Penjelasan

338 35 3
                                    

Huruf italic atau miring itu flashback ya. Semua kejadian bakal dibahas disini. Berurutan kok, tenang.

-------------

Luna dan Harry tak pernah luput dari saling menatap satu sama lain selama beberapa menit yang lalu.

'Penjelasan' yang akan dikatakan Harry sepertinya hanya angan angan, karena tak ada satu orang pun yang bicara.

Dengan kaki yang mengetuk-ngetuk lantai, Luna berbicara dengan nada tenang. "Apakah kau akan terus begini? Dimanakah penjelasan itu?"

Mendengar ungkapan Luna, Harry kembali mengedip dan membuka mulutnya. Namun dua detik kemudian ia tutup kembali. Remot kecil yang entah untuk apa berada di genggaman Harry.

"Apakah penjelasannya sangat panjang hingga membuatmu takut kehilangan suaramu?" Tanya Luna.

"Bukan begitu, maksudku.." sekujur tubuh Luna merinding begitu mendengar suara Harry yang berubah dari kali terakhir mereka bertemu.

"Kau tak mau bicara? Kalau begitu, lebih baik aku pergi." Bangkit dari duduknya, Luna berjalan kearah pintu keluar, tetapi berhasil ditahan oleh Harry.

Ruangan yang kedap suara dan berada diujung lorong adalah ruangan yang sangat efisien untuk Harry dan Luna. Bertengkar pun tak ada yang akan mendengar.

"Kumohon, tetaplah disini. Aku akan menjelaskan semuanya, please?" Ucap Harry dengan mata yang berbinar membuat pertahanan Luna sedikit luntur. Ya, hanya sedikit. Sebab, hari itu, menit itu, detik itu, dimana Harry sudah berhenti menulis pesan untuknya, Luna sudah berjanji bahwa ia akan menjadi gadis yang kuat dan elegan. Dan sampai sekarang pun perjanjian itu masih tertanam dibenaknya.

"Ceritakan." Luna menepis tangan Harry dan kembali duduk di kursi dengan wajah kakunya. Sesekali, kakinya bergesek tak nyaman karena menahan rasa gugup. Meskipun hanya sesekali, Harry sebenarnya menyadarinya. Namun ia biarkan karena ia tau bahwa Luna sedang berusaha untuk tenang. Berusaha untuk tidak mengacaukan pertemuan pertama mereka setelah lima tahun berlalu.

"Jadi," ucap Harry, memulai cerita, mencoba mengingat kembali kemasa lima tahun lalu, tepat sesudah kekacauan di rumah Luna terjadi..

Harry's POV

Dering telepon membangunkanku dari tidurku. Malam ini semuanya sangat kacau. Aku dan Luna pulang dengan keadaan yang berantakan, lebih tepatnya gadis yang kusayangi.

"Halo," ucapku dengan suara serak khas bangun tidur. Wajar saja, ini tengah malam. Siapa orang kurang kerjaan yang menelepon tengah malam begini jika bukan orang mabuk?

"Halo Harry." Dengan sekejap mataku terbuka lebar. Suara ini.. suara ayah Luna. Aku ingat betul. Karena terlalu takut, aku hanya membungkam mulutku.

"Apa kau menyayangi anakku?" Aku mengernyit mendengar ucapannya. Bukannya dia..

"Tunggu. Apa maksudmu, tuan?" Tanyaku. Tanganku berdalih mengusap kasar wajahku. Aku tau pasti apa arti kalimat yang ia ucapkan barusan.

"Aku mau kau menjauhi Luna. Apapun yang terjadi." Tegasnya.

Kernyitan didahiku semakin dalam. "Tidak. Maaf, tuan." Dengan begitu, aku menutup teleponnya. Aku tau ini tak sopan, tapi apa urusannya melarangku dekat dengan anak yang bahkan tak pernah diliriknya?

*

Siang ini, dihari yang sama, tua Abraham alias ayah Luna mengajakku bertemu. Aku tau apa topik yang ia bicarakan. Tapi aku tak bisa menolak.

"Permisi." Aku menampakkan diri dihadapannya. Dengan angkuh, ia melirikku kemudian melanjutkan aktivitasnya yang tak kuketahui. Dengan sopan, aku duduk dihadapannya dan memandanginya. Parasnya sama persis dengan Luna. Hanya berbeda di bentuk wajah dan alis, sedikit.

Rental Boyfriend 📌 H.S (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang