Incapable

294 26 0
                                    

- Incapable

"Eh itu kan Anastasha bukan? Yang ngirim puisi ke majalah sekolah, yang denger-denger dia naksir Gerio?"

Bisikan saat ify melewati koridor kelas sembilan. Koridor dalam satu gedung khusus kelas sembilan. Siapa yang tidak tahu sebuah kabar-kabar miring, jangankan kabar tentang ify yang suka dengan pentolan sekolah. Kabar semut bertelur pun membuat seisi gedung heboh.

"Siapa? Itu kan, Ify. Anak Paduan Suara. Majalah yang mana?" sahut gadis di sisinya.

"Lo tuh bego atau gimana sih, itu yang judulnya 'Hanya Aku yang Merasakan' masih gatau juga?"

"Oohh yaya"

Ify memejamkan matanya, memang lidah lebih tajam dari pedang. Iapun merutuki puisi yang ia kirimkan ke majalah sekolah. Mulai dari sana berbagai pihak mengetahui akan isi hatinya. Tapi siapa sangka mereka tahu begitu detail? Teman sekelasnya memang mulut ompreng semua.

Dengan jengkel ify bergegas menuju kelasnya yang berada di ujung koridor. Beberapa siswa yang mengenalinya saling berbisik. Lama-lama ify risih juga. Emangnya cuma dia yang suka Gerio alias Rio di sekolah ini? Enggak kan? Kenapa juga hanya ify yang merasa terintimidasi dengan semua tatapan itu.

Bukk!! Aww!!

Suara benda jatuh diiringi ringisan itu terdengar. Ify mendongakkan kepalanya ke depan mendapati seseorang jatuh di hadapannya.

"Sorri" ucap ify berniat membantu laki-laki itu berdiri. Ketika laki-laki itu mendongakkan kepalanya, ify mengurungkan niatnya. Ia gugup, salah tingkah tidak tahu apa yang ia perbuat, ia juga merasa bersalah.

"Ga jadi bantuin?" suara itu mengagetkannya.

Tangan ify yang tadinya terulur dan ditariknya lagi saat melihat laki-laki itu kini mematung. Terasa dingin.

Rio dengan kesal memegang tangan ify untuk menopangnya berdiri. Tangan itu terasa dingin. Sangat dingin seperti es, ify tersentak saat tangan itu menyentuh tangannya.

"Kenapa? Tangan lo dingin banget, lo bukan Frozen kan?" Rio bertanya kepadanya. Seakan ify akan menjawabnya, ia menambah pertanyaannya "bukannya Frozen itu berambut pirang ya? Ia juga pakai sarung tangan kan? Apa lo lupa pakai sarung tangan?"

Ify mengeryit. Ini orang kenapa belagak kayak baru melihat Ify? Bukannya kemarin ia yang membantu ify mengobati lukanya. Semudah itukah Rio melupakannya? Ah lagian siapa Ify yang harus diingat-ingat Rio.

Ify menunduk. Berjalan meninggalkan Rio "Permisi." entah perasaan senang atau sedih ia tidak tahu. Yang jelas saat ini ia ingin buru-buru masuk kelas, agar wajahnya yang memerah sejak tadi tidak dilihat Rio.

"Wiih,.. benar-benar gadis es" gumam Rio dan berlalu begitu saja.

****

Ify masuk ke dalam kelas, ia mengeryit mendapati tumpukan kertas seperti surat di mejanya. Gita yang sudah datang mengangkat bahu saat Ify menatapnya penuh tanya.

Ify menelisik satu persatu surat itu, membuka dan membacanya. Sontak wajahnya terkejut.

"Itu ada di depan kelas tadi, Fy. Aku kira apa'an, dan aku rasa itu ditujukan untukmu," sahut Brian ketua kelas yang melewatinya hendak membuang sampah bekas sarapannya.

Wanita ga tahu diri! Berani-beraninya suka sama pacar orang!

Ify mendelik. Pasti ini ulah fans fanatic-nya Rio.

Nagaca deh lo! Lo tuh ga ada apa-apanya sama ketua tim dance kita. SISKA. Badan kurus kering kerontang sok-sokan suka sama jagoan kita.

Ga tau malu!

Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang