"Dia menghilang lagi." Hanbin sudah 3 kali menelusuri kamar hotel Jennie. Pria itu sangat benci kenyataan saat ia harus bangun tanpa Jennie di sampingnya.
Ponsel Hanbin bergetar. Tanpa berpikir panjang, Hanbin langsung mangangkat panggilan ponselnya.
"Good morning."
"Kamu dimana?" tanya Hanbin frustasi.
"Coba tebak...."
"Jennie Kim!" Hanbin menggaruk garuk kepalanya.
"Aku? Di Korea." Jawab Jennie singkat.
"Do you have to do this to me?" Hanbin melemas saat ia mendengar Jennie sudah berada di Korea.
"Tapi aku gak melakukan apa-apa?" jawab Jennie dengan polos. Hanbin masih tidak mengatakan apapun. "Soal tadi malam.." Jennie kembali bersuara. "Aku tahu kamu masih shock, so enjoy your time being alone. Let me know if you already miss me." Jennie terkekeh di ujung telepon.
"Sudah ya! I will see you saat kamu kembali di Korea. Your album concept preparation is done. Gak sabar lihat reaksi kamu. Do well on you shows! Bye Kim Hanbin!" Jennie Kim memutuskan panggilannya begitu saja.
"What a bad player." Jennie terkekeh saat ia mendengar ini.
"We play a bad game, oppa. He should've known this. Ya kan? Theres no way Kim Hanbin sepolos itu." Jennie menghisap lintingan ganjanya kembali.
"Eish, mau sampai kapan kamu menghisap benda itu?" Jiyong berdecak. "Kim Hanbin, dia sepolos itu, Jennie."
"Meh," Jennie mengendikkan pundaknya. "Bukan urusanku. Kalau dia sampai jatuh cinta, itu karena kebodohannya."
"Dasar wanita kejam." Jiyong mondorong jidat Jennie dengan jarinya.
"I'm out his league anyway. Oppa harus liat wajah Hanbin saat ia melihat aku menghisap ganja. Hah... Dia langsung pucat. Belum lagi suaranya saat ia tahu aku sudah di Korea. Dia polos atau bodoh?" Jennie tertawa puas.
"Mau sampai kapan kamu bermain-main seperti ini?" tanya Jiyong serius.
"Sampai aku puas? Lagipula aku yakin mom sudah tahu aku sedang di Korea. Dia bukan orang bodoh. Aku harus menikmati waktuku selama di Korea."
"Kamu bahagia dengan semua ini?" Jiyong kembali bertanya.
"You know the answer, sir." Jennie kembali menghisap lintingan ganjanya. "Ah, ini linting terakhirku. Seharusnya aku beli lebih banyak saat di Jepang!" Jennie mengendus kesal.
"Hey, just make sure, kali ini jangan korbankan dirimu lagi." Jiyong meremas lembut lengan Jennie.
"Wahh... kalau ada wanita lain yang mendengar ini, mereka pasti langsung berserah padamu, Oppa." Jennie terkekeh. Dia banyak tertawa hari ini. "Tidak bisakah seorang Kwon Jiyong menjadi suamiku? Aku tidak mau dijodohkan dengan pria asing yang tak kukenal!"
"Kupikir ibumu benci dengan idol?" Jiyong menaikkan salah satu alisnya.
"Dia masih benci dengan idol kok. Tapi Kwong Jiyong? Idol? Ha... Bahkan Mom tahu kalau oppa adalah asset negara!"
Jennie menghabiskan harinya bersama Jiyong. Mereka berbicara tentang masa lalu, masa depan dan masa terkelam mereka.
Jiyong mengenal setiap bagian kecil yang ada di dalam Jennie. Tak ada satupun orang selain Jiyong yang mengenal Jennie seperti ia mengenal dirinya sendiri. Begitupun sebaliknya. Mereka memahami luka satu sama lain. Mereka berbagi cerita yang terlalu pahit bagi orang lain.
Sudah biasa kalau Jennie menelpon Jiyong tiba-tiba hanya untuk menangis. Sepuluh tahun terpisah, tapi mereka tetap ada untuk satu sama lain di masa terkelam mereka.
Masih hangat di ingatan Jiyong saat Jennie menelponnya tapi tak bersuara. Saat Jiyong akhirnya bertemu Jennie yang masih empat belas tahun tapi penuh luka di badannya. Hanya alam semesta yang tahu berapa kali Jennie berusaha mengakhiri hidupnya. Sejak itu, Jiyong menyesal ia tidak melakukan apapun saat Jennie menelponnya tapi tak bersuara. Saat ayah tirinya memperkosa Jennie. Saat Jennie tak memiliki siapapun. Saat Jennie sudah tak ingin hidup.
Untuk dapat melihat Jennie hidup saja adalah anugrah bagi Jiyong. Sejak saat itu ia bersumpah untuk selalu ada bagi Jennie. Ia tak ingin Jennie melewati apa yang ia rasakan. Ia tak ingin Jennie merasakan rasa sakitnya dalam kesendirian seperti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTI HEROINE - Kim Hanbin / Jennie Kim (21+)
FanficJennie Kim memang bukan pemeran utama dalam pertunjukan hidup seorang Kim Hanbin. Dia hanyalah pemeran sampingan namun tanpa ia ketahui perlahan menjadi seorang antagonis.