Woosoo : Autumn Promise (2)

489 105 9
                                    

"Oh, Myungie-ya. Kenapa? Kau sudah merindukanku, hm? Kita bahkan baru sehari tak bertemu." suara ceria Woohyun terdengar dari seberang sana setelah ia dan Myungsoo bertukar kata 'Yeoboseyo'.

Myungsoo memegang erat-erat ponsel di telinganya, "Woohyun-ah~" ia berusaha terdengar biasa saja, tapi napasnya yang tak beraturan-karena habis menangis sepanjang pagi hingga siang-membuat suaranya jadi terdengar serak.

Tentu saja Woohyun segera menyadarinya, "Myung, kau kenapa? Apa kau sakit?"

"Ti-tidak kok." Saat ini Myungsoo masih bingung harus bagaimana menanyakan tentang Woohyun punya salinan DVDnya atau tidak. Tapi karena ia terlalu lama diam, Woohyun jadi semakin khawatir.

"Lalu kau kenapa? Jangan bilang kau habis menangis?"

Ya, kau benar sekali. Aku bodoh sekali karena menghilangkan pemberianmu, Woohyun. Berikutnya, Myungsoo mulai terisak lagi.

"Myungie-ya, uljima, ne? Ceritakan padaku, kau kenapa?" Suara lembut Woohyun membuat Myungsoo jadi semakin merasa bersalah.

Setelah mengelap airmatanya dengan sleeve kaus yang ia kenakan, Myungsoo berusaha mengatur napasnya dan mulai bicara lagi, "Aniya, aku hanya merindukanmu." Rasanya ia takkan sanggup bilang ke Woohyun kalau DVD yang ia berikan terjebak di laptopnya yang mati total.

Suara tawa renyah Woohyun terdengar, membuat Myungsoo secara otomatis menghentikan tangisnya dan tersenyum. "Nado, Myung. Aku juga sangat merindukanmu." Sahut Woohyun jujur. "Oh iya, ngomong-ngomong, apa kau sudah menontonnya?"

Skak mat.

Seketika Myungsoo kembali ke mode panik. Ia kembali menggenggam erat-erat ponselnya, berharap hal itu bisa membantunya mencari alasan. Ia pura-pura terkekeh, "Menonton apa?" -pura-pura tak tahu.

"Jadi kau belum membukanya? Kotak yang kuberikan kemarin, jangan bilang kau membuangnya?"

"Oh, kotak itu, ya." Myungsoo melanjutkan aktingnya. "Aku menaruhnya diatas meja belajarku. Mian, aku belum sempat membukanya."

Woohyun menghela napas. Apa ia kecewa?

"Hm, kalau begitu kau harus segera membukanya, arra?" ia diam sejenak, Myungsoopun hanya diam menunggunya melanjutkan. "Aku takkan menghubungimu sampai kau tau isinya. Dan kau juga tak boleh menghubungiku."

"Apa? Tapi, Woohyun-"

"Annyeong~"

Dengan begitu, sambungan telepon mereka terputus.

Myungsoo yang tadinya duduk tegap di sofa ruang tengah seketika merosot sambil mengacak rambutnya frustasi. "Bagus sekali, aku sial sekali. Sekarang aku bahkan tak bisa bicara dengan Woohyun hingga masuk sekolah." Ia menghela napas. "Pasti isi video itu sangat penting. Aku harus bisa mendapatkan kaset itu lagi!"

Ia diam sejenak, mencari ide. Beberapa detik kemudian ia berdiri dan berlari ke garasi, menghampiri Mr.Kim yang sedang mencuci mobil. "Appaaaaa!"

Mr.Kim hampir saja terpeleset aliran sabun di lantai karena teriakan putranya, "Yak, Kim Myungsoo! Kau mau membuat Appa terjelungkup dan jantungan, eoh?!"

Myungsoo nyengir sambil menunjukkan dua jari peace. "Mianhe, Appa. Aku hanya mau tanya, apa kau punya obeng dan tang?"

Pria 40 tahunan itu mengernyit sejenak, "Hm, sepertinya ada di kotak perkakas. Memangnya kau mau apa?"

"Okay, gomawo, Appa!" Myungsoo segera berbalik arah, mencari kotak perkakas yang setahunya ada di gudang rumah mereka. "Mian, untuk apanya nanti saja ku jelaskan!"

INFINITE Short Stories CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang