Kebenaran

964 59 3
                                    

  Setelah berhasil bolos dari sekolah,dan menempuh waktu cukup lama untuk sampai di tempat tujuan dan langit sudah berganti menjadi gelap penuh dengan bintang.

  Motor ini berhenti di sebuah Apartemen yang sangat besar dan menjulang tinggi. Lea hanya bisa menganga melihat gedung besar di depanya.

  "Kak... gua liat parkiranya aja udah gak kedip" Canda Lea sambil membuka helmnya. "Lebay" Abian memutar matanya. Menurutnya ini belum seberapa.

  "Lo udah siap buat jatuh cinta?" Abian memperhatikan Lea di sampingnya. Perempuan ini berjalan disampingnya sembari melihat sekeliling Apartemen berkelas mewah ini.

  "Sama tempat ini" Jawab Lea tersenyum bahagia sekali. Abian hanya menyunggingkan senyuman tipisnya.

  Mereka menunggu pintu lift terbuka. "Kak,sebenernya kita mau kemana sih? Bukanya harus pesen kamar dulu yah kalau ke Apartemen?" Lea bingung. "Bawel. Diem aja" omel Abian saat pintu lift terbuka.

  Abian memencet angka 15.

  Lima belas?

  Mereka turun dan Abian tidak mengeluarkan sepatah katapun saat mereka berjalan menuju sebuah kamar.

  "Kak,ini kamar siapa?" Lea bingung,saat dia melihat Abian memencet pin kamar Apartemenya "Gua" ucapnya bersamaan dengan terbukanya pintu Apartemen.

  Yang Lea bisa lakukan saat melihat Apartemen milik Abian hanyalah diam dan menatap takjub.

  Pasalnya Apartemen ini bernuansa anak kecil. Dan banyak mainan anak laki-laki. Sungguh ini seperti kamar anak kecil.

  Abian sudah duduk di soffa ruang tamu ruangan ini. "Kak,sebenarnya ini gak salah kamar?" Lea ikut duduk disamping Abian. "Enggak. Ini beneran kamar gua" Abian tersenyum.

  Lalu tanganya meraih bingkai foto di meja samping,soffa yang di dudukinya. "Kamar gua sama Leo waktu dia 8 tahun,dan gua 9 tahun" Abian tersenyum.

  Lea meraih bingkai foto itu. Lea tersenyum saat melihat dua anak laki-laki yang sangat mirip tersenyum sangat manis di depan kamera. Menggunakan baju yang sama.

  "Ini... ibu-ayah lo kak?" Lea bertanya. "Hm" Abian mengangguk mengiyakan. "Lo mau tau tempat yang bikin lo jatuh cinta?" Abian berjalan meninggalkanya. "Dimana?" Lea penasaran.

  Mereka berjalan menuju balkon ruangan ini. Balkon yang sangat luas dan nyaman. Terdapat kursi,meja santai,teropong besar dan...

  "Bagussss bangeeeeetttt" Lea berdiri di besi pembatas balkon disamping Abian.

  Dimana dia bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari ketinggian,melihat lampu-lampu dari gedung-gedung,para pengguna kendaraan, dan bintang diatasnya.

  "Lo sama Leo sama. Sama-sama jatuh cinta sama tempat ini. Dia girang banget kalau kesini, kadang suka duduk diatas balkon mainin pesawat,bikin takut orang yang ada di sekitar Apartemen  ini. Leo bakal nangis seharian kalau gak liat bintang disini,gimana pun caranya dia harus liat bintang di sini" Abian tertawa sumbang.

  Lea memperhatikan Abian. "Leo itu gak waras. Setiap ulang tahun dia,dia selalu minta ketemu sama Papah-mamahnya yang udah meninggal. Gimana mau nurutinya coba" Abian menatap langit.

  "Kadang gua pengen bunuh dia kalau minta ketemu Alm papah-mamah gua, padahal umurnya udah 16 tahun, tapi dia tetep aja bego. Orang udah mati gak bisa hidup lagi" Kali ini Abian meneteskan air matanya.

  "Kak, lo kangen sama mereka ya?" Lea tersenyum menatap Abian. "Enggak" Jawab Abian cepat. Dia mengalihkan pandanganya kearah lain.

  "Berharap orang yang udah meninggal untuk hadir lagi itu sakit. Berdoa tiap detik untuk keajaiban itu terjadi sama Allah, juga gak bakal di kabulin. Tapi mereka gak pernah ninggalin kakak sama Leo kok..." Lea tersenyum meyakinkan.

Silent FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang