- keenambelas

5K 361 46
                                    


Bntar aku gesrek dulu liat mulmed. Hmm #timponipinggir

.

.

Author side.
Gracia terbangun, merasa tangan yang ia genggam bergerak. Tangan shani bergerak, walaupun matanya masih terpejam

Gracia segera memencet tombol didekat selang infus. Dan beberapa menit kemudian, seorang dokter bersama suster datang untuk mengecek keadaan shani.

"Dok gimana keadaan shani?" tanya gracia, dokter tersenyum sambil mengangguk

"Keadaannya semakin membaik, tapi harus ada yang saya katakan kepada keluarga shani" seketika raut wajah dokter tersebut berubah muram. Gracia menelan ludahnya kasar lalu menunduk

"Saya selalu melihat kamu menunggu shani disini, apa kamu keluarganya?" gracia ingin menggelengkan kepalanya, tetapi yang terjadi justru ia menganggukan kepala dengan cepat

"Kalau begitu, kamu ikut saya ke ruangan saya ya" ucap dokter itu, gracia menoleh lagi kearah shani ia mendekati gadis itu lalu mengecup keningnya.

"Aku tinggal dulu ya"

---

"Jadi ada apa dok?" dokter itu terlihat menghela nafas, sementara jantung gracia sudah berdetak lebih cepat.

"Ada sesuatu yang harus saya sampaikan"

"Saya meminta kamu kemari karena saya yakin, kamu dapat saya percaya" lanjut dokter itu, gracia mengangguk paham dalam hati berdoa supaya ini bukan kabar buruk.

"Shani mengalami gangguan pada otaknya" gracia mengerjabkan matanya, nafasnya juga ikut terhenti untuk beberapa detik.

"Saya yakin, shani sudah merasakannya sebelum akhirnya dia benar benar drop" hati gracia mencelos mendengar ucapan dokter

"Ada kemungkinan shani sembuh, dan tidak sedikit juga kemungkinan shani akan mengalami amnesia"

"A-amnesia?"

"Iya, amnesia. Atau bahkan bisa juga ia mengalami kelumpuhan atau bahkan kabar terburuknya-"

"Cukup" gracia menghentikan ucapan dokter tersebut. Ia meremas ujung pakaiannya

"Dok, lakukan yang terbaik buat shani dok. Saya mohon, kalo shani butuh sesuatu, semisal dia membutuhkan darah, ambil darah saya dok. Kami bergolongan darah sama" gracia mengusap air matanya kasar. Lagi lagi, ini membuat gracia ingin mati saja.

"Saya akan berusaha semaksimal mungkin, tapi saya juga butuh bantuan kamu" gracia mendongakan kepalanya

"Bantuan apa dok?"

"Ketika shani mulai melupakan sesuatu, saya harap kamu jangan memaksa shani untuk mengingatnya karena itu akan berdampak pada otaknya" lagi lagi gracia membeku

"Semakin kamu memaksa, justru semakin sulit shani mengingat"

"Yang harus kamu lakukan adalah, membantu shani untuk terus menjalani hidupnya"

---

Gracia kembali keruangan shani, dengan pikiran yang berkecamuk. Mungkin, mulai dari sekarang hingga entah kapan, hati gracia tidak akan tenang.

Gracia membuka pintu dan ia disambut oleh senyuman manis dari shani. Mau tak mau gracia ikut tersenyum kecil

"Habis darimana?" tanya shani, alis gracia bertemu. Karena ia mendengar suara shani yang terdengar parau

"Kamu nangis?" bukannya menjawab, gracia justru balik bertanya. Shani menggeleng polos. Gracia duduk dipinggiran ranjang shani

"Jangan sakit sakit shan" gracia menatap shani sendu, tangannya ia taruh di kedua pipi shani. Shani terkekeh pelan, kemudian mencubit pelan pipi gracia

Dingin | Shania Gracia, Shani IndiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang