Twenty Five

7.8K 636 23
                                    

HAPPY READING.
JANGAN LUPA VOTENYA (ya ampun berasa ngemis vote)

Rush melangkah panjang-panjang memasuki rumahnya. Pemuda itu mengendarai mobilnya dengan serampangan. Rush menghempaskan pintu depan tidak sabar kemudian berteriak memanggil nama Rose. Yang membuatnya ingin mengunci gadis itu di kamarnya agar tidak membuatnya khawatir.

Rush benci perasaan ini. Perasaan khawatir nya terasa berlebihan untuk gadis ceroboh itu.

"ROSE!"

"Apaaaa?" teriak Rose dengan suara cempreng nya yang khas.

Rose yang duduk di sofa ruang keluarga dengan Mia yang ada di sampingnya. Mereka tengah bercengkerama membahas Ji Chang Wook yang sedang menjalani wajib militer nya. Bibirnya mencebik saat kegiatannya terganggu oleh suara Rush yang seperti orang kelaparan.

"Rose di sini. Depan televisi." teriak Rose saat kembali mendengar teriakan Rush.

"Jadi...jadi... Bagaimana kamu bisa bertemu Ji chang Wook?" tanya Rose antusias.

Matanya yang jernih berbinar saat menatap Mia yang menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

"Ehmm...dulu saat aku ke Korea Selatan, aku bertemu Ji Chang Wook di Namsan Seoul Tower."

"Jadi? Apa Ji Chang Wook punya abs?" tanya Rose polos.

Mia mengulum senyum, mengingat pertemuan tidak sengaja nya dengan aktor Korea multi talenta itu. Seperti di dalam drama, pria itu memang sangat tampan dengan senyum ramahnya. Saat melihatnya langsung, Mia tidak bisa berkata-kata. Badan aktor itu memang bagus. Terlihat atletis. Dan kuat.

"Hmm...Rose, aku tidak tahu. Tapi dia memang tampan."

Rose akan menyahut ketika lengannya yang kurus ditarik dari samping. Gadis itu meringis menarik lengannya agar lepas dari cengkraman Rush yang terasa kuat. Pemuda itu menarik Rose dan membawanya ke belakang panggung. Bersikap seolah Rose akan terluka jika terlihat mata Mia.

Mia mendengus. Apa-apaan Rush? Dia bukan penjahat yang harus diperlakukan seperti ini.

Rose mengerucutkan bibir merahnya. Matanya menatap sebal punggung Rush sebelum menyadari jika punggung Rush terlihat menggiurkan. Punggungnya lebar dan kokoh. Sepertinya nyaman bersandar di sana. Dan tidak menunggu bayangan nya menjadi nyata, Rose menyandarkan tubuhnya di punggung kokoh itu. Memeluk Rush dari belakang dan mengendus aroma tubuh Rush yang wangi.

Sementara Rush yang tengah menatap Mia tajam menegang. Merasakan tubuh lembut Rose menempel padanya adalah godaan terberat. Otaknya membuat bayangan abstrak tentang apa yang bisa dia lakukan dalam posisi seperti ini.

"Mia, sebaiknya kamu pulang ke Itali."

Rush mengeluarkan perintah dengan nada otoriter yang ketara sebelum menarik Rose agar mengikuti nya. Rose yang mendapat tarikan dari pemuda itu tersenyum sendiri. Kepuasan terlihat di mata jernihnya. Puas karena berhasil merasakan punggung lebar itu dan entah karena apa puas saat Rush menariknya pergi.

******


Rose masih tersenyum-senyum saat Rush membawanya ke kamar pemuda itu. Sebelum sadar saat Rush mengunci pintu kamarnya. Rose mengembungkan pipinya setelah melihat muka masam pemuda itu. Kenapa pria tampan di dunia nyata tidak bisa bersikap ramah seperti dalam drama?

Ayahnya, Kenzo selalu memasang wajah datar. Kakak yang sepertinya mewarisi gen kental Kenzo juga seperti itu. Erick wajahnya sedatar dinding yang kadang membuat Rose ingin mengaruknya. Dan sekarang, tiba-tiba saja dia terjebak dengan pemuda dingin yang tidak bisa diajak bercanda seperti Rush?

RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang