- kedelapan

5.8K 515 71
                                    


"Iyaa skarang"

"..."

"Gak lama"

Tuuttt

"Gre!" gracia menoleh,mendapati shani berlari kearahnya

"Mau pulang?" gracia mengangguk

"Bareng yuk!"

"Eh, gak deh kamu duluan aja" gracia menggaruk tengkuknya

"Loh kenapa?" shani mengerutkan keningnya, gracia diam lalu kemudian tangannya menyubit pipi shani

"Duluan yaa!"

"Eh? Gree! Graciaaaa!"
"Ck, dasar"

----

"Heran gue, balik jam sebelas belajar apaan lo" vino memutar kemudinya, gracia hanya menghela nafas

"Heh, berasa ngomong ama tembok gue" vino menoleh, ternyata gracia tertidur, vino mengangkat tangannya berusaha membenarkan rambut yang menghalangi wajah gracia.

"Bodoh, untung sayang"

Vino mengemudikan mobilnya cepat, tak ingin sepupunya itu tertidur dengan posisi seperti itu. Akhirnya mereka sampai dirumah. Pak aceng membuka pintu pagar.

"Makasih pak"

"Sama sama den!"

Vino menaruh mobilnya di garasi, kemudian ia keluar.

"Gimana ini, mana si gracia gendut. Masa gendong? Ah panggil bi inem aja lah"
"Eh jangan vin, ntar ngerepotin"

Setelah beradu dengan pikirannya, akhirnya vino memutuskan untuk menggendong gracia sampai kamarnya.

----

Gracia terbangun dari tidurnya, ia turun dari kamarnya tetapi ia tak mendapati siapapun disana. Ia ke dapur untung membasahi tenggorokannya. Lalu ia mendapatkan kertas ditempel di pintu kulkas

"Gue balik, ada urusan. Keknya bakal lama. Tapi gosa khawatir, uang belanja ama uang jajan ada di kamar om dev. Ambil kalo perlu, kalo gak gausah -vino"

"Ck, dipikir gue bego apa" gumam gracia. Lalu saat ia ingin melangkahkan kakinya ke kamar, terdengar bel dari arah pintu.

"Siapa-"
"Shani?"

"Haaiiii" shani memamerkan gigi putihnya, gracia mengangkat sebelah alisnya

"Ngapain?"

"Main lah gre, gak papa kan?" gracia menghela nafasnya kemudian mengangguk

"Masuk" shani mengangguk semangat.

"Gak ada siapa siapa gre?" tanya shani saat melihat isi rumah tersebut sepi.

"Ada"

"Siapa?"

"Aku"

"Ck gracia ngeslin, dasar gendut" gracia terkekeh, melihat shani mengerucutkan bibirnya.

"Gausah sok cembrut gitu, minta aku cium" gracia menaiki anak tangga, meninggalkan shani yang terkejut di ruang tamu.

"Cepet sini shanii!!!"

----

"Greeeeeee"

"Apa"

"Jangan baca buku terus dong, percuma kalo gitu aku main kesini dianggurin" shani mengerucutkan bibirnya, gracia terkekeh pelan

"Yaudah trus maunya gimana?" gracia menutup novel sherlocknya lalu menatap shani lembut. Shani yang ditatap seperti itu merasakan pipinya menghangat.

"J-jangan natap aku kek gitu" shani menunduk. Gracia menggenggam tangan shani, dan mengusapnya pelan

"Shan... "

"Hmm?"

"Pernah jatuh cinta gak?" shani menoleh dan melihat gracia tengah tersenyum menatap shani dalam. Lagi lagi pipi shani menghangat.

"Jujur atau bohong?" gracia mencubit hidung shani

"Jujur lahh"

"Aku pernah jatuh cinta. Aku pernah berjuang demi cinta. aku juga pernah sakit karena cinta" jawab shani tersenyum menatap gracia yang sedang menatapnya juga.

"Sesakit apa? Apa sama kayak rasa sakit yang aku alamin dulu?"

"Aku gak tau, tapi rasanya benar benar sakit. Tapiiiii... " gracia mengangkat sebelah alisnya

"Tapi?"

"Tapi aku gak kayak kamu yang berubah karena cinta. Gre, aku rasa kamu berubah jadi sosok yang dingin karena kamu gak bisa nerima apa yang terjadi dihidup kamu, iya kan?" gracia terdiam sejenak, kemudian menatap shani lagi dan mengangguk.

"Nah perbedaan kita disitu, kalo kamu berpikir dunia gak adil sama kamu saat itu, makanya kamu jadi berubah, kalo aku bisa nerima itu jadinya buat apa aku harus larut dalam kesedihan" shani mencubit pipi gracia.

"Lagipula, aku yakin tuhan udah siapin sesuatu yang lebih baik buat kita" gracia tersenyum.

"Trus skarang kamu lagi jatuh cinta gak?" tanya gracia, shani terdiam. Degupan jantungnya berdetak tidak karuan.

"Shan?"

"Eh? Hngg, aku gak tau" shani menunduk

"Kok gak tau?" gracia duduk mendekat, bahu mereka sudah bersentuhan. Shani menelan ludahnya

"M-memang gak tau gre" saat shani ingin mencoba menjauh, gracia justru menahan tangan shani. Mereka bertatapan.

"Bibir kamu kering" kata gracia pelan, shani memegang bibirnya kemudian membasahinya dengan saliva miliknya.

"Bukan gitu caranya" kata gracia, shani mengerutkan alisnya

"Terus gimana?"

Dan entah apa yang merasuki tubuh gracia saat itu. Gracia mendaratkan bibirnya di bibir shani. Gracia memejamkan matanya, berbeda dengan shani yang terbelalak. Rasanya kupu kupu didalam perutnya berterbangan. Lalu, shani teringat kata ayahnya dulu

"Saat jatuh cinta, kamu akan merasakan sesuatu berterbangan dari dalam perutmu. Jantung mu akan berdegup kencang"

Setelah beberapa detik, gracia menjauhkan bibirnya dan menempatkan keningnya di kening shani dan mengatur nafasnya. Shani mengedipkan matanya, dan sepersekian detik ia mendorong gracia berbaring di ranjang dan kembali mencium gracia

----

Canggung.

Satu kata yang menggambarkan keadaan di kamar gracia sekarang. Benar benar canggung. Rasanya baru pertama kali bertemu.

"Gre... "

"Shan... "

Gracia dan shani menoleh, merasakan pipi mereka merona.

"Kamu dulu" kata gracia, shani menggeleng

"Kamu dulu" gracia menghela nafasnya kemudian menunduk

"Maaf... "
"Maaf karena udah lancang ngelakuin hal bodoh kaya tadi" pandangan gracia kosong, tangannya bergetar.

"Gak papa" gracia mengerutkan keningnya.Lalu gracia melihat shani tersenyum hingga matanya hilang

"Keknya aku jatuh cinta" gracia menelan ludahnya, menoleh pada shani

"Sama siapa?"

"Kamu"



****

APAINI?

KENAPA AKU BIKIN INI?

YAK SILAHKAN BULLY SAYA

HHHH GRESHAN LUCUK PISAN ASTAGAA.

Dingin | Shania Gracia, Shani IndiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang