Ify membuka sampul buku itu yang bertuliskan "Tristan dan Isolde" lalu membuka halaman berikutnya bertuliskan tangan.
Sejauh apapun hati melangkah, sepersekian ribuan meter ia berpisah. Ia akan kembali ke tempat di mana ia berpijak. Karena di situlah, kehidupannya akan terus berlangsung.
Ify mengeryit. Lagi-lagi gadis itu membuatnya kebingungan dengan tingkah yang dilakukan Gita.
Sebuah cerita berjudul Tristan dan Isolde itu menarik perhatian Ify. Dari sanalah ia kemudian membaca isinya.
****
Malam puncak perpisahan kelas sembilan dilaksanakan di aula sekolah. Dengan panggung yang cukup tinggi menjulang, kerlap-kerlip lampu di gedung malam membuat suasana aula sangat meriah.
Kelas sembilan yang akan menampilkan beberapa hiburan sudah bersiap dengan kostum mereka masing-masing. Ada yang sekedar main drama, bernyanyi, bersajak, tari, hingga melakukan aksi lakon komedi yang membuat perut terpelilit dibuatnya.
Ify sudah berada di tengah-tengah kerumunan kelas sembilan maupun dari kelas tujuh dan delapan. Ia bersebelahan dengan Shilla dan juga Gita. Malam ini memang Ify tidak ikut menyumbangkan sebuah tampilan atau apapun. Itu dikarenakan rasa malunya terhadap seantreo sekolah.
Bagaimana kalau mereka mengenali Ify? Si gadis abal-abal yang mencintai jagoan volly mereka? Bisa-bisa botol minuman yang ada di tangan mereka di lempar ke atas panggung dan membuat malam perpisahan kacau. Dan pilihan yang tepat memang kali ini Ify tidak ikut serta, meski tahun-tahun sebelumnya dialah yang menjadi perwakilan satu-satunya.
"Meriah ya, Fy," komentar Shilla. Gadis di sampingnya itu mengerjap bersemangat.
"Namanya juga malam perpisahan, kalau sepi namanya pengajian." sanggah Ify.
Shilla tertawa "Kayak temen di sebelah kamu tuh, masa iya malam perpisahan wajahnya datar terus. Kayak orang pergi kondangan ga dapat jatah makan prasmanan tau ga haha,"
Ify mendelik. Sedangkan Gita hanya dengan ekpresinya tanpa menghiraukan Shilla. Mungkin itu sudah biasa di dengar oleh Gita.
"Maafkan dia," bisik Ify pada Gita.
Gadis itu hanya menoleh dan mengangkat bahu.
"Semoga kau betah berteman dengannya," bisik Gita kemudian.
Dahi Ify mengeryit. Bukankah selama ini dirinya berteman dengan Shilla? Bahkan mereka bersahabat.
"Terkadang, orang yang dirasa paling dekatlah yang memiliki kunci utama menyakiti," desis Gita pelan. Jelas terdengar oleh Ify meski suara musik di panggung sudah terhentak.
Setiap perwakilan kelas sembilan tampil satu persatu. Suasana benar-benar meriah. Wajah sumringah atas kelulusan seratus persen kelas sembilan memenuhi atmosfer aula. Senyum guru-guru dan kepala sekolah pun menambah kehangatan ruangan ini.
Ify lagi-lagi tersenyum miris. Tiga tahun di sekolah ini, hatinya serasa teriris. Itupun juga karena dirinya sendiri, kenapa juga harus terlibat rasa dengan Rio? Itu sama saja masuk ke kandang singa kelaparan. Mau lari kemanapun akan tetap dikejar. Begitu juga dengan perasaannya yang sampai kini entah bagaimana terhadap Rio.
Beginikah takdir wanita? Hanya bisa mencintai tanpa memiliki, hanya bisa merasa terluka tanpa bahagia. Jika kodratnya wanita untuk menunggu, apakah boleh Ify menunggu? Hei! Kabar putusnya Rio dari Siska sedikit membuka secercah harapan bagi Ify. Tapi lagi-lagi ia harus terbangun dari mimpinya karena hal itu tidak akan terjadi. Tidak akan pernah.
Selamat tinggal Angkasa. Selama tinggal kenangan penuh asa. Selamat tinggal takdir tak berpihak, dan selamat datang untuk takdir yang perasa. Izinkan malam ini aku menikmati setiap lekuk di wajahnya, dan setelah itu aku akan melupakan. Sesuai keinginan semesta bukan?
Suara protokol memanggil perwakilan kelas sembilan 'D'. Kelas Rio berada, dan sesuai dengan pendengaran Ify bahwa Rio yang akan mewakili kelasnya. Laki-laki itu akan bernyanyi. Semoga saja. Ini kesempatan terkahirnya untuk ia memuaskan diri menatap pujaannya.
Pakaian teramat santai itu dikenakannya. Dengan Gitar mengalung di lehernya. Rio duduk di sebuah bangku yang sudah disediakan. Menebarkan senyuman ke penjuru arah yang disambut dengan teriakan penuh kagum. Baru saja ia tersenyum semua orang seakan terpana, bagaimana saat ia bernyanyi nanti.
"Selamat malam semua!" sambut Rio.
Dibalas dengan sambutan penuh sorakan. "Malaammm!" bak konser dari Ariel Noah.
"Malam ini, saya akan mempersembahkan sebuah lagu. Sebuah lagu khusus untuk kalian semua yang mencintai saya selama ini. Untuk kalian yang selalu mensuport saya dan tentunya menjadi sahabat saya. so, its show time!"
Petikan Gitar itu terdengar perlahan-lahan namun pasti. Sebuah alunan lagu terdengar dari sana.
Hati Ify berdesir. Ia bahkan memejamkan mata meresapi petikan Gitar itu. Sebuah lagu syahdu yang begitu familiar di masanya di bawakan oleh Rio.
Melihat tawamu
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas di mataku
Warna-warna indahmu
Aula yang penuh hiruk pikuk itu tiba-tiba senyap. Hanya suara merdu Rio dan petikan gitarnya yang mengalun jelas di telinga Ify. Semua orang menikmatinya, tersenyum terpesona bahkan ada yang terharu.
Menatap langkahmu meratapi kisah hidupmu
Terlihat jelas bahwa hatimu
Anugerah terindah yang pernah ku miliki
Seluruh aula bertepuk tangan riuh. Meneriakki nama Rio.
"Ah, kenapa aku jadi tertarik sama dia. Suaranya, indaahh " celetuk Shilla. Entah ia sadar mengatakan itu apa tidak.
Ify yang mendengarnya jelas hanya tersenyum. semua orang menyukaimu, Yo. Tidak hanya aku yang patah hati, banyak. Tapi entah yang mencintaimu dengan tulus banyak atau tidak. Aku tidak tahu, terima kasih. Terima kasih telah menjadi magnet yang menarikku.
"Upss! Becanda ding, Fy hehe," Shilla menyadari Ify yang terdiam.
"Apa'an sih, Shil. Biasa aja,"
"Kalau saumpama aku jadi pacarnya Rio gimana ya, Fy? Kamu marah sama aku?" pertanyaan Shilla terdengar ambigu. Antara bercanda dan serius.
Entah kenapa hati Ify tiba-tiba mencelus.
"Kalau kamu yang jadi pacarnya Rio bakal aku bunuh! Aku cincang-cincang aku jadikan gulai. Enak tuh!"
Shilla tertawa dibuatnya.
"Ya kalik kamu mau pacaran sama orang yang aku suka. Kalau Gita mah gapapa," Gita menoleh dengan mata mendelik "soalnya sejak awal dia tidak tahu, tahunya kan baru-baru ini. Nah kalo kamu, tahunya sejak awal. Tega gitu mau pacaran sama dia? Padahal temen sendiri suka?"
Shilla hanya tertawa. "Becanda kalik, Fy. Ga usah serius "
Ify hanya mengangkat bahu menatap Gita dengan nyengir kuda karena telah menyebut namanya.
Suara Rio masih terdengar. Ify tersenyum menatapnya. Mulutnya turut berdendang.
Sifatmu nan selalu redakan ambisiku
Tepikan khilafku dari bunga yang layu
Saat kau di sisiku kembali dunia ceria
Tegaskan bahwa kamu
Anugerah terindah yang pernah ku miliki
<......>
PoV AuthorIfy : sumpaah ya Thorr!! Lihat kaan kegantengan Rio?? Sekharismatik ituu dia nyanyi sambil main gitarr. Gimanaa aku ngga cinta??
Author memilih pergi meninggalkan Ify yang sedang berada di dua rasa, yaitu kagum dan sedih. Kagum karena Rio dan sedih juga karena Rio.
Author : Daripada ikutan gila seperti Ify, pergi aja yuk!! Sudah ngadepin orang yang lagi jatuh cinta. Bukan begitu, Git?
Gita : hah eh??
![](https://img.wattpad.com/cover/111215911-288-k305068.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemeran Utama
Fiksi PenggemarIni lebih menyakitkan dari sekedar backstreet. Saling mencintai namun sembunyi. Sedangkan aku, semua ini nyata, rasaku tidak sembunyi, aku memiliki raganya, tapi tidak dengan hatinya. Membisu tanpa tahu dimana hatinya terbelenggu. Ini lebih gila dar...