Twenty Six

7.6K 525 44
                                    

Song : Alan Walker ~ Play

Seorang gadis bergerak tidak nyaman dalam tidurnya. Ranjang yang biasanya luas terasa sempit karena dia tidak bisa menggerakkan anggota badannya. Tangan yang sebelumnya memeluk leher tegas di depannya naik ke atas dan menarik rambut lebat di sana.

Dia merasa pengap karena orang itu mendekapnya erat. Kaki yang akan dia gunakan untuk menendang dikunci kaki kuat pemuda yang memeluknya.

"Rush, pengap. Rose tidak bisa bernapas." rengek Rose sebelum menggigit dada bidang Rush yang ada di depan matanya.

"Sshh..."

Rush meringis perih dengan mata yang masih tertutup. Tangan besar yang sebelumnya memeluk pinggang ramping Rose mengusap dadanya yang seperti digigit serangga.

"Rush. Bangun. Rose kan mau sekolah." rengek Rose lagi mendorong dada bidang Rush.

Gadis itu mengeliat, keluar dari kungkungan tubuh Rush yang besar. Rose mengerucutkan bibirnya saat melihat jam dinding hitam yang menunjukkan pukul 7 pagi. Belum terlambat untuk sekolah. Bell masuk akan berbunyi pukul 8 tepat jadi masih ada satu jam lagi untuk bersiap. Jujur Rose tidak suka sekolah. Dia lebih suka di rumah dan menonton drama Ji Chang Wook oppa-nya. Tapi Rose juga tidak mau jika dia tidak berpendidikan. Angel, sang ibu mengatakan. Jadi perempuan harus berpendidikan agar tidak mudah diperdaya laki-laki.

Meskipun manja, Rose sebenarnya sudah berencana untuk bisa hidup mandiri. Dia benci saat teman-temannya memandang Rose rendah karena sifatnya yang manja. Rose juga tidak ingin manja, tetapi sendari kecil dia selalu mendapat apa yang diinginkannya.

Di sekolah lamanya, Rose setidaknya memiliki beberapa teman yang tidak memandangnya sinis. Dan sekarang Rose harus mulai bersosialisasi lagi karena sang ayah, Kenzo-menyebalkan-Alterio dengan mudahnya memindahkan sekolah Rose.

"Rose mau mandi." ucap Rose keluar dari kamar Rush dan menuju kamar yang ditempatinya.

Gadis itu meringis saat melihat lehernya yang merah. Seperti gigitan serangga tapi Rose tahu jika itu bukan. Proses pembuatannya yang membuat Rose menangis histeris karena mengingat masa lalunya.

Tok Tok Tok

"Rose kamu di dalam?"

Rose melirik pintu kamar mandi yang diketuk. Gadis itu mengambil sikat gigi baru yang ada di lemari atas wastafel kemudian mengisi air ke dalam gelas.

"Rose sedang telanjang!" teriak Rose dengan pipi memerah.

Rose mengerutkan dahinya saat tidak lagi mendengar ketukan pintu. Sepertinya Rush sudah pergi. Ya, Rush memang pergi dari kamarnya. Mendengar jawaban Rose dari kamar mandi sudah cukup membuatnya kelimpungan. Otaknya secara otomatis membuat ilusi tubuh telanjang putri Kenzo itu.

******

Rose turun dari lantai dua menuju ruang makan sudah lengkap memakai seragam sekolahnya. Gadis itu memuji ibunya yang cekatan. Jika bukan Angel yang mengirim seragam dan juga tasnya, Rose mungkin akan bolos lagi. Tapi jika dipikirkan lagi, membolos bukan hal yang baik.

"Tante," sapa Rose ketika melihat Sasha yang meletakkan mangkuk besar berisi nasi goreng spesialnya.

"Hay sayang,"

Sasha mengecup pelipis Rose yang sudah duduk di kursinya. Wanita satu anak itu meringis, dia ingin anak perempuan yang manis. Seperti Rose, tapi takdir membuatnya menjadi ibu seorang pemuda kaku yang dia beri nama Rush.

RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang