Ify ku Sayang,

176 18 3
                                    

Dingin. Angin malam membelai lembut tubuh Ify. Semakin lama ia berdiam diri di taman kompleks rumahnya, semakin dingin pula tubuhnya. Bukan. tetapi hatinya yang terasa dingin. Terasa membeku. Seakan-akan tertutup rapat di sebuah lemari es yang dingin sekali hingga panas yang terasa karena saking dinginnya.

Di sebelahnya kini, sahabatnya sedang mengumpulkan segala alasan, segala ucapan dalam unek-uneknya untuk menyampaikannya kepada Ify. Dan Ify, hanya harus berusaha tersenyum, tegar dan harus mengucapkan selamat alih-alih sakit hati. Iya dia terluka, tapi nyatanya Ify tak berhak terluka bukan? Rio bukanlah siapa-siapanya Ify, sedangkan Shilla, ia tak salah dalam hal ini. Cintalah yang salah, cintalah yang tak memihak dirinya. dan cintalah yang pertama ia rasakan itu juga menggoreskan luka untuk pertama kali.

"Sejak kapan, Shil?" ada getaran tertahan dari suara Ify. Jangan menangis, Fy. Kamu nggak berhak, bahkan untuk marah sedikitpun.

"Maaf kan aku, Fy," gadis itu menunduk, tidak tega menatap wajah Ify. Wajah yang menyimpan luka tak berdarah karenanya.

"Kenapa kamu harus minta maaf, Shil? Tidak ada yang salah di sini. Tidak ada yang perlu dimaafkan pula,"

"Tapi sumpah, Fy. Kami bersama sudah lama. Sangat lama, bahkan sebelum kamu jatuh cinta kepada Rio kami sudah bersama," jelas Shilla, kali ini mata mereka beradu.

Ify tersenyum tipis, menatap bola mata sahabatnya dalam-dalam.

Sebelum aku jatuh cinta, Shil? Kapan? Bahkan aku pun tidak tahu kapan aku jatuh cinta dengan dia. Bagaimana kalian bisa bersama sebelum aku jatuh cinta? Batin Ify menjerit.

"Kenapa tidak bilang dari dulu, Shil?" kenapa? Kenapa kau biarkan aku merasakan semakin dalam perasaan ini.

"Aku tidak ingin kamu terluka, Fy"

Aku sudah terluka, Shil.

"Jangan marah. Ku harap kamu tidak membenciku karena hal ini. Aku nggak bermaksud melakukan ini kepadamu, Fy. Hanya.." ada jeda dan gadis itu menarik napas dalam-dalam "hanya aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya ketika kamu bilang mulai suka sama Rio,"

Ify jelas hanya tersenyum tipis terpaksa. Ia tidak tahu mau berkata apa.

"Aku rasa cintamu kepada Rio terlalu dalam, Fy. Kamu boleh marah sama aku, kamu boleh benci sama aku. Aku tidak apa-apa, aku juga tidak melarang kamu untuk tetap mencintai Rio. Bahkan Rio pun tahu hal itu, aku tidak masalah, Fy,"

Mata Ify terbelalak mendengar kalimat terakhir Shilla.

Rio tahu? Dia tahu aku menyukainya selama ini? Betapa bodohnya aku, betapa bodohnya aku bahwa selama ini mereka jadian, Rio tau perasaanku dan aku berlagak mendekatinya, berlagak kikuk di hadapannya. Nyatanya semua itu adalah kebodohanku.

"Aku nggak marah sama kamu, Shil. Nggak ada hak juga aku untuk benci kamu. Kalaupun Rio menyukaimu daripada aku, itu hak Rio. Aku tidak berhak marah, karena aku dan Rio bukan siapa-siapa. Selamat ya,"

Jleeb jleeb jleeb!!! Maafkan aku, karena kebodohanku engkau terluka hati.

Shilla tersenyum menatap Ify. Ia memeluk Ify dengan erat. Merasa bahagia memiliki sahabat seperti Ify. Sahabat yang menerima dia apa adanya, bahkan masalah sensitif seperti ini Ify bersikap dewasa.

"Terima kasih, Fy. Ini adalah anugerah terindah yang pernah aku terima selama ini. Aku tidak akan melarang kamu menyukai Rio sampai kapan pun juga," Shilla memeluk Ify dengan erat.

Entah sampai kapan, Shil. Entah sampai kapan aku bisa berhenti mencintai Rio. Katakan padaku, sampai kapan?

Shilla melepas pelukannya, merogoh tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana.

Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang