One

39.6K 2.9K 94
                                    

Aku tekankan dulu.
Part 1 sampai 5 sudah aku revisi. Kata lo-gue udah jadi aku-kamu.

*👗👗👗👗👗*

"Rose mau itu.. lalu itu.. dan... ehm itu juga!" Pinta Rose pada pelayan toko di Luxury Boutique, tempat ia biasanya pergi untuk shopping.

"Iya nona." Jawab sang pelayan toko yang terlihat kuwalahan karena permintaan bertubi-tubi dari Rose.

Bagaimana tidak melelahkan? Sudah hampir tiga jam lamanya Rose, gadis bermata biru safir dengan dress putih yang terpasang di tubuh indahnya, meminta beberapa pelayan untuk melayaninya. Tak satupun yang dapat menolak keinginan gadis itu, karena butik ini adalah salah satu cabang perusahaan dari Alterio Group, milik ayahnya.

"Non, sudah hampir malam, sebaiknya..."

"Ish, apaan sih bik! Rose masih mau shopping!"

"Tapi, nanti nyonya marah lagi lho. Emang non gak takut kalau kartu non di blokir lagi?"

"Kalau mama blokir kartu Rose, nanti Rose minta kartu lagi sama papa. Papa kan sayang sama Rose."

Mendengar ucapan polos Rose, bibi Jane, pengasuh pribadinya hanya dapat menghela nafas dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Selama ini yang hanya dipikirkan oleh nona mudanya hanya menghambur-hamburkan uang. Tidak pakaian, sepatu maupun urusan salon, semuanya selalu nonanya lakukan setiap hari. Entah apa jadinya kalau suatu hari jika nonanya nanti hidup miskin tanpa pelayan yang dapat melayaninya? Bisakah nonanya bertahan? Ia cukup khawatir dengan masa depan nona mudanya, karena bagaimanapun juga ia sudah menganggap Rose sebagai anaknya sendiri.

"Bik, bik! Sini deh, dress ini cocok gak sama Rose?"

"Bagus non."

"Dari tadi jawabannya bagus mulu. Gak ada yang lain apa?"

"Tapi itu memang bagus kok non. Cocok buat non."

"Ya udah, Rose mau ini juga." ucap Rose pada pelayan toko yang masih berdiri di sampingnya.

"Sudah selesai belanjanya non?"

"Ehm, udah aja deh."

"Kalau gitu biar saya suruh pak Muji untuk menyiapkan mobilnya. Non tunggu di depan saja."

"Hm." jawab Rose sembari menganggukkan kepalanya yang masih setia menatap kepergian bibi Jane.

Kring.. kring..

Rose mengambil telpon selulernya dan melihat nama Clara di layar. Bisa dibilang Clara adalah teman satu-satunya yang dimiliki oleh Rose. Sahabat satu-satunya yang dapat bertahan dengan karakter Rose yang egois dan manja.

"Ada apa Cla?"

"Kamu lagi dimana Rose?"

"Rose masih di butiknya papa. Memangnya kenapa?"

"Aku mau ajakin ke klub. Mumpung besok hari libur, Rose. Gimana?"

"Klub? Nggak ah, Rose gak boleh kesana. Lagian kita kan masih di bawah..."

"Ayolah, temenin aku dong Rose. Lay ngajak aku ngedate ke Paradise Club. Please."

"Tapi, kalau mama tahu, Rose nanti pasti dihukum."

"Tenang aja, nanti biar aku yang bilang ke om Kenzo. Aku bakal bilang kalo kamu mau nginep ke apartemen. Gimana?"

"Tapi..."

"Gak usah tapi-tapian. Bentar lagi aku sampai."

"Eh, Cla.."

Tuut...Tuut...

Rose menatap kesal telpon selulernya yang ditutup sepihak oleh Clara.

"Non, mobilnya sudah siap. Ayo kita pulang."

"Bibi pulang duluan aja. Rose mau jalan sama Clara."

"Mau kemana non?"

Rose harus bilang apa ya?

"Ehm... Rose mau..."

"Nona ingat, apa janji nona sama tuan kan?"

"Ish, Rose ingat kok! Masa jalan aja gak boleh. Rose pusing kalau tiap hari belajar."

"Tapi..."

"Rose gak bakat jadi anak pintar!"

Bibi Jane hanya bisa menghela nafas berat melihat tingkah laku nona mudanya. Percuma jika berdebat dengannya, karena pada akhirnya dialah yang harus mengalah. Bagaimana tidak, dalam sebulan sudah hampir lima guru les yang keluar masuk mansion Alterio. Dan itu semua adalah ulah nonanya.

Namun dari kelima guru les yang keluar masuk tersebut, terdapat satu guru les yang mencetak rekor tercepat untuk mengundurkan diri. Ketika ditanya alasan pemuda itu untuk mengundurkan diri adalah karena dia takut dengan Rose. Takut?

Kalian tentu tahu apa maksudnya kan? Yah, ternyata nona menggodanya. Sebagai laki-laki lajang dengan status sebagai mahasiswa, tentu saja pemuda itu tak tahan. Alasan yang tentu saja membuat tuan besar murka dan melarang Rose untuk keluar rumah, kecuali untuk sekolah.

Tin..Tin..Tin..

Suara klakson mobil terdengar keras dari luar butik. Rose yang tampaknya mengenal tipe mobil tersebut kemudian berlari keluar dan memberikan belanjaannya secara asal pada bibi Jane.

"Dah, bik. Clara udah datang tuh."

"Eh, non! Nona belum bilang mau jalan kemana!"

Bibi Jane mengejar Rose dengan langkah tertatih-tatih karena semua barang belanjaan nonanya diberikan asal pada dirinya.

"Nona! Nona!"

Teriak bibi Jane melihat mobil yang ditumpangi oleh Rose telah meninggalkan area butik.

"Aduh, tuan pasti marah."

*****

Suara hingar-bingar dalam sebuah klub pada malam itu benar-benar membuat suasana semakin memanas. Lagu Armin Van Buuren feat. Gavin DeGraw - Looking for Your Name, menjadi lagu pembuka di Paradise Club yang isinya para pasangan yang tengah bercengkrama.

Namun dari kumpulan itu, hanya ada satu sosok pemuda dengan kaos hitam bertuliskan I am Demon, yang menjadi pusat perhatian para kaum hawa yang sengaja berlalu lalang untuk menarik perhatiannya.

Mengenakan setelan jeans hitam model washed-out yang dipadankan dengan t-shirt putih dan jaket bomber membuat laki-laki yang tengah duduk di sofa panjang dengan sebotol bir di tangannya itu terlihat dominan. Sepatu model double monks tak luput menjadi nilai tambah untuk penampilannya malam ini.

Rush, laki-laki bermata biru cerah itu tak mampu mengalihkan perhatiannya pada sosok gadis yang duduk di seberang mejanya. Ia melihat gerak-gerik gadis itu yang terkesan canggung dan kikuk. Bahkan pakaiannya termasuk pakaian yang paling sopan di klub ini. Dress putih tanpa lengan dengan rambut panjang yang sengaja ia gerai. Penampilan yang membuat kaum adam ini tak mampu sedikit saja untuk tidak menatapnya, termasuk dirinya. Bahkan ia berkali-kali melihat ia menolak mentah-mentah ajakan laki-laki hidung belang untuk sekedar dance atau minum dengannya.

Namun ada sesuatu yang aneh dengan gadis itu...

"Rush, mau kemana?" Tanya Josh, ketika melihat sahabatnya bangkit dan berjalan menuju seberang meja.

Rush hanya memberikan jawaban berupa senyum evil di wajahnya. Dan Josh tahu apa maksud ekspresi itu.

"Sialan, korban baru, hah?"

-TBC-

Jangan pelit kasih vote dan komentar ya teman-teman.. 😭😭😭

Masih pub ulang...

By : ErayDewiPringgo

RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang