Siapa kamu?

160 12 0
                                    

Jangan pernah menganggap remeh seseorang yang menyanyangimu. Sekalinya dia menyanyangi, akan selamanya ia akan berusaha melindungi.

*****

"Siviaaa!!" Ify nyaris membuat kehebohan di pagi hari karena suara teriakkannya. Ia melihat Sivia berjalan memasuki kelas. Ify langsung menghambur memeluk sahabatnya itu dari belakang. Tak peduli petugas upacara yang sedang bersiap di lapangan itu melirik sinis ke arahnya.

"Masih pagi, Fy. Jangan bikin keributan," ucap Sivia santai, seperti biasa.

Ify cengengesan.

"Kamu kemana saja sih, Vi? Kamu ngga papa? Ngga sakit kan?" Ify menjulurkan tangannya ke dahi Sivia. Tapi Sivia mengelak.

"I'm Okay, Fy "

Mereka berdua masuk ke dalam kelas. Keadaan masih sepi, kecuali Cakka di sana.

Laki-laki itu duduk tegak di bangkunya, tidak tertidur setiap kali mereka datang, atau datang terlambat. Seakan Cakka menunggu-nunggu sesuatu.

"Cakka?" Ify mendelik melihat Cakka duduk manis berpakaian rapi di bangkunya.

"Kamu Cakka kan? Bukan jin atau kembaran Cakka?" Ify mencoba mendekat namun mundur lagi. Takut kalau itu Jin yang berubah menjadi Cakka tiba-tiba menyerangnya.

Sivia hanya menatap Cakka sekilas lalu duduk di bangkunya. Cakka menelungkupkan kepalanya di atas meja, tidak menjwab ucapan Ify.

"Huuh syukur deh. Kalo gini baru Cakka," ucap Ify.

Ia langsung menempelkan pantatnya pada kursi. Meletakkan tasnya di atas meja dan menghadap Sivia. Siap mengintrogasi gadis itu.

"Masih pagi, Vi. Ntar aja ya," sela Sivia sebelum Ify membuka mulutnya.

Gadis itu menelungkupkan kepalanya di atas meja. Sama seperti yang dilakukan Cakka. Ify memberengut kesal.

Tak lama satu persatu siswa mulai datang, memenuhi kelas. Gerombolan Cakka seperti biasa datang paling akhir.

"Fy, itu Sivia?" tanya Shilla sesaat duduk dibangkunya. Ify mengangguk.

"Viaa. Ke mana aja? Kemarin Mama kamu ke sekolah. Aku kira kamu sakit atau gimana?" cerocos Shilla tak peduli meski Sivia tidak mendongakkan kepalanya.

Ify berdiri, menggandeng Shilla untuk keluar kelas. Upacara akan segera di mulai.

Teman-teman Ify yang lainnya pun ikut keluar kelas dengan membawa topi upacara masing-masing. Tinggal Sivia yang terakhir. Gadis itu berdiri dengan malas, saat ia menoleh ke belakang. Ia melihat Cakka yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit di mengerti. Sivia membuang muka, mengambil topinya dan berlalu keluar kelas.

Namun, ketika kakinya hendak melangkah, Cakka mendahuluinya. Kedua mata mereka beradu, terdiam dalam pikiran masing-masing. Hingga suara pluit panjang dari depan kelas membuyarkan mereka.

***

Sivia menceritakan semua kepada Ify. Ini kali pertamanya Sivia bercerita tentang dirinya.

Saat ini mereka sedang berada di UKS. Bukan karena sakit, Sivia merasa beban di pikirannya membuat tubuhnya lemas. Saat upacara tadi Sivia hendak pingsan kalau bukan Ify sempat menopangnya gadis itu akan ambruk.

Karena itulah, di ruang UKS yang sepi meski Ify tidak lagi mempertanyakan apa yang terjadi dengan Sivia, gadis itu bercerita dengan sendirinya. Begitulah sahabat, tanpa kita paksapun ia akan bercerita dengan sendirinya.

"Maaf kalau selama ini aku tidak memahami kamu, Via " ucap Ify lirih.

Sivia tersenyum seraya menggeleng pelan "Jangan minta maaf, Fy. Akulah yang seharusnya selama ini terbuka sama kamu. Aku hanya takut itu akan menjadi beban pikiranmu,"

Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang