24/7 Heaven -part JM-

7.3K 600 3
                                    

   I lied, because there is no reason to love someone like me
.

.

.

      "Kau mau ikut dengan ku ?" Dengan merangkul Adiknya. Jimin tersenyum manis walaupun senyumnya tak semanis Yoongi.

    Mereka menyusuri setiap Jalan raya dengan bunga yang mulai tumbuh dan menyapa dunia.

     Dan akhirnya sampailah kesebuah taman dengan pohon yang berdiri rindang. Jimin mengulas senyumnya, dan diperhatikan oleh Jungkook. Ada apa ditaman ini, hingga Jimin hyung tersenyum melihatnya ?, pikirnya.

    Merasa bosan dengan lamunan hyungnya, akhirnya Jungkook menepuk punggung Jimin hingga ia terkejut.

"Ada apa Hyung ?" Tanyanya.

Jimin menarik tangan Jungkook hingga memasuki taman tersebut Kemudian berhenti tepat ditengahnya.

      Jimin menggerakan tangannya menunjuk bawah pohon rindang tersebut dengan senyumannya sehingga mata Jungkook terfokus pada bawah pohon rindang tersebut. "Kau tau Jungkook, disana tempatnya Yoongi Hyung dan Juga Namjoon Hyung mengerjakan proyeknya dan bersantai dulu," jelas Jimin.

       Lalu tangannya sekarang mengarah pada ayunan yang berdiri kokoh tidak jauh dari pohon tersebut, begitupun mata Jungkook. "Kau lihat ayunan itu, disana tempat Hoseok Hyung dan Jin Hyung menghabiskan waktunya untuk membaca dan bermain batu gunting kertas."

   Jungkook masih tidak mengerti kenapa Jimin membawanya kesini, Jimin menurunkan tangannya dan menunduk melihat rumput yang dia injak. Kemudian senyuman bahagia Jimin berubah menjadi senyum kesedihan. "Dan di tempat ini, aku dan Taehyung berlarian."

      Jungkook merasa aneh melihat Jimin seperti itu sekaligus dia bingung, kenapa para Hyungnya pernah mempunyai kenangan disini sementara dia sendiri tidak tau tempat ini.

"Hyung, kapan kau pergi ke Taman ini ?" Jungkook bertanya.

     Seketika Jimin menarik tangan Jungkook hingga mereka terduduk dibawah pohon rindang tersebut.

     Mula-mula Jimin menghembuskan nafas beratnya, matanya mengarah pada Jungkook tak lupa dengan senyumannya. Karena merasa tidak tahan melihat muka adiknya, Jimin memilih melihat kedepan.

"Karena kau selalu ikut dengan Eomma dan Appa kemana pun Kami selalu ditinggal oleh kalian, siang ataupun malam ya sebagai pelampiasannya-"

    Jungkook memotong pembicaraan Hyungnya itu. "Pelampiasan ?"

    Mendengar kata itu Jimin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "hehehe, maaf maksudnya sebagai penggantinya kami Pergi jalan-jalan dan disini tempat yang kami sering tuju. Kami tidak tahan jika harus dirumah sampai saat.."

   Jimin baru saja  menghentikan ceritanya, menenggelamkan kepalanya di balik kakinya. Jungkook berpikir bahwa semua kesedihan masa kecil para hyungnya dipengaruhi oleh dia.

"Hiks...hiks...hiks... aku... rindu... Eomma dan Appa" isakan Jimin mengejutkan Jungkook. Dia sama sekali tak berniat untuk membuat Jimin menangis.

    Jungkook memegang bahu Jimin, mengusapnya dengan sepenuh hati. Dan berkata "sudah ya Jimin hyung, saat Eomma dan Appa pulang nanti, Kita bersama dengan para hyung akan jalan-jalan."

      Dengan senyuman manis gigi kelinci Jungkook, mampu membuat Jimin tersenyum walaupun senyuman itu tak sepenuhnya senyuman kebahagiaan.

   Seandainya kau tau jika aku sedih karena ada sesuatu yang tidak akan kembali- Jimin

◇◆◇◆◇

       Ketika burung-burung berkicauan di saat fajar datang dan kelopak pun bersedia membuka menampakan iris hitam namja manis ber gigi kelinci. Dia dan namja yang memiliki eye smile manis bersandar disebuah pohon besar.

     Jungkook baru saja bangun dari mimpinya entah itu buruk atau baik, tapi yang jelas semalaman ini mereka menginap ditaman itu. Jungkook yang bersandar dibahu Jimin akhirnya memilih bangun dan berniat membangunkan hyungnya, Tapi...

     Mata yang masih setia menutup dan Juga suara hembusan lembut dari nafas hyung tak kuasa membuat Jungkook mengurungkan niatnya.

Degh

    "Si....al kena...pa ini sa....kit lag....i" kali ini Jungkook terkena serangan. Mungkin karena efek dia tidak meminum obatnya. Dia menggerang dan memegang.bagian perutnya, seperti tetusuk ribuan Jarum sehingga dia harus berjongkok untuk mengurangi rasa sakitnya.

Tes

Tes

      Tak sangka dua airmata lolos dari matanya. "Hiks...hiks.. hyung to...long aku.., hyung sakit." Jungkook mengumpat, dia benar-benar tak tahan dengan apa yang dia rasakan sekarang. Sepertinya penyakitnya ini bertambah parah karena dia sering menentang peraturan meminum obatnya.

        Dia memeluk kakinya menahan rasa sakit dan menenggelamkan kepalanya, kemudian...

Grepp

       "Bagaimana, apa rasa sakitmu sudah hilang ?" Jungkook merasakan tubuhnya hangat. Berbalut dengan pelukan Jimin, Jungkook merasa terlindungi. Saat dia mengangkat kepalanya dia langsung berhadapan dengan muka Hyungnya.

       Jimin menyeka airmata yang berada di pipi Jungkook. Jimin mengeluarkan senyumannya "hei, kenapa kookie menangis ?"

   Kookie ? Jungkook terkejut mendengar kata yang selama ini sudah Jungkook anggap tabu.

Kookie, tunggu sini ya? Aku akan kembali..

Satu kalimat dari role film lama kembali muncul di pikiran Jungkook seketika. Dia benar-benar Tidak menyangka dengan perkataan Jimin membuat senyuman terukir dari wajah Jungkook, bahkan kata-kata itu mampu membuat rasa sakit Jungkook menghilang.

"Apa kau mau pulang Kookie ?"

"Ya.."

To Be Continued

Last Smile From HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang