Sulit di Mengerti
Aku tak pernah memahami apapun yang tak bisa kupahami. Yang diam-diam memahamiku tapi aku tidak mengetahuinya. Aku memang ingin dipahami oleh seseorang. Ingin dimengerti oleh seseorang. Agar apa yang kurasakan selama ini tidak menyesakkan dada dan menyumbat aliran pernapasanku hingga membuatku sulit bernapas. Ini memang sulit di mengerti, ketika sebuah rasa tak mampu lagi kau pahami.
***
Saat ku tenggelam dalam sendu
Waktupun enggan untuk berlalu...
Kelas begitu ribut. Jam kosong setelah upacara itupun merubah kelas melebihi ramainya pasar. Cakka dan teman-temannya sibuk tertawa dan bermain gitar.
Namun, dari semua keramaian itu, Ify hanya duduk diam. Menatap kosong ke arah seorang gadis yang sejak kemarin mengganggu pikirannya.
Gadis itu bercerita sesuatu, kemudian tertawa. Tak lama wajahnya berubah jadi serius dan kemudian tertawa lagi.
Ify menghela napas berat. Menyenderkan punggungnya ke kursi. Ia menoleh ke arah kirinya. Tak ada seorangpun di sana. Sivia hari ini tidak masuk.
Awal pekan yang ribut untuk pikiran Ify. Seharusnya, di awal minggu yang sejatinya orang-orang akan mengeluh, ia bisa ikutan mengeluh akan beratnya hari senin. Tapi lagi-lagi hati dan pikirannya tidak sejalan. Untuk apa ada hati jika pikiran mengacaukannya? Untuk apa pula ada pikiran jika hati tak merestuinya?
Ify berdiri dari duduknya. Keluar kelas, tak peduli peringatan dari ketua kelas untuk tetap berada di dalam kelas saja hingga guru mapel pertama masuk.
"Mau ke toilet, ga boleh?" tanya Ify sinis menahan kesal.
Ketua kelas hanya mengangguk kikuk mengiyakan. Ifypun langsung melenggang pergi keluar kelas.
Ia berjalan ke arah toilet. Tetapi ia benar-benar tidak ingin ke toilet. Hanya ingin keluar dari kelas, dari apa yang mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Itu saja.
Ia juga tidak berharap tidak akan bertemu siapapun yang mengenalnya, mengajaknya mengobrol hal yang tidak penting dan kemudian membuatnya semakin kesal. Mood Ify sedang buruk!
Derap langkahnya sengaja diperkuat. Seakan ada pasukan militer yang berlari di sisinya. Ia menaiki tangga bagian gedung sekolah paling atas. Beberapa waktu lalu, Gabriel mengajaknya kemari untuk sekadar menikmati keriuhan sekolah dari atas sana.
Saat langkah kakinya mencapai anak tangga terakhir, matanya sedikit memicing. Melihat seorang laki-laki duduk di ujung balkon dengan gitar di tangannya. Tiba-tiba bulu kuduk Ify meremang. Kakinya seakan mati rasa dan kaku tidak bisa digerakkan. Mata Ify membulat, saat sosok laki-laki itu memutar tubuhnya.
Menatap tepat di kedua bola mata Ify. Dan jantung gadis itu seakan runtuh seketika. Badannya lemas, ia hampir saja terjatuh jika seseorang tidak menahan tubuhnya.
Tubuh Ify semakin lemas. Sorot mata hangat itu kembali menusuk relung hatinya.
*****
Tok! Tok!! Tok!!
Tidak ada jawaban.
Tokk! Tok!! Tok!! Tok!!! suara ketukan pintu itu semakin keras. Hingga terdengar seperti perampok yang berusaha untuk menerobos masuk ke dalam.
Pintu terbuka, kedua pasang mata itu beradu. Satu pasang mata penuh kemarahan, dan satu pasang mata penuh dengan tanda tanya besar.
"Kembalikan Sivia!" wanita dengan rok span putih selutut dipadu kemeja senada menghiasi tubuhnya. Rambut yang tergelung ke atas rapi dengan polesan make up natural itu tidak bisa dilupakan Andar. Aroma melati dari tubuhnya begitu Andar rindukan selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemeran Utama
FanfictionIni lebih menyakitkan dari sekedar backstreet. Saling mencintai namun sembunyi. Sedangkan aku, semua ini nyata, rasaku tidak sembunyi, aku memiliki raganya, tapi tidak dengan hatinya. Membisu tanpa tahu dimana hatinya terbelenggu. Ini lebih gila dar...