Eighteen

14.3K 1.3K 96
                                    

569++ vote yes
69 komen
69 hmm
6969

Pria itu tengah membaca dokumen ketika pintu ruangan nya diketuk. Kenzo meletakkan dokumennya sesaat setelah seorang pria dengan setelan jas hitamnya duduk di atas sofa. Bangkit dari duduknya, Kenzo menghampiri detektif swasta yang dia sewa.

"Kenapa?" tanya Kenzo saat menghempaskan tubuhnya pada sofa.

"Saya menemukan bukti," kata pria itu tegas.

Pria itu kemudian meletakkan amplop berwarna coklat ke atas meja. Matanya yang tajam mengawasi sekeliling. Kemudian perhatian nya tertarik pada benda kecil di atas meja kerja Kenzo. Bangkit berdiri, Bryan meraih bolpoin berwarna emas itu. Mengamati sejenak sebelum menghempaskan ke atas lantai. Menginjak kasar hingga bolpoin itu hancur.

"Bryan, apa yang kau lakukan?" tanya Kenzo heran.

Pria itu masih menggenggam dokumen yang Bryan berikan. Kenzo mengalihkan perhatiannya pada Bryan yang masih sibuk menginjak bolpoin yang telah hancur di bawah sepatunya.

"Siapa pemilik benda itu?" tanya Bryan tidak mengacuhkan pertanyaan Kenzo sebelumnya.

"Mr. Halbert," kata Kenzo mengerutkan dahinya, masih bingung dengan sikap Bryan yang tidak seperti biasa.

Pria itu terlihat mengerutkan dahinya, seperti berpikir keras sembari meraih remahan bolpoin itu. Bryan mengeluarkan benda hitam sebesar biji kacang hijau dari dalam sana. Menggenggam erat seakan ingin menghancurkan.

"Sialan, ruangan ini disadap," ucap Bryan tiba-tiba.

Pria itu melintasi ruangan, menuju meja kerja Kenzo dan menarik figura foto keluarganya. Membuka figura itu dan menarik kamera kecil dari sana. Memasukkan kedua benda yang baru dia temukan ke dalam saku jasnya.

"Wah, aku bahkan tidak menyadari jika selama ini aku diintai," ucap Kenzo tidak percaya.

"Jadi bisa selidiki itu nanti dan jelaskan bukti yang telah kau bawa,"

Bryan mendengus. Kenzo dan arogansinya yang tidak tertolong.

******

Rush mengumpat ketika tidak menemukan Rose di manapun. Benar-benar. Dia tersesat di tengah kota. Sangat tidak lucu. Seperti anak hilang, pemuda itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Mencoba menemuka makhluk mungil di tengah lautan manusia yang memenuhi trotoar.

Manchester dan kepadatan yang tidak Rush sukai. Ditambah kehilangan seorang gadis mungil dengan lucunya membuat Rush terjebak di tengah kota. Kepalanya menunduk guna melihat map dari ponselnya.

Dia harus kembali ke taman itu lagi, setidaknya mobil Erick berada di sana hingga dia bisa mencari Rose tanpa harus berjalan kaki. Membalikkan badan tanpa sengaja seorang pria menabrak bahu Rush, membuatnya mendengus karena pria itu pergi tanpa permintaan maaf.

"Fuck," umpat Rush kasar.

Pemuda itu menolehkan kepalanya, berniat menghajar siapapun yang menabrak bahunya. Tapi yang dia temukan adalah lautan manusia yang berjalan terburu-buru seakan dikejar waktu.

"Rose," gumam Rush frustrasi.

Pemuda itu mengacak rambutnya kasar, kemudian melangkah panjang kembali ke taman. Meskipun sesekali dia harus melihat map di ponselnya.

"Akhirnya,"

Rush mendesah lega setelah sampai di taman, kepalanya menoleh spontan saat mendengar suara isakan seseorang. Di sana seorang gadis tengah menenggelamkan wajahnya di balik telapak tangan. Rambut panjang nya tergerai seperti tirai yang menutupi sebagian lengannya.

RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang