"Rush, mau kemana?" Tanya Josh, ketika melihat sahabatnya bangkit dan berjalan menuju seberang meja.
Rush hanya memberikan jawaban berupa senyum evil di wajahnya. Dan Josh tahu apa maksud ekspresi itu.
"Sialan, korban baru, hah?"
Mengabaikan Josh yang sekarang terlihat sibuk dengan perempuan yang duduk di atas pangkuannya, Rush berjalan mendekati gadis yang terlihat salah tempat. Menarik lengan gadis yang dengan berani menarik perhatiannya dengan kasar.
"Apa yang kamu lakukan!" bentak Rose pada pemuda yang menarik lengannya.
Rush yang mendapat respon tak terduga dari gadis bermata biru itu menarik pinggang Rose lebih dekat ke arahnya. Menatap tajam tepat di mata biru yang terlihat polo situ dengan tajam.
Membuat Rose yang ditatap dengan sangat tajam, merasa bahwa dia sangat kecil di hadapan Rush.
"Mau tahu apa yang aku lakukan?" tanya Rush remeh.
Rose dengan polosnya menganguk membuat Rush gemas ingin melakukan sesuatu yang lebih pada gadis yang berada di pelukannya saat ini.
"Ini yang akan aku lakukan," Rush menundukkan wajahnya mendekati wajah manis Rose, dan sebelah tangannya menahan tengkuk gadis itu. Menahan Rose yang berusaha memundurkan kepalanya menjauh.
Rush menepelkan bibir penuhnya di atas bibir merah muda milik Rose. Hanya menempel. Tidak lebih. Tidak ada lumatan ataupun gigitan.
Rush menjauhkan kepalanya, menatap Rose yang membulatkan mata birunya. Sebelum kemudian Rose mengerjapkan matanya, seakan sadar dari sesuatu yang telah Rush ciptakan. Gadis itu mengangkat tangannya berniat menampar pemuda yang dengan kurang ajarnya menciumnya.
Tetapi sebelum telapak tangan lembutnya menyentuh pipi Rush yang masih setia memeluk pinggangnya, terlebih dahulu Rush memutar tubuh Rose membelakanginya. Dengan kedua lengan yang ditahan Rush di belakang tubuh gadis itu.
"Mau nampar?" tanya Rush meremehkan.
"A...apa, lepasin tangan Rose!"
"Jadi namamu Rose," kata Rush menganggukkan kepala.
"Nama yang bagus,"
***
Rush menghempaskan tubuhnya pada ranjang king size yang ada di kamarnya. Kamar dengan dominasi warna hitam yang dipadukan warna putih, menjadi tempat paling nyaman dan aman baginya.
Pikirannya berkelana, kembali pada sesuatu yang terjadi di Paradise Club. Kembali mengingat wajah polos gadis yang dia ketahui bernama Rose.
"Rose." gumamnya.
Nama gadis itu terasa pas di lidahnya.
"Rose, nama lain dari bunga mawar. Pantes aja itu cewek bisa wangi, wanginya bunga mawar juga," katanya pelan.
Rush terlihat seperti orang yang sedang kasmaran, tersenyum-senyum sendiri di kamarnya yang terlihat remang-remang.
"Ish apa sih gue, jadi alay gini." katanya setelah tersadar dari lamunannya.
Drtt...drtt...
Rush meraih ponselnya yang bergetar di atas meja nakas di samping ranjang dengan malas. Melihat bahwa sang ibu lah yang meneleponnya.
"Hallo ma,"
"Hai sayang! Kapan kamu pulang?" tanya Sasha Algasio dengan bersemangat.
"Mungkin besok ma."
"Kenapa tidak hari ini?" tanya Sasha.
"Aku sedikit lelah," kata Rush.
"Oh oke, mama tidak sabar mengatakannya kepadamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rush
Teen Fiction[Break] Back in June Pernahkah kalian mendengar istilah "girl-sitter" sebelumnya? Jika biasanya kalian mendengar istilah babysitter, dengan seorang anak kecil atau bayi yang menjadi anak asuhnya, maka kali ini muncul istilah "girl-sitter". Yup, kali...