Serius

1K 50 0
                                    

  Hari minggu, di jam sepuluh pagi. Dia masih berkutik dengan buku paketnya, karena hari senin dia akan melakukan Ujian Matematika.

  Lalu ponselnya berbunyi, nada panggilan masuk. Dia melihat sekilas nama pemanggilnya, dan itu adalah Leo. Leo Ganteng.

  "Hallo? Ada apa?" Lea menutup buku paketnya.

  "Lagi apa?" Leo bertanya.

  "Belajar, besok ulangan" Lea kembali membuka bukunya.

  "Belajar mulu, jalan-jalan yuk" Ucap Leo bersemangat.

  "Kemana?" Lea penasaran.

  "Terserah kamu lah" Jawab Leo.

  "Beneran nih?" Lea bersemangat.

  "Hm" Guman Leo.

  "Jam berapa?" Lea melirik kearah jam dinding di kamarnya.

  "Sekarang" Ucap Leo.

  "Lo di mana?" Lea bingung.

  "Lagi sama calon Mertua" Leo tertawa puas.

  Sontak Lea berjalan membuka pintu kamarnya, dan benar saja dia melihat Leo dan Lina,ibunya tengah memasak di dapur.

  "Lo kok gak bilang mau kesini?" Lea sudah di dapur, dia melihat Leo tengah menotong wortel dengan bentuk Abstrak.

  "Biarin lah,liat tuh dia lagi belajar masak. Gak kayak kamu, makan aja bisanya" Lina menggoreng ikan.

  Sontak Leo tertawa meremehkan. "Cewe kebo, tinggal makan doang masak gak bisa. Nanti lo kasih makan apa gua sama anak-anak gua?" Leo menggeleng kepalanya.

Lina tertawa mendengar perkataan Leo. "Makan batu" Celetuk Lea duduk di samping Leo.

  "Gua harus ingetin lo. Gua gak akan nikah sebelum gua sukses." Tegas Lea tersenyum bangga. "Iya,gua sabar kok nunggu lo sampai Sukses" Leo mengacak-ngacak rambut Lea.

  Lea tertawa melihat hasil kerja Leo yang memotong wortel. Ada yang bentuknya panjang,lingakaran,kotak, intinya gak ada bagus-bagusnya.

  "Gimana sih motongnya?" Lea mengambil Alih pisau di tangan Lea. "Emang bisa?" Leo tertawa meremehkan. "Liat nih" Lea menunjukan keahlianya memotong wortel.

  Tak,tak,tak,tak...

  Suara potongan Wortel yang lebih mirip memotong Daging. Leo jadi ngeri saat Lea memotong Wortel.

  "Udah,udah lo gak bisa motong... yang ada lo motong tangan lo" Leo menghentikan tangan Lea yang akan melanjutkan memotong lagi.

  "Kalian itu mau bantuin ibu,apa ngerecokin ibu sih? Wortelnya habis semua, masa Sop gak pake Wortel?" Lina berdecak pinggang.

  "Maaf bu" Leo dan Lea tersenyum manis.

  "Udah sana pacaran,jangan gangguin ibu disini" Lina menengahi.

  "Lo belum mandi?" Leo bertanya. Pasalnya Lea masih tampak lusuh dan seperti bangun dari tempat tidur.

  "Ini mau mandi" Lea bangkit berjalan menuju kamar mandi. Leo memutar matanya.

  Leo terheran-heran di buat Lea. Dari seluruh perempuan yang pernah di pacarinya, Lea lah yang paling berbeda.

  Biasanya pacarnya dulu saat dia datang kerumah, pacarnya sudah mandi,sudah cantik dengan Make-Up. Tidak seperti Lea yang menurutnya agak Spesial.

  Malas,tukang tidur,gak bisa masak,gak bisa dandan,gak bisa ngurus diri sendiri,berantakan.
Tapi, dia suka kekuranganya itu.

  "Leo,maaf ya Lea orangnya agak males" Lina menyusun makanan di meja makan. "Ah gak papa bu, saya suka anak ibu berarti saya juga suka kekuranganya dong" Leo tersenyum.

Silent FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang