Magnet

227 26 0
                                    

~Terima kasih telah menjadi magnet yang menarikku~

Ify menghela napas. Saat ditatapnya semua orang yang berhadapan dengannya memandang serius.

Gedung yang semula hingar bingar itu tiba-tiba senyap. Hanya suara detik jam tangan dan deru napasnya yang ia dengar.

Seserius itukah kisah yang akan dibacakannya? Hingga membuat semua orang terpaku mendengarkan.

Penulis berparas ayu di samping Ify mengelus pelan pundaknya. Tangan kirinya masih setia bertengger di sana.

"Apakah cinta monyet itu benar berakhir?" tanya penulis itu penasaran.

Ify masih terdiam, dengan pasang mata yang hendak menyerbu dengan ribuan tanya. Kemudian ia mengangguk perlahan. Menahan napas dalam-dalam untuk menguatkannya melanjutkan cerita atau tidak.

Dengan segenap hati, suaranya kembali bergetar.

"Cinta monyet itu belum berakhir,"

****

Pesta kelulusan sekolah menengah pertama itu ramai. Setelah mendapatkan pengumuman lulus resmi oleh kepala sekolah dan mendapatkan surat keterangan lulus, semua siswa kelas sembilan berteriak kegirangan.

Tak sedikit dari mereka yang sujud syukur di tengah-tengah lapangan yang panas. Melompat-lompat dan melempar topi biru itu asal ke udara. Pengumuman yang dilakukan setelah upacara hari senin itu benar-benar menguras emosi kelas sembilan.

"Aaaa akhirnya selesai juga, Fy!" teriak Shilla tak kalah girang.

"Setelah ini pakai seragam putih abu-abu. Menjadi remaja yang benar-benar remaja. Putih abu-abu Im coming!!" Shilla masih berseru.

Mata Ify sedari tadi mencari sosok yang akhir-akhir ini menggangu pikirannya. Dari hiruk pikuk seisi lapangan ternyata ia bisa menemukan laki-laki itu yang juga bersorak gembira.

Ify tersenyum melihatnya, melihat tubuh yang berguncang karena tawanya.

Mungkin ini terakhir kali aku melihat tawamu, terakhir kali aku berpikir tentangmu, dan masa terakhir aku pernah menjadi figuran dalam kisahmu.

Semua siswa kelas sembilan sudah masuk ke dalam kelas masing-masing. Saling bersalam-salaman, berpelukan karna tidak akan bisa bertemu lagi, atau joget kegirangan karena bisa memasuki masa putih abu-abu. Masa yang orang bilang adalah masa yang tak terlupakan dan akan banyak hal terjadi di sana.

Ify tersenyum melihat teman-temannya. Mungkin hanya satu atau dua di antara mereka yang akan kembali bertemu Ify di SMA. Yang jelas, Ify tidak akan mendaftar di SMA yang notabennya anak SMP Angkasa berbondong-bondong daftar di sana. Hal itu akan membuatnya sulit melupakan semua tentang Rio.

Ah, bukankah cinta monyet itu akan berakhir? Seperti akhir dari perjalanan di sekolah ini?

"Gita!" Ify memanggil teman sebangkunya yang baru masuk ke dalam kelas.

Gita berjalan ke arahnya. Duduk dengan wajah datar seperti biasanya.

"Kamu nanti daftar di SMA mana, Git?" tanya Ify.

Gita hanya menoleh menatapnya sekilas kemudian sibuk dengan mencari-cari sesuatu di tas ranselnya.

Teman sebangkunya itu memanglah gadis cuek, lebih tepatnya gadis datar yang jarang menunjukkan ekspresinya. Bahkan saat kelulusan seperti ini, di saat semua orang melompat kegirangan wajahnya terlihat biasa-biasa saja. Entah ia bahagia atau tidak Ify juga tidak mengerti.

Tiga tahun sebangku dengan Gita, Ify tidak banyak tahu tentang gadis itu. Mereka berteman baik, sebagai teman sebangku. Sebagai teman sebangku untuk berpasangan saat ada tugas berpasangan, sebagai teman sebangku yang sekadar ngobrol sebatas materi yang kurang dipahami.

Dan Ify mengerti, bahwa Gita tidak memiliki banyak teman di kelas. Karena sikap menyendirinya itu alias anti sosialnya itu membuat Ify bertahan sebangku dengannya. Meski banyak pertanyaan yang muncul, Ify selalu mengatakan bahwa ia nyaman bersama Gita. Karena Gita, bukan orang yang ikut campur urusan orang.

"Yang jelas bukan ke SMA Bangsa. Kamu juga seperti itu," jawab Gita tanpa menoleh ke arah Ify.

Ify tersenyum mengangguk, entah Gita melihatnya atau tidak. Meski gadis itu sepertinya cuek, tapi Gita yang paling mengerti Ify.

"Pengen dapat suasana baru aja Git. Masa iya, ganti jenjang yang lebih tinggi tapi lingkungannya sama terus. Kan ga asik hehe,"

Tidak ada respons. Kemudian gadis itu mengeluarkan sebuah bingkisan dan menyodorkannya kepada Ify.

Kali ini Gita menatapnya.

"Semoga takdir berpihak padamu, Fy. Hal yang membuatmu berubah jauh dari diri kamu semoga cepat berakhir. Tapi siapa tahu dengan takdir, bukan?" Ify menerima bingkisan itu "sampai ketemu kembali di SMA,"

Setelah itu Gita beranjak pergi membawa ranselnya. Begitupun beberapa teman sekelasnya yang sudah terlebih dulu pulang ke rumah atau buru-buru cari tempat buat nongkrong merayakan kelulusan mereka.

Ify mengeryit dengan berbagai pikiran di otaknya

"Semoga saja," gumamnya.

****

Sesampainya di rumah, Ify membuka bingkisan yang diberikan Gita kepadanya. Karena saking penasaran dengan apa yang diberikan teman sebangkunya itu.

Selama tiga tahun sebangku, Gita bahkan tidak pernah memberikannya kado saat ia ulang tahun, seksdar ucapan basa-basi pun Gita tidak pernah melakukannya.

Pernah suatu hari Ify gemas dengan sikap Gita yang cuek. Tidak masalah jika Gita cuek pada teman sekelas, tapi tidak dengan dirinya juga kan? Teman sebangkunya yang sudah bertahun-tahun.

"Untuk apa ucapan selamat sih, Fy?"

Mendengar jawaban Gita saat itu Ify semakin gemas.

"Ya seengaknya, kalau kamu ga ngasih kado kamu ngasi ucapan lah Git. Selamat panjang umur kek, semoga sehat selalu atau apalah. Ini malah diam aja ga ngucapin apa-apa " protes Ify

Gita hanya mengangkat bahunya acuh.

"Ucapan ga perlu diomongin langsung kan, Fy. Siapa tahu bisa lewat doa menjelang tidur,"

Mendegar jawaban itu Ify semakin merengut. Teman sebangkunya itu memang benar-benar manusia robot. Tidak berperasaan.

Buku bersampul biru itu kini berada di tangan Ify. Ia membalik buku itu memperhatikannya baik-baik.

Pemeran Utama

Begitulah tulisan yang ada di sampul buku tersebut. Ify merasa itu bukan sebuah buku cerita. Melainkan sebuah buku kosong seperti layaknya buku diary.

<....>

POV Author

Ify : Aku lulus thoorr!!!

Author : yayaya ngga perlu berisik!

Ify : sampai bertemu di kisah SMA ku thorr, eh salah Derss alias Readers wkwk

Author : (geplak palanya sendiri) siap-siap tissue nih!

Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang