Mencoba Melupakan

831 43 0
                                    

    Leo menidurkan tubuhnya yang terasa sangat sakit di kasur kamarnya, dia sudah di obati oleh petugas kapal bagian pengobatan.

  Kini dia benar-benar sendirian, semua orang menunggu di depan Villa untuk mengetahui kondisi perempuan itu.

  Kenapa dia tidak mengatakan hal yang sebenarnya sejak dulu kalau tahu perempuan itu akan bunuh diri sendiri tanpa dia harus membunuhnya. Bodoh.

  "Leo..."

  Leo  menyibakan selimutnya saat suara yang di kenalnya memanggil namanya. Itu Raga.

  "Apa?" Leo tak berniat bicara pada siapapun saat ini. Raga berjalan mendekati Leo yang tertidur di kasurnya.

  "Dia udah dateng, lo gak mau liat-"

  "Mending lo keluar, gua muak" Leo mentup lagi wajahnya dengan selimut. "Gua gak nyangka lo bisa ngelakuin hal itu" Raga belum juga pergi.

  "Hahahah... seharusnya lo mikir dua kali sebelum bilang itu. Kenapa keluarga mereka bisa ngelakuin hal sekejam itu sama keluarga gua!" Leo tertawa sumbang.

  "Tapi kan-"

  "Pergi" Ucap Leo dingin. Raga segera pergi meninggalkan Leo di kamarnya, dia tidak mau membuat kemarahan lagi pada Leo.

  Seharusnya kakak gua ada di sini, ngurusin gua bukan dia yang ngebunuh orangtuanya sendiri...

  Perlahan air mata itu turun tanpa kendali di pipinya, dengan cepat dia menyeka air matanya.

  Gua sayang lo...

  Gua juga...

  Kalimat itu terus menyakiti otaknya dan hatinya.
Berusaha dia buang sejauh mungkin, sekeras mungkin tapi Nihil.

  ♡♡♡

   Lea menolak bertemu dengan siapapun setelah sampai di Villa, setelah pingsan selama satu jam lebih di rumah sakit.

  Bu Dewi mengantarnya sampai kedalam kamarnya, dia harus menggunakan selang pernapasan di hidungnya.

  "Kamu gak papa sendirian?" Bu Dewi membantu Lea untuk berbaring. Lea tersenyum meyakinkan.
"Yaudah ibu tinggal yah" Bu Dewi berjalan menutup pintu kamar.

  Lea memeluk lututnya, menunduk dan menangis sebisa mungkin tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

  Kenapa aku gak mati...

  Kenapa harus aku...

  Kenapa harus dia...

  Kenapa harus begini,kenapa harus sekejam ini?!!!...

  Lea merasakan nafasnya tersekat di dadanya, dia baru sadar kalau dia belum pulih total makanya dia menggunakan selang pernapasan.

  "Kak Abian?" Silvia terkejut saat melihat Abian berjalan mendekat kearahnya.

  Kini Silvia berdiri seorang diri di depan kamar tempat Lea beristirahat. Dia takut kalau Lea akan melakukan hal gila lagi seperti tadi.

  "Pintunya di kunci?" Tanya Abian pada Silvia.
Silvia menggelengkan kepalanya. "Dia gak mau bicara sama siapapun" Tegas Silvia. "Gua pengecualian" Abian membuka pintu kamar.

Silent FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang