Seventeen

16K 1.3K 84
                                    

Sebelum mulai.
Pembukaan dulu.

Tandai typonya sebelum aku malu dikira jempol makin gede.

525 vote ya plus 50 komentar. Kenapa naik lagi? Yah sori deh, tapi ini menyesuaikan ya sama harga sembako yang naik semua.
.
.

Rose menuruni anak tangga dengan semangat. Dia mengingat dengan pasti ucapan Rush beberapa jam lalu. Bahwa pemuda itu menjanjikan kencan dengannya. Kencan pertama Rose. Setelah beberapa kali gadis itu mencoba untuk kencan dengan teman laki-laki di kelasnya dan Kenzo selalu datang mengacaukan segalanya.

Ugh. Terkadang Rose gemas dengan sikap papanya yang itu.

Rose menggelengkan kepala, mengusir pikiran jika Kenzo akan mengganggu nya lagi. Tidak. Kali ini papanya tidak akan bisa mengganggu nya.

Bibir merah mudanya tersenyum tipis. Memikirkan jika Kenzo tidak akan berhasil mengganggu kencannya dengan Rush.

"Rush ayo berangkat," teriak Rose penuh semangat.

Gadis itu memakai pakaian yang terlihat imut di tubuhnya. Setelan dress dengan potongan sederhana berwarna kuning cerah dan flatshoes peach menghiasi kakinya.

Rose mengamit lengan Rush sesaat setelah pemuda itu berdiri. Bibirnya yang lembut terlihat memperlihatkan senyum malu-malu saat Shaila melempar senyum tipis ke arahnya. Rose menggigit bibirnya menahan senyumannya lebih lebar.

"Kita akan kemana?" tanya Rose setelah memasuki mobil, gadis itu bertanya tanpa menatap Rush.

Sementara Rush menatap Rose yang tampak sibuk dengan seatbelt yang akan membelit tubuhnya. Beberapa kali Rush mendengar gerutuan dari Rose yang sebal.

Gadis ini.

Rush mendesah gemas kemudian memajukan tubuhnya mendekat pada Rose. Kepalanya menunduk hampir menyentuh dada gadis itu jika saja Rose tidak terkesiap menahan nafasnya. Rush sibuk berkutat dengan seatbelt tanpa menyadari ada jantung seseorang yang berdegub kencang.

"Selesai." ucap Rush kemudian menjauhkan tubuhnya.

Rose yang terkejut karena ucapan Rush yang tiba-tiba memukul kepala pemuda itu dengan tasnya. Membuat Rush mengaduh dan menatapnya tajam.

"Kenapa memukul?" tanya Rush tidak terima.

"Kamu kenapa dekat-dekat?" tanya Rose balik, sengit.

"Aku hanya ingin membantu,"

"Bantuan kamu buat aku hampir jantungan," gumam Rose pelan.

"Apa?"

"Hah? Apa?" tanya Rose balik.

Rush menghembuskan nafas jengah kemudian memutar bola matanya.

"Terserah," ucapnya sebelum menyalahkan mesin mobil.

Membawa mobil milik Erick yang terparkir indah di depan mansion.

******

"Wah Rush! Ini sangat indah!" teriak Rose sambil merentangkan kedua lengannya.

Kepalanya mendongak dengan mata tertutup menikmati semilir angin yang berembus. Tidak menyadari tatapan kagum dari pemuda di belakangnya yang tersenyum.

"Kenapa?" tanya Rose saat melihat Rush yang masih tersenyum senang di belakang tubuhnya.

"Rush,"

Panggil Rose hampir berteriak dengan telapak tangan yang melambai di depan wajah Rush. Pemuda itu melamun hingga membuat Rose kesal dan mencubit hidung mancung Rush yang sombong.

RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang