Udah sembilan belas part aja wkwk. Anw, thanks buat kalian yang tetep stay sama cerita abal abal ini. Aku bukan seorang penulis handal wkwk, aku segumpal zigot yang masi belajar untuk jadi penulis yang baik:) thank you kalian!
.
.
.
Gracia diam dikamarnya. Setelah mengantarkan shani ke tempat terakhirnya, gracia sama sekali tidak berbicara. Menangis pun rasanya tidak bisa, rasa rasanya air matanya sudah tidak mau untuk keluar.
"Jangan dinangisin, shani gak akan pernah tenang kalo lo gak relain dia" kirakira begitulah ucap vino untuk menenangkan gracia.
Sekarang, pada jam ini, detik ini, gracia masi saja tidak percaya bahwa ia telah kehilangan sosok yang benar benar mengisi waktunya selama ini. Gracia berdiri dari duduknya lalu membuka lemari pakaiannya dan mengambil dua buah koper. Ia memasukan barang barang yang menurutnya penting kedalam koper itu. Sampai hingga, vino datang ke kamarnya.
"Gre?" gracia menoleh, lalu tersenyum kecil
"Lo mau kemana?" tanya vino, gracia menghela nafasnya.
"Jerman" vino terbelalak, apa apaan ini?
"Gre gua gak becanda! Lo mau kemana?"
"Apa lo gak liat, muka gua serius atau ngga?" tanya gracia balik, alis vino mengerut kemudian ia menggeleng gelengkan kepalanya.
"Tapi mau apa lo ke jerman?"
"Nyusul nenek" vino menarik bahu gracia, memaksa untuk menoleh ke arah vino.
"Gracia! gua gak bego. Gua yakin tujuan utama lo ke jerman bukan cuma mau kerumah nenek" gracia terkekeh miris
"Siapa peduli?"
"Lo ngomong apasih?! Shani baru aja pergi ninggalin kita semua, dan sekarang? Lo juga mau pergi ninggalin om deva? Tante ve? Gitu?" vino mencengkram bahu gracia, ia benat benar marah sekarang. Mata gracia kembali memerah, menahan sesuatu yang ia sudah tahan beberapa jam yang lalu
"Buat apa gua disini? Shani udah dengan tega nya pergi ninggalin gua, gua gak berguna tanpa shani, vin. Plis, adanya gua disini cuma bikin gua gak bisa relain shani pergi" jawab gracia tertahan, vino menggeleng
"Tapi gak dengan cara lo ke jerman juga gre, lo gaperlu ke jerman buat ngelupain shani. Lo tinggal cari seseorang yang baru" gracia memandang tajam kearah vino. Apakatanya? Mencari seseorang yang baru? Omfg.
"Cari orang baru? Lo pikir nyari pengganti shani sama kea lo ngedip? Nggak vin!" gracia kembali memasukan beberapa bajunya. Dan memghiraukan vino disebelahnya yang berusaha menahan gracia pergi.
Setelah gracia rasa semua keperluannya sudah dimasukkan kedalam koper, gracia mengambil sesuatu di nakas tempat tidurnya. Vino mendecih
"Keluar negeri mau move on dari shani? Tapi masih bawa foto berdua sama shani? Bodoh tau gak" ucap vino, lagi lagi gracia menghiraukan kalimat itu lalu ia memasukkan foto itu kedalam kopernya.
"Makasih, makasih karena udah jadi abang yang baik buat gua. Tanpa lo, gracia gak akan kea gini. Lo panutan vin, ohiya setelah pembagian ijazah gua bakal balik ke indo, tapi gua bakal ke jerman lagi dan ngelanjutin kuliah disana. Itu jalan terbaik buat move on dan terus jalanin hidup gua. Jangan sungkan kalo mau main kesana, gua selalu nunggu lo" vino menyentil jidat gracia, tetapi sedetik kemudian vino memeluk gracia erat. Begitupun gracia, air mata yang ia tahan sedari tadi pun akhirnya menetes dalam jumlah banyak dan membasahi baju vino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dingin | Shania Gracia, Shani Indira
Fanfiction"dia dingin, tapi aku suka" -shani ©ketgils, 2k17