▨ Chapter 1 ▧

17.3K 931 51
                                    

     "Aku selalu merasa bahwa kini tak ada yang melihatku lagi. Semua menjauh dariku dalam diam ternyata hati ini sakit. Mungkin mereka melihatku sebagai pribadi yang penurut, periang, baik, senang tapi....

Hhmmm....

Sudahlah mungkin kali ini aku akan dianggap gila jika ada seseorang yang tiba-tiba mendobraknya..

Sudahlah NeverMind."

Seseorang yang sedang menatap matanya sendiri dicermin. Mukanya tampak datar, bahkan rasa bahagia saja tidak terlintas di pikirannya. Pendingin ruangan yang selalu mengeluarkan suara tetap membuat ruangan itu sepi.

   Tik..Tok.. Tik.. Tok..

Jam terus berdetak ditangannya. 07.15, masih pagi. Tapi seperti tidak ada kehidupan diluar kamarnya. Dia hanya bisa menghela nafasnya. Pakaian kemeja putih dan celana hitam pendek yang hanya melindunginya.

    Dia berjalan perlahan menuju keluar kamarnya dan turun di lantai dasar. "Tuan muda, apakah mau dibuatkan sarapan ?" Tanya seseorang Ajjuma yang ada di belakangnya. Dengan sigap Dia berbalik bertatapan muka dengan Ajjuma itu.

"Tidak usah Hyesoo Ajjuma, aku bisa mengambilnya sendiri." Tak lupa memberikan senyuman diakhir kalimatnya.
Dia kembali berjalan menuju dapur untuk mengambil jus yang biasa Ia minum setiap paginya.

     Sebelum membuka lemari es, Betapa terkejut dan hancur hatinya melihat sebuah pemandangan indah yang menyakitkan. Sebuah foto yang menunjukan 6 orang sedang tersenyum

 Sebuah foto yang menunjukan 6 orang sedang tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bahagia dengan gayanya masing-masing. Foto bahagia yang membuat hatinya tersayat.

    Senyum memang mengembang di wajahnya, tapi air mata lama-kelamaan meluncur dari matanya hingga ke pipi. Senyuman itu berubah menjadi gigitan keras pada bibirnya.

   Melupakan hal itu, Dia membuka lemari esnya untuk meminum segelas Jus apel bercampur susu. Setelah selesai itu dia kembali menuju kamarnya untuk hari ini.

◇◆◇◆◇

21.00
Tawa canda terdengar dipenjuru mobil minibus hitam yang dikendarai Seokjin. "Hyung kenapa makananmu tidak dihabiskan tadi, bukankah kau ini-"
Belum selesai Taehyung mengungkapkan kalimatnya sudah dipotong oleh Jimin.
"Hey Taehyung bukankah kau senang bisa makan lebih banyak ?"

    "Sudahlah, apa kau tidak lihat Yoongi hyung sudah tidur, jika dia bangun urusannya akan merepotkan." Jelas Hoseok yang menunjuk Yoongi yang tertidur dikursi depannya. Karena dia dan Namjoon duduk kursi tengah, sementara Jimin dan Taehyung duduk dikursi belakang.

30 menit kemudian, mobil Seokjin masuk kepekarangan rumah mewah berwarna putih. Ia menghentikannya tepat didepan pintu rumah yang tingginya sekitar 2,5 meter."Baiklah kalian semua turunlah" titah Seokjin pada adik-adiknya.

     Disamping itu ternyata ada seorang laki-laki yang memandangi itu dari jendela lantai dua. Amarah ada pada hatinya. Kenapa harus dia yang tidak bisa ikut bersama Hyung-hyungnya. Saat air matanya kembali jatuh dengan cepat ia menghapusnya.
'Tak ada gunanya menangis, Jungkook kau ini laki-laki.' Pikirnya dalam hati.

     Satu persatu Hyung - hyungnya menaiki tangga menuju kamarnya masing masing. Seperti kamar Seokjin dan Yoongi yang berada disudut lantai dua. Kamar Namjoon dan Taehyung yang berhadapan dengan kamar Hoseok dan Jimin. Sementara kamar Jungkook berhadapan dengan Tangga.

     Tak ada sama sekali yang ingin melihat keadaan adik bungsunya itu. Sedangkan Jungkook hanya bisa terdiam dikamarnya.

   Kini Seorang Jungkook kembali menatap cermin tapi ditemani dengan Foto yang dia genggam ditangannya. 7 orang Namja dengan senyum manisnya.

"Kenapa ? Kenapa kalian seperti ini ? Memangnya apa salahku ? Apa karena aku ini anak yang nakal ? Baiklah, kalau begitu aku akan menjadi adik yang kalian inginkan. tapi kumohon Bicaralah padaku walaupun itu kata 'hai'. Kalian masih menganggapku Dongsaeng kaliankan ? Kalau begitu berikan aku beberapa saat saja untuk bersama kalian. Kumohon."

   Untuk kali ini air mata Jungkook menetes lagi, tapi untuk kesekian kalinya dia mengusapnya dengan paksa agar tidak dianggap lemah bahkan tidak ada orang di ruang kamarnya. Dia tidak mau dianggap lemah.

♔ To be Continued

Last Smile From HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang