Woosoo : Autumn Promise (3)

396 104 18
                                    

"Wah, kebetulan sekali tokonya tutup." Gumam Myungsoo sambil memperhatikan plang besar 'Melonies Melody'-toko musik yang dimaksud Woohyun. "Jadi takkan ada orang yang melihatku berkeliaran disini."

Myungsoo menoleh ke kanan-kirinya, memastikan jika sepupunya atau adiknya-atau bahkan teman adiknya-tak ada yang mengikutinya kemari. Sudah cukup tadi ia membiarkan mereka menonton sebagian video dan menggodanya habis-habisan, sampai ia terpaksa harus menyorong mereka satu-persatu keluar kamar.

Sebenarnya, video itu hanyalah rekaman pendek dimana Woohyun menjelaskan letak benda yang ia simpan di belakang Melonies Melody, taman bermain mereka yang kini hanya tinggal kenangan karena sudah dibangunnya toko itu.

"... Di belakang toko, tepat di bawah pohon jeruk." Ucap Woohyun dalam video tadi.

Myungsoo menyusuri belakang toko itu. Di teras belakangnya ini memang lumayan banyak tanamannya. Bahkan ada pohon sakura yang berdiri kokoh dengan daun-daun merah mudanya, mengembang dengan cantik.

"Hm, ini pohon jeruknya. Jadi, yang disimpan Woohyun pasti ada di..." Myungsoo menunduk dan memperhatikan tanah.

"Dulu aku menananam bunga lilac diatasnya sebagai tanda."

"Ah, disini!" seru Myungsoo dengan semangat. Tepat didekat kakinya ada tanaman lilac putih yang sangat cantik. "Jadi, aku harus menggalinya disini?"

Tangannya otomatis meraih sekop mini di saku hoodienya yang sudah disiapkan sejak di rumah tadi. Myungsoo berjongkok dan mulai menggali tanah gembur itu, dan memastikan bunga lilac yang bermekaran itu tak ikut rusak saat ia mencabutnya.

Saat suatu box hitam seukuran kotak jam tangan terlihat, ia mulai menggali lebih cepat, semakin penasaran. Lima menit kemudian baru Myungsoo bisa mengeluarkan kotak itu dari tanah.

Myungsoo mengangkat kotak itu tinggi-tinggi dengan bangganya, seolah baru saja mendapat medali emas. "Yes, yes! Akhirnya aku mendapatkan ini juga!" dramatisnya sambil mengelap keringat yang sebenarnya tak ada.

Tanah itu gembur, lagipula Woohyun hanya menguburnya sekitar 20cm. Tapi Myungsoo bersikap seolah baru saja menggali fosil yang terletak puluhan meter dalam tanah.

Untung tak ada Moonsoo. Jika adiknya itu lihat, pasti ia sudah digeret ke Psikiater.

Myungsoo mengubur lagi tanah yang ia bongkar. Ia memperhatikan bunga-bunga lilac itu sejenak, tersenyum dan meraihnya. "Kurasa tak ada salahnya aku menyimpan lilac-lilac ini."

Setelah beres, ia berdiri dan mengepakkan sisa tanah ditangannya. Diambilnya box hitam tadi sambil senyum-senyum memandanginya dan berulang kali bergumam, "Apa ya, isinya?" Tapi ia memutuskan untuk membukanya di rumah.

Sambil berjalan ke area depan lagi, Myungsoo menoleh ke kanan. Tepat sekitar 20 meter dari toko ini, berdiri rumah keluarga Nam disana. Rumah itu tak pernah berubah sejak ia baru mengenal Woohyun lebih dari sepuluh tahun yang lalu.

Myungsoo tersenyum untuk kesekian kalinya hari ini sambil memandang rumah bercat putih itu. "Woohyun-ah, aku sudah menjalankan misimu dengan susah payah, kau tahu! Kau harus segera menemuiku. Aku merindukanmu!"

***

Beberapa hari kemudian...

Hari senin, sekaligus hari pertama masuk sekolah setelah musim panas berakhir. Dan juga, ini hari pertama musim gugur. Pohon-pohon sakura di luar mulai menguning dan berguguran layaknya latar drama sappy romance yang sering ditonton Myungsoo sambil menangis-nangis.

Anyway, kedua bersaudara Kim sudah siap berangkat sekolah dan sedang sarapan saat ini. Myungsoo sedang malas masak, jadi ia hanya menyodorkan sereal dan sandwich di meja makan.

INFINITE Short Stories CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang