"Kamu gapapa, Fy?"
Sedari tadi, semenjak bukunya hilang yang entah ke mana. Ify murung hingga pelajaran di sekolah usai.
Jangankan menguasai materi yang diajarkan, Cakka yang bikin ulah lagi luput dari perhatiannya.
"Fy, kamu sakit?" tanya Sivia sekali lagi, "aneh rasanya ada orang di sebelah tapi diam kayak patung, kan ngeri,"
Ify mengembuskan napasnya kasar, "Aku gapapa, Via,"
"Ora opo-opo kok meneng, wae. Ngomong, ada apa?"
"Buku aku hilang,"
"Buku, opo?"
"Buku, sampul biru. Sing judule Pemeran Utama kuwi lho," Ify kesal dan logat bicara neneknya keluar.
"Owalah, lha kok iso ilang iki piye tho? Digolek'i sik, sapa ngerti ketlingsut?" Sivia ikut-ikutan berbahasa Jawa.
Ify manyun, rasanya ingin nangis. Udah bukunya hilang, punya teman sebangku banyak tanya pula. Bikin pusing.
"Mbok yo aja kaya Mbah ku to, Via. Men takon wae ora gelem ngewangi nggolek'i"
Shilla yang ada di belakang mereka heran. Berasa lagi menyaksikan pagelaran Ludruk.
"Kowe pada bahas opo tho?" sahut Shilla.
Ify dan Sivia menoleh bersamaan.
"Ora urusanem!" jawab mereka serempak. Lalu kembali menghadap ke depan.
Shilla melongo dibuatnya.
Meski Ify baru tiga tahun di Bojonegoro, ia sudah terbiasa dengan logat orang Bojonegoro. Setiap hari neneknya selalu menggunakan bahasa Jawa, atau biasa yang disebut bahasa Jonegoroan.
Bahasa Indonesia hanya selingan ketika berbicara dengan orang yang tidak bisa berbahasa Jawa. Di sekolah siswanya terkadang juga menggunakan Bahasa Jawa, meski lebih sering berbahasa Indonesia karena dianggap lebih bergaya.
Kan tidak semua siswa di SMA Bangsa asli Bojonegoro. Kebanyakan dari luar kota yang notabennya sering menggunakan bahasa Indonesia. Yaiyalah, bahasa kita bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
"Kenapa jadi ngomongin bahasa sih?" gerutu Ify kepada Sivia yang dari tadi ketawa tidak ada berhentinya.
"Lagian, kamu tiga tahun di sini masih medhok banget ngomong bahasa Jawanya"
"Udah ah males. Buku aku ilang ini, gimana dong?" rengek Ify. Kembali pada topik bukunya yang hilang.
Beberapa siswa sudah keluar kelas, bersisakan Cakka Dkk yang memang sengaja pulang paling belakang karena motor mereka berada di bagian paling dalam parkiran.
Baru kelas satu berani-beraninya bawa motor. Padahal setiap pagi selalu ada pengecekkan SIM dan STNK saat memasuki gerbang parkiran. Bahkan dilakukan oleh kepala sekolah sendiri Pak Siswanto, yang tiga tahun lagi akan purna tugas alias pensiun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemeran Utama
FanfictionIni lebih menyakitkan dari sekedar backstreet. Saling mencintai namun sembunyi. Sedangkan aku, semua ini nyata, rasaku tidak sembunyi, aku memiliki raganya, tapi tidak dengan hatinya. Membisu tanpa tahu dimana hatinya terbelenggu. Ini lebih gila dar...