harris.

"Iya den."

"Makasih ya bi selama ini bibi yang membesarkan Harris dari kecil sampe sekarang, mengajarkan Harris kebaikan, mengambil rapot Harris, mengajari Harris solat dan semua semua kebaikan yang telah bibi berikan ke Harris, maaf kalo Harris gak bisa ngebales kebaikan bibi."

"Aden jan ngomong gitu, bibi seneng bisa merawat aden, aden selalu buat bibi bangga dengan prestasi dan kekuatan yang aden punya, bibi seneng aden tumbuh jadi anak soleh."

"Makasih bi"

"Iya den."

"Yak makasih buat semuanya, lo emang the best kakakable banget, gue bangga punya sodara kek lo, jangan benci sama Harry oke? gue yakin semua pada maafin gue karna lo, lo udah bantu gue, lo selalu bantu gue, tapi maaf gue gak bisa membalas semua kebaikan yang selama ini lo lakuin buat gue, makasi sepupu gue."

"Lo jangan ngomong seolah olah lo mah pergi Ris, pliis lo harus kuat," Harris hanya tersenyum simpul.

"Hai Bin"

"Hai."

"Gue cinta sama lo, maaf gue gak bisa jaga lo lagi, maaf juga kalo gue pernah bikin lo nangis," Harris menyentuh tangan Bintang sambil sesekali mengusapnya dengan lembut.

"Jaga diri lo baik baik."

"Hai, kalian lelaki jantan anggota HARD, jaga cewe lo jangan kecewain mereka, jaga juga Bintangnya gue sama sepupu gue."

"Pasti Ris."

"Yak."

"Apa Ris," Haris mengambil surat yang ada di laci. menyerahkan nya ke Ria.

"Tolong kasih surat ini ke bokap, nyokap sama Harry."

"Iya Ris,gue mohon jaga diri kalian baik baik jangan kecewain gue, gue ada di diri kalian semua."

"Pliis Ris omongan lo jangan ngalantur," Harris pun hanya tersenyum kembali.

'Tolong panggilkan dokter Ryan," ucap Harris.

Dokter Ryan pun dateng.

"Dok makasih sudah merawat saya selama saya sakit."

"Ini sudah tugas dokter, kamu itu orang yg kuat, kamu pasti bisa bertahan."

"Orang kuat tidak selamanya kuat, dan orang sabar tidak selamanya sabar dok."

"Iya, makasih juga Ris, dari kamu dokter banyak belajar apa artinya kesabaran, ketabahan, keikhlasan."

"Sama sama dok."

"Makasih semua."

Tiiiiiiiiiinnnnn....bunyi detak jantung Harris berhenti, dokter Ryan berusaha semampunya untuk menolong Harris.

"Maaf...."

*****

Part selanjutnya ending.
Sad or happy?

IL(H)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang