[0] Hari Pertama

1.5K 48 2
                                    

Di pagi hari ini kota London sangatlah sejuk, terutama di kamar apartment seorang gadis cantik yang berumur 20 tahun. Gadis cantik itu yang pernah terkena bola basket semasa SMA. Sekarang dia tidak memakai seragam lagi, melainkan memakai kemeja kantor dengan warna bebas.

Ia sudah menyelesaikan kuliahnya selama 4 tahun, sekaligus mendapat gelar cumlaud di universitasnya. Sebenarnya ia tak harus mendapatkan gelar itu, karena seusai kuliah ia sudah pasti memegang kuat perusahaan milik Ayahnya.

Contohnya seperti sekarang, tepat pukul 9 nanti, ia harus ke kantor dan melaksanakan meeting di sana. Mengingat Audrey sebagai CEO perusahaan Ayahnya yang bercabang di kota London. Sementara David memegang perusahaan yang ada di Paris.

Orangtua mereka sudah tidak lagi mengikut campuri permasalahan perusahaan, namun Ayah Audrey masih ikut dalam kepemilikan perusahaan yang sudah dijalankan beberapa tahun yang lalu itu.

Di kota metropolitan seperti London, Audrey hidup seorang diri di sebuah apartment yang ia sewa. Sementara orangtua dan kakaknya tinggal di negara yang berbeda. Contohnya David, ia tinggal di Paris, dan orangtua Audrey menetap di USA.

Beep... Beep... Beep

Jam digital berbentuk persegi mulai berbunyi nyaring di sisi kasur Audrey. Mendengar suara lucu nan mengganggu itu segera Audrey memukulnya kasar.

"Aghhh hoaamm!"

09.00

Audrey terlonjak kaget, pasalnya ia harus meeting jam 9 dan sekarang sudah jam 9 sementara Audrey baru membuka matanya.

"Hah? Mampus gue!"

Audrey berlari ke kamar mandi dan berbenah diri secepat kilat. Reminder di ponselnya terus berbunyi, semakin membuat Audrey panik. Entah apa yang membuat Audrey kesiangan, padahal ini bukan hari pertama ia menjabat sebagai CEO melainkan ini hari ke 5 ia mengurus perusahaan itu.

Bukan Audrey namanya jika ia memakai makeup tebal, padahal ia sudah menjabat di posisi penting yang mengharuskan dirinya tampil cantik, tapi Audrey malah tidak pernah menyentuh alat makeup selain bedak bayi beraroma teh hijau.

Masalah pakaian ia hanya memakai kemeja dan rok seatas lutut. Lalu sepatu yang memiliki heels setinggi 5cm. Gaya sederhana itu sudah cukup membuat Audrey terlihat cantik.

➿➿➿

Setibanya Audrey di kantor, ia langsung keluar dari mobil Mercedes Benz hitam dan langsung berlari secepat mungkin ke ruang meeting.

"Ibu Fay sudah ditunggu di ruang meeting, mari saya antar," sambut Cika selaku asisten pribadi Audrey.

Oh iya, di kantor Audrey kerap disapa dengan nama tengahnya yakni 'Fay'. Jarang ada orang yang memanggil dengan nama 'Audrey'.

Dengan langkah jenjangnya Audrey berjalan menuju ruang meeting ditemani oleh Cika di belakangnya.

Ceklek

Pintu dibukakan oleh Cika, bertujuan untuk mempersilahkan Audrey masuk. Terlihat jelas sudah ada beberapa staff yang duduk rapi dengan laptop di hadapannya. Sebagai ketua meeting, ia merasa malu karena terlambat.

"Maaf saya telat, bisa dimulai meeting nya?" ucap Audrey sekaligus pembukaan.

Ada sekitar 6 orang yang berada di dalam ruangan ini. Di sisi kanan Audrey terdapat lelaki berparas tampan nan elegan. Wajahnya dihiasi bulu-bulu halus dan kumis tipis yang ada di atas bibirnya.

Ketampanan lelaki itu tidak bisa meluluhkan hati seorang Audrey Steinfeld. Bukan tanpa alasan kalau Audrey selalu bersikap dingin kepada seluruh lelaki kecuali Kakak dan Ayahnya.

Adam dan Audrey 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang