Jennie tahu ini salah.
Jennie tahu ia akan menyesali ini.
Jennie tahu itu semua.
Dan dia tetap berdiri didepan pintu yang ia kenal.
Tak melakukan apapun.
Demi apapun yang ada di langit, Jennie membenci dirinya yang masih mengingat kode akses apartemen pria itu.
Jennie kenal dengan aroma ini.
Bukan aroma yang ia inginkan.
Bukan aroma yang ia harapkan dari seorang Hanbin.
Shit! No!
Jennie bergegas untuk mencari keberadaan Kim Hanbin.
"Tidak! Biarkan aku salah untuk kali ini saja!" mohon Jennie dalam hatinya.
"PUT THAT GODDAMN NEEDLE DOWN KIM HANBIN! ARE YOU SICK?!"Jennie berteriak saat ia melihat Hanbin dalam keadaan yang mengenaskan.
Mata pria itu merah. Bengkak. Ada banyak memar di sekujur tubuh Hanbin. Pria itu benar-benar hancur.
"Jennie?" tanya Hanbin. "Tidak, obat mahal ini benar-benar ajaib. Kini aku bisa melihat wanita itu? Sejelas ini? Luar biasa." Lanjutnya.
Jennie berjalan menghampiri Hanbin. Ia tak percaya pada penglihatannya saat ini. Ia benci dengan kenyataan bahwa ia tahu benar apa yang membuat Hanbin seperti ini.
Jennie menyentuh wajah Hanbin. "Why Hanbin?" tanya Jennie yang sedang menahan air matanya.
"Ini ilusi saja kan?" Tanya Hanbin. "Are you real?" Tangan Hanbin menyentuh wajah lembut Jennie yang sudah basah dengan air mata. "Jennie?"
"Dosisnya masih kecil. Aku hanya menemukan 1 jarum suntik di apartemennya. Selain itu hanya kumpulan puntung marijuana yang ada." Jennie mendesah lemah di teleponnya. "He can recover right?" "Thank you oppa." Jennie menutup teleponnya dan menatap Hanbin yang sedang terlelap.
"Bangun Hanbin. Kamu harus makan." Jennie mencoba membangunkan Hanbin. Ia sudah memasak bubur untuk pria itu.
Hanbin bangun dan terduduk di kasurnya. Ia melakukan apapun yang dikatakan Jennie. Hanbin membiarkan Jennie menyuapinya, mengobati luka di tubuhnya, mengompres memarnya, mencuci rambutnya dan memandikannya dengan air hangat selama berhari-hari.
"Kenapa kamu melakukan ini semua?" tanya Hanbin setelah berdiam diri selama lima hari.
"Melakukan apa?" tanya Jennie.
"Berada di dekatku tidak membuatmu muak?"
"Aku sangat muak, Hanbin." Jawab Jennie."Maafkan aku. Kau boleh pergi sekarang. Aku tak akan membuatmu muak lagi, Jennie. Maafkan aku. Aku-"
"Shut up Hanbin! Jangan katakan maaf lagi! Aku tak akan pernah memaafkanmu! Jadi berhentilah meminta maaf!" Jennie akhirnya menangis. Semua ini terlalu rumit baginya.
"Pergilah. Kau tak akan mendengar namaku lagi jika ini bisa membuatmu merasa lebih baik." Hanbin berusaha menenangkan Jennie.
"Lalu apa? Kau akan kembali dengan obat-obat itu? Please let me live, Hanbin. Aku benci dengan perasaan bersalah ini! Aku juga sangat menderita di sini. Jadi jangan lakukan hal-hal bodoh yang menambah bebanku. Aku mohon, Hanbin."
"Pergilah."
"Promise me to lead a good life after this."
"I won't promise you anything. Just go, Jennie." Suara Hanbin melemah.
"Promise me!"
"NO! Jangan buat aku menjadi bingung dengan perkataan dan perlakuanmu, Jennie. If you hate me, just go! Jangan muncul di hadapanku seperti ini. Jangan merawatku seperti ini. Jangan mengkhawatirkanku seperti ini. Jangan lakukan semua ini! Karena aku masih sangat mencintaimu dan merasakan kehadiranmu sangat menyiksaku saat aku menyadari kamu tak akan mencintaiku. Just go or stay with me forever."
"Aku tidak bisa, Hanbin."
"Then please stay with me. Forever. Aku tidak akan mengecewakanmu, Jennie."
Jennie menarik nafasnya dalam-dalam. "Hanni, dia anakmu juga. Anak gadis yang kamu lihat di foto-foto itu, dia anakmu." Hanbin terdiam dan memproses perkataan Jennie. "I want to give her a complete family. Can you do this, Hanbin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTI HEROINE - Kim Hanbin / Jennie Kim (21+)
FanfictionJennie Kim memang bukan pemeran utama dalam pertunjukan hidup seorang Kim Hanbin. Dia hanyalah pemeran sampingan namun tanpa ia ketahui perlahan menjadi seorang antagonis.