Him

18.9K 867 12
                                    

Jumpa lagii,
Haloo!

-----

Cunsons' POV

"Waktu lama juga berlalu," ucapku.

Ku ambil earphone putih dan iPodku dari tas dan memutar lagu "Mean - Taylor Swift"

Kusandarkan kepalaku ke mejaku.
Apa yg harus kulakukan? Lama sekalii.

Tiba-tiba, pintu itu terbuka. Siapa itu?
Itu seorang laki-laki, siapa namanya? Hmm.

"Hai Donnia." ucap cowok itu.

Ah, aku ingat, dia James.

"Hai." ucapku cuek.

Donnia? Yep, nama lengkapku Donnia Cunsons. Di rumah, aku dipanggil Nia. Kalau di sekolah, whatever, i don't care.

"Lo, selalu datang pagi ya?" , tanya dia.

"ya." ucapku cuek.

Cerewet banget sih nih orang!

James menarik kursi di depanku.

"Bolehkan aku duduk di sini?" Tanya James.

"Sure." ucapku cuek sambil bermain iPhoneku.

Dia menatapku, aku bisa merasakannya. Dia kenapa sih?

"Donnia, lo kenapa datangnya sepagi ini?" tanya James.

"Pengen aja." jawabku cuek tanpa mengalihkan pandanganku ke dia dan terus sibuk men-scroll iPhoneku. Walaupun sebenarnya aku ga tau apa yang sedang ku-scroll. Aku cuma sibuk membuka kalender atau notes agar terlihat sibuk oleh James.

"Kalau aku sih, ntah kenapa aku pengen aja datang cepat hari ini." ucap James.

OH. padahal aku tidak ada menanyakan alasan padanya.

Aku masih bermain dengan iPhoneku, sekarang aku mulai membuka aplikasi instagram, mungkin aneh kalau aku yang 'nerd' ini punya instagram. Instagramku pake nama samaran, @emilycunsons, kenapa Emily? Karna nama itu berharga bagiku. Cunsons? Margaku.

"Donnia agak nganjal ya? Nama panggilan? Ada?" Tanya James.

"Aku ga masalahin dipanggil apa aja." Ucapku tanpa menoleh padanya. (lagi)

"Hmm... Mrs. Cunsons?" Tanya James.

Mrs. Cunsons? Kenapa harus ada Mrs nya? Gue istri orang emang?

"Just Cunsons." ucapku cuek.

"Okay! Hi, Cunsons!" Ucap James dengan semangat.

"Hi." ucapku cuek-secuek mungkin.

"Cunsons, kenapa lo sepertinya punya 'tembok' sama sekelas?" Tanya James.

"Kelas kita emang punya tembok." ucapku pura-pura tak mengerti.

"Maksudku bukan itu.. lo kayak memberi jarak diantara lo sama kita semua." ucap James.

"I like it that way." ucapku mulai kesal dengan si cerewet James.

James terdiam.

"Aku boleh ga jadi temanmu?" tanya James tiba-tiba.

"Untuk apa?" tanyaku akhirnya menoleh pada James.

"Aku cuma penasaran ama lo, mungkin lo ga nyadar kalau aku selalu merhatiin lo diam-diam, so, bolehkan aku deket ama lo mulai sekarang?" tanya dia.

"Ha?" itu responku memberi tatapan bingung padanya.

Teman? Dekat? Iya banget. ntar udah ga butuh tinggal dibuang. iya. dibuang.

"Up to you. Aku orangnya ga suka bersosialisasi. so, kalo lo ngomong or anything dan aku ga respon, jangan marah." ucapku bangkit dari bangkuku.

Aku udah ga tahan, aku ga suka sama orang cerewet, ku ambil iPhoneku dan earphone yg masih melekat di telingaku.

"Bye." ucapku padanya lalu ke luar kelas. Meninggalkan James yg bingung sendiri.

Yaiyalah. Di sekolah ini 'James' itu salah satu dari cowok legendaris yang ganteng, kaya, pintar. Siapa coba yang nolak dia? except me.

Aku ga suka sama cowok tebar pesona, kepedeaan atau hal semacam itu. but. dia cowok pertama yang mau ngomong sama gue. sedikit menyentuh. hanya sedikit. Hanya 1% dari 10.000.

Tapi semua cowok itu sama. kalo udah ga butuh, ya dibuang. dibuang seperti sampah. sampah. James pasti sama aja. Sama aja kayak Roy. sama aja.

Perkenalan. pendekatan. pacaran. bosan. buang. ga setia. cowok sama aja.

Aku pun jalan-jalan mengelilingi sekolah, aku melirik jam tanganku, jam 06:54. Cukup lama aku berbicara dengannya. Aku pergi ke taman sekolah, duduk di bangku taman, menghirup udara segar yang ada di taman.

Akhirnya, ada juga tempat yang tenang. Aku pun mengosongkan pikiran dan mendengarkan lagu melalui earphone. Ah tenangnya.

-----

Sorrry bangettt kalo updatenya lama:( ditunggu ya lanjutannyaa! apakah james itu bakal sama Donnia?

Ayo vote dan comment!!!
Ditunggu yaa, makin banyak vote, makin cepat!! :)

Being NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang