Twenty Four

8.7K 752 63
                                    


******

Sasha meringis saat melihat tatapan tajam Rush. Anaknya yang satu itu benar benar mengerikan. Entah sifat Rush menurun dari siapa. Atau ini akibat dari sikapnya saat mengandung Rush. Sasha begitu menyukai saat mengumpati Kenzo yang seperti manusia beku.

"Apa Rush?" tanya Sasha seolah tidak tahu. Wanita itu mebalik halaman majalah yang dia lihat.

"Ma-"

"Aduh,"

Sebelum Rush membuka mulutnya lebih lebar terdengar suara benda jatuh ditambah ringisan pilu dari arah dapur. Rush yang menyadari jika Rose sudah tidak ada di sampingnya bergegas menyusul gadis ceroboh itu.

Sialan!

Baru beberapa saat Rush mengalihkan perhatiannya, Rose sudah bertingkah sesukanya. Apa dia harus mengurung Rose di ruangan yang sangat steril dan juga tidak ada benda apapun di dalamnya?

Pemuda itu ingat ketika Angel mengatakan jika Rose sering terluka saat melakukan sesuatu. Banyak yang baru Rush ketahui tentang Rose.

Bagian pertama, gadis itu mudah percaya dengan orang asing, Rose pernah menjadi korban dari rival bisnis Kenzo yang tidak terima tender nya kalah telak.

Yang kedua, jangan pernah membiarkan Rose memegang pisau dengan tangan mungil nya. Angel bilang saat Rose mengupas buah apel pertama nya, gadis itu nyaris mengiris jemarinya.

Dan yang terakhir juga pesan dari Kenzo dengan sedikit sentuhan kasih sayang dari pria itu, Rush jadi tahu jika Rose pernah mengalami hal mengerikan saat dia menjadi tawanan rival Kenzo. Sesuatu berbau sensualitas yang tidak seharusnya gadis berusia sembilan tahun alami.

"Aduh...duh..."

Rush mengetatkan rahangnya saat melihat Rose meringis sambil meniup jari kelingking kakinya dengan tangan kiri yang dikibas-kibaskan. Bibir merah gadis itu terlihat mencebik menahan tangis.

"Rush sakit," ucap Rose sembari merentangkan kedua lengannya saat Rush berderap menghampirinya.

"Kamu lagi apa?" tanya Rush setengah mendesis.

Bisa memar wajah tampan nya jika Kenzo tahu jari sang putri tersayang terkena pisau.

"Ayo kita obati," ucap Rush menarik lengan kanan Rose.

"Aduh, sakit Rush. Rose gak bisa jalan." ucap Rose manja. Tapi memang benar jika jari kelingking kakinya terasa nyeri setelah menabrak kaki meja.

"Tangan Rose juga sakit. Ini keluar darah nya tahu!" Rose nyaris berteriak di ujung kalimatnya. Gadis itu berteriak histeris saat melihat darah mulai keluar dari jari manisnya yang terkena pisau.

"Ck," Rush berdecak kesal kemudian mengangkat Rose dalam gendongan nya. Rose yang mendadak digendong pemuda itu membelalakkan matanya. Gadis itu segera menenggelamkan wajahnya pada leher Rush. Rush menggendongnya seperti bayi koala.

"Rush," panggil Rose dengan suara berbisik.

"Hmm."

Rush melangkah hati-hati meskipun dalam hati mengumpat kasar saat merasakan napas hangat Rose yang terasa di lehernya.

Sialan gadis ini!

******

"Shh Rush,"

Rose meringis menahan perih saat Rush membersihkan luka di jarinya dengan alkohol.

"Kenapa gak langsung diplester sih Rush!"

RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang