Jantung Hanbin hampir saja melompat keluar dari tubuhnya saat ia mendengar suara Jennie.
"Sleep." Ulang Jennie untuk kedua kalinya.
"Aku masih ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan." Hanbin berusaha untuk mengelak.
"For fuck sake, sleep Hanbin. Kau hanya perlu berbaring di sampingku lalu menutup kedua matamu." Kini Jennie membuka kedua matanya.
"Lalu kau akan membunuhku saat aku tertidur?"
"Oh I wish you don't look this hot so I can kill you in your sleep, darling. Tidurlah."
Hanbin berbaring di samping Jennie. Kedua mata mereka bertemu. "Apa yang ada di dalam otakmu, Jennie Kim?"
"Tidak ada."
"Kemarin subuh kau datang ke studioku dengan amarah yang menggebu-gebu dan sekarang kau menyuruhku untuk berbaring di sampingmu. Apa yang kau inginkan?" tanya Hanbin yang terdengar frustasi.
Jemari Jennie menyentuh wajah Hanbin. "Aku tak pernah bilang kalau aku membencimu. In fact aku sangat tertarik padamu." Hanbin menaikkan alisnya, ia terkejut dengan apa yang dikatakan Jennie. "But if you treat me with so much care, you will only hurt us in the end. Can we just do what lovers do? minus the love."
"Apa maumu, Jennie?" tanya Hanbin dengan pasrah.
"Dengar, aku tidak bodoh untuk tidak menyadari kalau kita sama-sama tertarik satu sama lain. Aku, tidak punya waktu untuk komitmen. Kamu, tidak bisa berkomitmen karena kontrakmu dan tidak punya kesempatan untuk bersenang-senang. Aku bisa berikan waktu bersenang-senang tanpa komitmen. Bukankah kita sangat cocok? Let's just do what lovers do, minus the love, Hanbin."
Hanbin masih terdiam.
"You don't have to answer this right now." Jennie menguap. "Aku terlalu mengantuk. Jadi biarkan aku tidur. Good night Hanbin."
Keheningan mengisi ruangan.
Jennie menutup jarak antara dirinya dan Hanbin. "Tidur, Hanbin. Aku bisa mendengar bunyi roda yang berputar di dalam kepalamu." Bisik Jennie.
Hanbin akhirnya memutuskan untuk tidur.
Pagi itu, Jennie harus bergegas untuk meninggalkan apartemen Hanbin. Ia lupa kalau ia memiliki meeting pertamanya dengan team barunya di YG. Jennie berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun, ia tak ingin membangunkan Hanbin.
Usaha Jennie nampaknya sia-sia karena Hanbin terbangun dari tidurnya.
"Kau mau pergi kemana?" tanya Hanbin dengan suara seraknya. Pria itu duduk di atas kasurnya dan masih memejamkan matanya. Jennie tak bisa menahan senyumnya saat ia melihat rambut berantakan Hanbin pagi ini.
"Pulang? Tentu saja. Aku harus pulang sekarang." Jawab Jennie.
"Harus saat ini juga?" tanya Hanbin memelas.
Jennie menganggukkan kepalanya. "Aku ada meeting jam 10, Hanbin. Aku harus pulang."
Hanbin menatap jam dinding di kamarnya dan mengendus pelan. "Sekarang jam setengah 8 pagi, Jennie." Erang Hanbin pelan.
"Aku harus mandi, aku harus sarapan dan aku tak mau terlambat. Aku pergi."
"Tapi kau bisa mandi di sini...." Hanbin berusaha bernegosiasi dengan Jennie.
"Kau tak mengerti Hanbin. Aku bisa saja mandi di apartemenmu tapi aku butuh pakaian bersih untuk meeting. Kamu kenapa sih?" Jennie terdengar kesal karena Hanbin yang masih memaksa dirinya untuk tinggal.
"Kupikir kau ingin kita melakukan hal-hal yang pasangan biasa lakukan?" tanya Hanbin.
Jennie membelalakkan kedua matanya. "Secepat ini?!"
"Kau bisa mandi di apartemenku. Kau bisa menggunakan bajuku. Kau bisa mengganti celana dalammu dengan boxerku. Kau bisa menggunakan kausku dan melapisinya dengan hoodieku kalau kau tak ingin orang-orang tahu kau tak menggunakan bra. Kita bisa sarapan bersama pagi ini. Kita bisa pergi ke YG bersama-sama juga." Jennie masih melongo mendengar penjelasan panjang lebar Hanbin. Hanbin berdiri dan berjalan menghampiri Jennie. "Tapi sebelum kita melakukan semua itu. Aku ingin memastikan satu hal." Ucap Hanbin sebelum ia meraup bibir mungil Jennie. Jennie tersentak. Ia masih belum terbiasa dengan perubahan Hanbin dalam satu malam. Hanbin tersenyum disela-sela ciuman mereka saat ia merasakan bibir Jennie yang sangat ia rindukan. Jennie melepaskan dirinya dari Hanbin.
"Memastikan apa?" tanya Jennie sambil menggigiti bibirnya yang berkedut karena ciuman Hanbin.
"Kalau kau benar-benar Jennie." Hanbin tersenyum.
"Berhenti tersenyum padaku. Di mana kamar mandimu?" Jennie berusaha untuk merubah topic mereka pagi ini.
"I just can't help it." Jawab Hanbin sambil tersenyum dan mengendikkan bahunya.
Jennie Kim dengan sweater hitam terbesar yang Hanbin miliki, sedang menyiapkan sarapan simple di dapur Hanbin. Hanbin tersenyum, ia tak menyangka semua hal tentangnya dan Jennie berubah dalam 2 malam. Hanbin tidak peduli dengan konsekuensi yang ia harus hadapi karena hubungan abu-abunya dengan Jennie. Jika ia sedang melakukan sesuatu yang buruk, ia bersyukur ia melakukannya bersama dengan Jennie Kim.
"Berhenti menatapku. Aku hanya memasak omelet. Tidak ada yang special, Hanbin."
"Tapi kau adalah Jennie Kim. Kalau aku melewatkan pemandangan seperti ini maka aku adalah pria terbodoh di dunia ini."
"Memangnya siapa Jennie Kim?" Jennie bertanya dengan penasaran. "Kau bahkan tak tahu apapun tentang Jennie Kim, Hanbin."
"Yang perlu aku ketahui adalah, kamu adalah Jennie Kim, wanita yang bangun di kasurku pagi ini, mandi dengan sabunku, memakai bajuku, memasak sarapan untuk kita di dapurku. Cukup banyak kan?" jawab Hanbin dengan tenang.
"You're good with words, Hanbin. Sekarang aku tahu kenapa kau memiliki banyak penggemar."
"I just have to make you as one of them."
"Oh Hanbin, aku sudah menjadi penggemarmu malam itu. Kau hanya perlu terus bersikap manis padaku seperti yang kau lakukan pada penggemarmu."
"Tapi Kim Hanbin lebih dari pria bermulut manis itu."
"Begitu juga dengan Jennie Kim. Aku tak perlu tahu tentang dirimu yang sebenarnya, kau tak perlu tahu tentang diriku yang sebenarnya. Enjoy this relationship while it lasts, Hanbin. This ride will be short and sweet." Jennie meletakkan alat makannya dan menatap Hanbin yang tertunduk.
"Oh don't be sad, Hanbin. I can guarantee you the good times you deserve." Jennie mengecup bibir Hanbin. "Habiskan sarapanmu, aku tak mau terlambat hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTI HEROINE - Kim Hanbin / Jennie Kim (21+)
FanfictionJennie Kim memang bukan pemeran utama dalam pertunjukan hidup seorang Kim Hanbin. Dia hanyalah pemeran sampingan namun tanpa ia ketahui perlahan menjadi seorang antagonis.