Part panjang guys! Wkwk
Author pov
Hari ini, kelas gracia dan shani sedang pelajaran olahraga. Gracia dan shani ke toilet perempuan untuk mengganti pakaiannya.
"Gak ada yang ketinggalan kan?" tanya gracia, shani menggeleng sambil tersenyum
"Nggak kok, tenang aja" gracia mengangguk.
Setelah mengganti pakaian, mereka berdua bejalan menuju lapangan indoor, dikarenakan cuaca yang kurang mendukung.
"Mau pake sweater aku gak?" tawar gracia saat melihat shani menggosokan telapak tangannya. Shani menggeleng
"Gak perlu, aku cuma kedinginan dikit kok"
Beberap sekon kemudian, gracia menarik tangan shani dan diarahkan ke mulutnya lalu meniup tangan shani bermaksud memberikan kehangatan. Setelah itu gracia menggosok gosokkan telapak tangannya lalu ditempelkan di pipi shani. Berkali kali.
"Kamu gak perlu ngelakuin ini gre" gracia mengerutkan alisnya
"Emangnya kenapa? Ini kan kemauan aku" gracia menempelkan tangannya di pipi shani, semburat merah muda muncul di pipi shani.
"Udah ah yuk, takut keburu dimulai"
----
"Yak! Jadi hari ini,kita akan belajar mengenai shoot bola basket kearah ring"
"Bukan ring tinju ya" lanjut pak galih, lalu mario menyaut
"Bapak bisa aja, kalo mau ngelucu yang lucu pak"
"Sini pak belajar sama saya" sontak seluruh murid kelas gracia tertawa, termasuk gracia dan shani."Halah sok ngejago kamu"
"Saya jago pak, apalagi basket" jawab mario, pak galih menggelengkan kepalanya.
"Iyaudah terserah kamu, bapak ngalah aja" mario tertawa terbahak-bahak, sementara pak galih mengerucutkan bibirnya.
"PAK GALIH SOK IMUT!!!"
Seketika suasana menjadi hening. Semuanya serempak menoleh kearah nabil yang sedang mendribble bola basket ditangannya.
"Bil, cari mati lo"
"HAJAR PAK JODOHNYA RATNA"
Dan akhirnya satu jam pelajaran habis karena pak galih yang mencoba mengejar nabil.
----
KRING KRING
"Baiklah sudahi dulu sampai disini"
"Smoga bermanfaat, silahkan kembali ke kelas jangan lupa mengganti pakaian" setelah itu pak galih pergi meninggalkan anak anak yang terduduk di lapangan dengan keringat yang mengucur deras.Gracia terduduk di tribun penonton lapangan indoor, berusaha mengatur nafasnya yang tidak teratur.
"Nih"
Gracia menoleh, lalu melihat shani menjulurkan sebotol air mineral
"Makasih" shani mengangguk, kemudian duduk disebelah gracia. Kemudian senyum tipis terlukis dibibir shani.
"Jadi inget waktu kamu dihukum gara gara aku" gracia menoleh, mendapati shani sedang tertunduk menatap sepatunya
"Waktu itu kamu gak mau nerima air mineral dari aku, sampe akhirnya aku harus maksa kamu"
"Tapi skarang kamu gak perlu aku paksa lagi" lanjut shani diiringi kekehan kecil, tanpa sadar gracia mengulas senyumnya.
"Gre..."
"Hmm?"
"Tatap aku dong"
"Ck apa sh-" omongan gracia terhenti saat melihat shani dengan jarak dekat.
"Kamu kok dingin banget sih jadi orang?" pertanyaan itu lolos dari bibir shani, akhirnya selama sebulan gracia dan shani berteman.
"Harus ya pertanyaannya dijawab?"
"Kok balik nanya sih, ya iyalah" shani mencubit pipi gracia, sang empu menjerit tertahan.
"Yakin pengen denger?" lagi lagi shani mengangguk. Gracia tersenyum kecil. Matanya menatap langit langit bangunan.
"Dulu aku pernah dikecewain seseorang" gracia memulai ceritanya.
"Dikecewain sama orang yang bener bener aku percaya, dikecewain sama orang yang bener bener aku sayang, dikecewain sama orang yang bener bener aku peduliin" shani menatap gracia dalam, belum pernah shani melihat gracia seperti ini. Gracia terlihat cuek dan dingin, tidak peduli terhadap sekitar, tapi hatinya sangat rapuh.
"Dulu aku pernah buat janji sama dia, buat terus bareng bareng sampe rambut aku udah gak item lagi, janji yang dibuat sama anak umur 6 tahun"
"Dia orang yang paling ngerti keadaan aku, dibanding orang lain. Bahkan papa dan mamaku dulu" suara gracia mulai berubah serak, shani menggenggam tangan gracia.
"Dia terlalu banyak ngukir kenangan disini" tangan gracia menujuk dadanya
"Dulu, aku cuma nganggep dia sebagai teman, dan berfikir akan tetap menjadi teman"
"Tapi semakin kesini, perasaan ingin memiliki dia semakin banyak dan besar, awalnya aku pikir ini karena aku nyaman temenan sama dia. Tapi semakin kesini, perasaan ingin memiliki aku semakin gak terkendali" gracia diam sejenak, tangannya gemetar menggenggam tangan shani
"Aku jatuh cinta sama dia" shani melihat bulir air mata gracia menetes
"Jatuh Cinta hal yang wajar kan gre, kamu tau itu kan?" shani mencoba menghibur gracia, gracia menggeleng
"Aku jatuh cinta sesama jenis shan!" gracia berteriak, untung saja disana hanya ada gracia dan shani. Shani terdiam, gracia menangis. Beberapa saat kemudian, gracia tertawa
"Kaget kan? Udah sana pergi" gracia melepaskan tangan shani, shani menoleh
"Maksud kamu?"
"Aku gak normal, kamu gak sepantasnya temenan sama aku. Mungkin mereka yang tau cerita ini bakal langsung tinggalin aku karena mereka ngerasa jijik" gracia tersenyum kecut
"Sama kayak dia, dia ninggalin aku karena dia ngerasa jijik sama aku dan setelahnya aku gak tau kabar dia gimana, dia hilang" shani menggelengkan kepalanya keras.
"Jangan samain aku kek mereka gracia!" gracia terkejut, ini pertama kalinya shani berbicara dengan nada yang tinggi.
"Aku sayang sama kamu, aku bukan mereka yang dateng disaat mereka butuh kamu. Aku gak kayak gitu gre, aku sayang sama kamu" shani menangkupkan wajar gracia ditangannya.
"Denger ya, mulai sekarang, kamu gak perlu mikirin masa lalu kamu, tentang sahabat kamu dulu, maupun tentang mamamu dulu" alis gracia mengerut
"Kamu... Tau tentang masalah mamaku?"
"Om dev yang cerita" gracia terdiam, kemudian menatap shani dalam
"Aku gak akan ngulangi kesalahan yang sama, aku bakal jaga kamu, aku gak mau kamu pergi" shani menelan ludahnya dalam, pipinya terasa hangat
"Makasih"
Chuu~
Bibir gracia mendarat tepat dipipi shani, gracia tersenyum kecil lalu tangannya menarik shani untuk bangkit. Shani menggeleng.
Aku rasa perasaan mu dulu berpindah padaku gre -shani.
****
Kira kira lanjutannya gimanaaa~
Wkwk stey tun ya guys!
Vomment nya jangan lupaa~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dingin | Shania Gracia, Shani Indira
Hayran Kurgu"dia dingin, tapi aku suka" -shani ©ketgils, 2k17