Tak Sama Lagi

831 47 0
                                    

  Meja makan yang terasa sangat sunyi, semua yang ada di sana sibuk dengan pikiranya masing-masing.

  Semenjak Leo pulang kerumah, dia tidak keluar kamar. Lampu kamarnya selalu mati, tidak bersuara sama sekali.

  "Abian, kamu masih mau belum jelasin sama kita masalah kamu apa sama Leo?" Dian menatap Abian yang tengah makan dengan tidak selera.

  Abian menghela nafas panjang, lalu di tatapnya
Aran,Jihan dan Dian bergantian.

  "Sebenarnya masalah kita itu masalah lama yang sampai sekarang belum bisa di selesaikan" permulaan Abian.

  "Maksud kamu?" Dian dan Jihan tak mengerti.

  "Leo, mau bales dendam sama orang yang bunuh mamah-papah, dan setelah dia tau orangnya, dia buat rencana" Abian tersenyum miris.

  "Orang yang selama ini diincar polisi, menjadi pembunuh Papah-Mamah itu sebenarnya udah meninggal. Dan kejutanya adalah keluarga si pembunuh masih ada di sekitar kita" Abian menatap Jihan dan Dian.

  "Lea, dia anak dari pembunuh itu"

  Sontak Jihan dan Dian membulatkan mata mereka, saat mendengar perkataan Abian yang menurutnya mustahil.

  "Itu gak mungkin Abian..." Jihan menutup mulutnya. "Kalau itu gak mungkin, dia gak akan segila ini" Tegas Abian pada Jihan.

  "Kalian berdua berantem?" Dian baru sadar saat melihat luka-luka di wajah Abian. Abian tidak menjawab.

  "Mamah mau ke Leo!" Jihan berjalan menuju lantai dua, ke kamar Leo yang sampai detik ini belum juga terbuka.

  Walaupun Leo hanya keponakanya,Leo di perlakukan sebagai anaknya yang paling kecil.
Dan selalu mendapat perhatian lebih dari ibunya, Jihan.

  Sayangnya, Leo tidak pernah peduli dengan perhatian Jihan. Leo tidak pernah menghargai kasih sayang Jihan dan Dian.

  "Leo...kamu gak mau makan?" Jihan mengetuk pintu kamar leo.

  Tidak ada jawaban sama sekali.

  "Leo, buka pintunya sayang. Dari kemarin kamu belum keluar kamar, kamu kenapasih?" Jihan mulai khawatir dan panik.

  Matanya yang terasa berat itu perlahan terbuka.
Lalu melirik kearah pintu Kamarnya yang selalu tertutup.

  "Leo! Buka sayang"

  Terdengar tangis di sana. Leo sudah mendengar berkali-kali Jihan yang menyuruhnya untuk keluar kamar.

  Rasanya semua tubuhnya sangat sakit, dan terlalu lemah untuk bangkit dari soffa kamarnya.

  Dia terlalu banyak menggukan obat tidur, tapi hasilnya nihil. Dia tidak bisa tidur meski meminum banyak pil obat tidur.

  Isak tangis Jihan semakin menjadi-jadi terdengar di telinganya. Akhirnya dia bangkit berdiri dan berjalan untuk membuka pintu kamarnya.

  Crek...

  Pintunya terbuka, dan dia melihat Jihan yang duduk di lantai sambil menangis.

  Saat Leo berdiri di depanya, Jihan langsung memeluknya dengan erat hampir membuatnya terjatuh ke belakang.

  "Kamu gak papa kan?" Jihan memegang wajah Leo yang menampilkan banyak luka-luka.

  Apanya yang gak papa?

  "Leo... kamu sakit?" Jihan memperhatikan Leo dari atas sampai wajahnya.

  Wajahnya pucat,matanya cekung,bibirnya robek di sudut bawahnya, juga lebam-lebam di sekitar pelipis dan pipinya.

Silent FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang