Jennie terdiam di apartemennya. Pagi ini, ia sudah mandi sebanyak 3 kali. Tak peduli mau berapa kali wanita itu mandi, aroma pria itu masih menempel di kulitnya. Ini membuat Jennie sangat frustasi. She still cant believe that she let herself caught off guard by letting him made love with her last night.
Jennie mencari-cari dimana obat penenangnya. No no no, dia lebih baik bunuh diri daripada hidup tanpa obat itu. Jennie terduduk di sudut apartemennya, menangis. Dia tak tahu harus bagaimana lagi agar di tak mencium aroma pria itu di tubuhnya. Dia benci keadaan ini. Jennie hanya bisa menangis saat ini. Dia tak tahu sampai kapan.
Setelah berjam-jam menangis, Jennie tergeletak tak sadarkan diri di apartemennya sendirian.
Jika bukan Jiyong yang memaksa mendobrak pintu apartemennya saat tak ada reaksi jennie yang sudah pingsan. Awalnya Jiyong akan mengajak adiknya itu untuk makan malam. Tetapi yang ia temukan adalah orang yang ia sayangi sedang tak sadarkan diri.
Jennie sudah tak sadarkan diri lebih dari 18 jam. Jiyong sudah meminta bantuan dokter kepercayaannya dan hasilnya adalah Jennie pingsan karena tekanan mental yang tinggi. Jiyong tidak tahu apa yang membuat Jennie sampai bisa seperti ini karena semalam ia begitu ceria dan semangat.
Pukul 8 malam, akhirnya Jennie membuka matanya. Dia berada di kasur apartemennya. Jiyong yang melihat gadisnya akhirnya sadar diri langsung memeluknya erat.
"Oppa... sedang apa disini?" rintih jennie
"Aku tak tahu apa yang terjadi padamu, baby girl. Tapi tolong jangan lakukan ini lagi. You can call me whenever you want. Tell me about your nightmares, problems and everything. You can share em with me, Jennie." Jiyong berusaha untuk tetap tersenyum di hadapan gadis kecilnya.
"Oppa... I feel like dying.. please help me.." Air mata yang ia tahan selama ini akhirnya terbebaskan.
Malam itu, setelah Jennie menceritakan segala kekhawatirannya pada Jiyong, ia merasa lebih baik. Jennie kembali beristirahat. Wanita malang itu terlalu letih untuk beranjak dari kasurnya.
Jiyong yang selama ini menahan amarahnya langsung meninggalkan Jennie saat ia sudah tertidur. Jiyong mempercepat langkahnya menuju sebuah ruang studio di YG. Dengan amarah yang menggebu-gebu, jiyong mendobrag sebuah pintu. Mata elangnya mencari sasaran yang ia tunggu-tunggu. Jiyong mendorong seseorang hingga ia menabrak tembok.
"Hyung.. apa yang sedang kau lakukan disini??" terdengar suara seseorang yang kesakitan.
"Apakah yang barusan itu sakit bagimu?! Hah?! Apakah kau sadar hal yang kau lakukan pada Jennie kemarin malam sudah membuat Jennie depresi hingga tak sadarkan diri di apartemennya?!" Jiyong sudah tidak bisa menahan amarahnya. "Dengar, Hanbin. Aku tak peduli dengan skill mu atau apapun itu, tapi jika kau membuat Jennie kesakitan lagi, dapat kupastikan kau akan ditendang dari industry ini!" Jiyong meninggalkan studio itu lalu membanting pintu di belakangnya.
Hanbin masih terdiam di lantai studio setelah kejadian itu. Ia mengingat kembali apa yang terjadi semalam.
Flashback
"No, don't make love to me. Please don't." Rintih Jennie. Namun yang dilakukan hanbin adalah kebalikannya dan Jennie paham betul ini bukan yang ia inginkan. Lebih tepatnya ini adalah hal yang wanita itu paling benci. Hanbin mengecup setiap tetesan air mata di pipi Jennie. Hati wanita itu remuk.
Mimpi buruk kembali menghantui Jennie dalam tidurnya. Malam itu, Jennie kembali bertemu dengan masa lalunya. Neraka yang menjadi bayangan dirinya selama 10 tahun.
Jennie menatap seorang gadis kecil dalam mimpinya. Gadis itu adalah dirinya sendiri, 10 tahun yang lalu. Nini kecil yang sedang membenamkan dirinya dalam bak mandi yang penuh dengan darah.
Jennie memaksakan dirinya untuk keluar dari mimpi buruknya. Ia tak perlu tahu apa yang akan terjadi setelah itu. Sekujur tubuh wanita itu basah karena keringat dan air mata. Tidak, tidak dengan mimpi yang sama. Ia sudah muak dengan mimpi buruk yang berulang-ulang menghantuinya.
Jennie bergegas bangun dan mandi. Wanita itu harus meluapkan amarahnya tidak peduli jika jam sudah menunjukkan angka 2. Jennie mengemudikan mobilnya menyusuri kota Seoul di saat pagi-pagi buta. Wanita itu bergegas memasuki bangunan YG entertainment mencari seseorang.
'Kim Hanbin.. Kim Hanbin' Jennie mengulang-ulang nama pria itu bagaikan mantranya. Wanita itu yakin Hanbin ada di studio saat ini, karena ia paham betul apa yang Jiyong lakukan saat subuh. Jennie mengetahui identitas Hanbin saat ia bercerita dan menanyakan siapa pria itu pada Jiyong. 'Kim Hanbin. You have to pay your sin.' Ucap Jennie saat ia menemukan ruangan yang ia cari-cari.
Jennie melangkahkan kakinya memasuki studio itu. Dilihatnya seorang pria sedang tenggelam dalam pekerjaannya. Hanbin mengusap punggung lehernya saat ia mendengar pintu yang terbuka. Ia sudah sangat siap untuk mengumpat karena pria itu sangat benci saat ia merasa terganggu. Hanbin memutarkan kursinya sambil membentak. "Now what!" Ia tak tahu ada seseorang yang tak kalah marahnya dengan dirinya saat ini.
"Surprised?" Jennie tersenyum sinis sambilmenatap Hanbin di depannya. Jennie perlahan maju menghampiri Hanbin. Wanita itumeletakkan kedua tangannya di lengan kursi Hanbin. "Dengar, kau harus membayardosamu padaku." Ucap Jennie. Hanbin hanya terdiam sambil menatap kedua bolamata wanita di depannya. Dia paham betul, kedua bola mata itu berbeda denganyang ia tatap kemarin malam. Hanbin bisa merasakan amarah Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTI HEROINE - Kim Hanbin / Jennie Kim (21+)
FanfictionJennie Kim memang bukan pemeran utama dalam pertunjukan hidup seorang Kim Hanbin. Dia hanyalah pemeran sampingan namun tanpa ia ketahui perlahan menjadi seorang antagonis.