Five

27.4K 2.3K 44
                                    

Rose memeluk tubuhnya sendiri, berusaha mengurangi dingin yang terasa menusuk tulang nya. Tatapan nya mengikuti setiap gerakan yang dilakukan oleh pemuda setengah telanjang. Dengan hanya mengenakan handuk yang menggantung di pinggang nya, Rush sibuk mencari sesuatu yang pantas untuk mengganti dress tembus pandang Rose.

"Bisakan kalau kamu pakai baju dulu" kata Rose risih dengan pemandangan perut kotak milik Rush.

Rush menghentikan kegiatan mengacak-acak lemarinya sejenak, mata tajam nya menatap Rose. Kemudian sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyum miring yang mematikan para gadis selama ini.

"Kenapa? Takut tergoda ya?"

"APA?" Rose terburu-buru bangkit dari duduknya ketika Rush berjalan mendekatinya dengan langkah panjangnya.

"Berhenti di sana!" Perintah Rose sembari melangkah mundur dengan waspada. Matanya melirik bergantian antara pintu dan Rush.

Menghitung dalam hati, berapa detik yang akan dia butuhkan untuk menuju pintu.

Satu

Dua

Tiga

Dan kemudian, belum sempat Rush menyadari, Rose telah melesat menuju pintu kamarnya. Tapi hal itu tidak bertahan lama, karena dua detik kemudian, Rose sudah tersudut di dinding dengan Rush yang memerangkap nya.

"Berusaha kabur?" tanya Rush meremehkan. Mata nya memincing tajam.

"Ka...kamu mau apa?" tanya Rose terbata saat Rush menenggelamkan wajah pada lehernya.

"Aku? Mau ini," Rush mengangkat kepalanya sejenak untuk menatap Rose dan kemudian kembali menenggelamkan kepalanya.

Bibir panas nya mengecup leher putih gadis yang ada di dalam kungkungan nya. Meninggalkan jejak kemerahan pada kulit leher Rose.

"Shit!" Rush menggeram kasar kemudian menarik mundur tubuhnya. Membawa kedua tangan untuk mengacak rambutnya yang masih setengah basah.

"Ambil ini dan keluar dari kamar gue!" Rush melemparkan kaos yang diambil nya asal dari dalam lemari ke arah Rose.

Dengan langkah panjang, pemuda itu memasuki kamar mandi dan meninggalkan bunyi keras saat pintu tertutup. Dan Rose hanya menatap bingung Rush yang telah menghilang di kamar mandi dengan tangan mengusap lehernya yang terasa sedikit perih.

***

"Non mau makan apa?" tanya seorang pelayan setengah baya yang Rose ketahui bernama Maesty.

"Apa ya?" Rose mengetuk kan jari telunjuknya pada dagu dan kening yang berkerut. Terlihat berpikir keras.

"Oh Rose mau..."

"Buatkan nasi goreng saja Bi," Ucapan Rush yang memotong perkataannya membuat Rose merengut.

"Apa! Rose kan maunya mie rebus terus di taburi cabai." kata Rose kesal saat melihat Rush memerintah seenaknya pada Bi Maesty.

"Mie gak bagus untuk kesehatan," Rush menarik kursi di samping Rose dengan santai kemudian duduk di sebelah gadis itu.

"Rose tau, tapi Rose..."

"Jangan bertingkah menyebalkan," kata Rush santai sambil memainkan ponselnya.

"Mama Angel dimana?" tanya Rose setelah sadar bahwa dia tidak melihat Angel dan Sasha.

"Ke pesta," jawab Rush tanpa mengalihkan tatapan nya.

"Kenapa Rose tidak di ajak?" gumam nya pada dirinya sendiri.

"Dan kau akan pulang lagi dalam keadaan mabuk?!" Bukan pertanyaan yang Rush ucapkan, tetapi sebuah pernyataan telak yang membuat Rose semakin cemberut.

Kenapa Rush harus membahasnya?

***

"Mau kemana?" tanya Rush saat Rose tengah menutup tas selempang nya.

"Kamu nanya aku?" Rose menunjuk dirinya sendiri.

"Siapa lagi. Yang ada disini hanya ada kita,"

"Rose mau pulang." Rose berjalan menuju pintu, tetapi belum sampai tangan nya menyentuh engsel pintu, gadis itu merasa tubuhnya tertarik ke belakang.

Matanya terbelalak saat menyadari posisi nya kini tengah berada di atas pangkuan pemuda yang menurutnya menyebalkan.

"Kamu apa-apaan sih?" Teriaknya kesal.

Rose mengangkat kepalan tangan kanan nya berniat memukul Rush, tetapi belum dia menyentuh pemuda itu. Rush telah menarik kedua tangan nya kasar.

"Mau mukul aku?" Rush menarik ke atas alis kirinya. Memberikan tatapan meremehkan pada gadis di pangkuan nya.

"Kamu..."

"Shh." Rush berdesis kemudian menarik pinggang Rose agar semakin dekat dengan nya.

***

"Enghh," Rose mengerang pelan, mengerjapkan matanya pelan.

Mengerutkan dahi saat merasakan bahwa perutnya tertindih oleh sesuatu dan nafas hangat yang menyentuh kulit leher membuat bulu nya meremang.

Rush? Tanya nya dalam hati.

Kenapa Rush bisa memeluknya?

Kenapa mereka bisa tidur di tempat tidur yang sama?

Dan yang terpenting adalah, apa yang telah mereka lakukan?

Rose menundukkan kepalanya dan berucap syukur di dalam hati saat kaus putih yang Rush pinjamkan tetap melekat pada tempat nya.

"Aku tidak akan melakukan nya jika gadis itu tidak dalam keadaan sadar," ucap Rush serak.

"Rush angkat tangan kamu." kata Rose berusaha menyingkirkan tangan Rush yang menindih perutnya.

"Enggak," Rush menindih paha Rose dengan kaki panjang nya. Membuat gadis itu mengeliat tidak nyaman dan berusaha melepaskan diri yang malah membuat Rush meringis.

"Shh,"

"Kamu kenapa?" tanya Rose menoleh kan kepalanya, menatap mata Rush yang ada di belakangnya.

"Kamu harus tanggung jawab!" kata Rush membuat Rose mengerutkan dahinya.

"Tanggung jawab apa?" tanya Rose bingung.

"Tanggung..."

Tok Tok Tok

"Tuan bangun tuan... waktunya sarapan Tuan," ketukan dan ucapan dari balik pintu membuat Rush menggeram kesal.

Pemuda itu dengan terpaksa melepaskan Rose dari pelukan nya yang dibalas oleh gadis itu dengan melesat ke arah kamar mandi.

"Sialan," umpatnya kasar.

***

"Rush, Rose mau pergi sama Clara. Kamu mau ikut?"

Tanya Rose ketika mereka telah selesai sarapan dengan sepiring nasi goreng keju dan ditutup dengan segelas susu yang sebenarnya sangat di benci Rose.

Tapi melihat tatapan tajam dari pemuda di sebrang meja membuat Rose dengan setengah hati menghabiskan nya, meskipun dia harus menahan mual.

"Tidak!" jawab Rush pendek.

"Oh gitu, kalo gitu Rose duluan. Rio udah jemput nih" kata Rose sesaat setelah melihat pesan masuk dari Rio, kakak Clara yang entah kenapa dengan gencar selalu ingin berada di dekatnya.

"Kamu gak akan kemana-mana" Rush menarik lengan Rose sedikit kasar. Dia merasa tidak terima jika gadis ini pergi jika dia tidak berada di sampingnya.

"Tapi Rose udah janji," ucap Rose kesal sembari dia berusaha melepaskan cengkraman pemuda itu dari tangan nya yang malah membuat nya meringis.

"Bisa kan batalin janjinya." jawab Rush enteng.

Dengan santainya, pemuda itu menarik tangan Rose yang meringis entah kemana.

"Kamu mau bawa Rose kemana?"

"Kamu harus tetap ada di sampingku,"

Tbc

maaf update lama.

Author amatir.

RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang