[46] Penyembuh Hati

70 8 3
                                    

Di pagi yang cerah ini Audrey masih menikmati acara televisi yang sedang tayang. Setelah semalam kemarin berjalan-jalan mengitari seisi pasar dan membawa berbagai macam barang, mungkin hari ini ia akan beristirahat sejenak dahulu dan akan melanjutkan penjelajahannya agak siang.

Tapi sedari tadi, Adam mengobrak-abrik seisi kopernya. Entah ia mencari apa, tapi nampaknya ia sedikit terburu-buru.

"Cari apa?"

"Enggak, ga cari apa-apa."

Audrey melirik aneh saat melihat suaminya melilitkan handuk dari pinggang sampai lutut, serta rambut yang basah. Apa ia sudah mandi? Kan hari ini perginya siang, kenapa ia harus mandi sepagi ini? Ah mungkin ia tidak betah dengan keringat yang dari semalam melekat.

Audrey tidak memperdulikan tingkah suaminya itu. Ia kembali fokus pada televisi sampai-sampai tak menyadari kalau Adam sudah memakai setelan jas.

"Lho, kamu siap-siap mau kemana? Mau jalan-jalan sekarang, ya? Duh! Aku belom mandi, tunggu ya!" Audrey terlonjak kaget saat melihat Adam sudah rapi dengan setelan jas dengan warna yang senada itu.

Kalau sudah pakai setelan jas, berarti ia akan kerja, kan?

"Hmm... Drey," Adam menahan lengan kecil itu agar tidak memasuki kamar mandi. "A-aku rasa kita jalan-jalannya agak sore ya?"

"Huh? Kenapa? Aku mandinya bentar kok ga lama, aku juga gak dandan, abis mandi kita bisa langsung pergi."

"Drey..." Adam menatap dirinya sendiri, pertanda kalau Audrey juga harus menatap setelan jas itu. Berharap Audrey akan mengerti tanpa harus ada kalimat yang menjelaskan.

"Ka—kamu??"

"Iya tau aku salah, tapi ini penting banget, Drey. Kasih aku waktu sampai jam 4 sore, abis itu kita lanjut jalan-jalan ya?"

Audrey menjatuhkan handuk yang ia genggam. "Dam, kita lagi bulan madu lho. Sesusah itukah ngelepas kerjaan kamu, untuk seminggu aja?"

"Iya aku tau, tapi perusahaan ini cukup besar, dan aku harus ajak dia untuk kerja sama demi kelanjutan perusahaan keluarga aku."

"Dan ninggalin istri kamu demi kerjaan?" Ujar Audrey agak menantang.

"Enggak gitu juga. Kalau perusahaan ini gak terlalu besar, mungkin aku bakal milih kamu."

"Jadi aku kalah penting sama perusahaan itu?" Audrey melipat kedua tangannya di dada.

"Drey... please, ngertiin aku kali ini aja." Adam menekankan kalimatnya.

"Seharusnya gausah ada bulan madu segala ya. Lebih baik kita menetap di London dan sibuk kerja. Kalau tau ke Yunani tujuannya untuk kerja, bukan untuk bulan madu."

"Aku minta maaf banget, tapi aku usahain untuk pulang jam 4 sore nanti. Oke? Please..."

Audrey mengangkat kedua bahunya malas. "Yeah, terserah."

"Makasih ya sayang," Adam memeluk Audrey agak erat. Lalu ia pergi meninggalkan Audrey di hotel demi pekerjaannya yang jauh lebih penting.

Sementara Audrey kembali bermalas-malasan di atas kasur sambil menunggu jam 4 sore datang. Sebenarnya ia cukup kesal akan keputusan Adam barusan. Ia lebih memilih bekerja dari pada bulan madunya. Sepenting itukah pekerjaannya? Sampai-sampai tidak ada waktu berdua dengan istri.

Itulah Adam, ia terlalu workaholic sekali. Hidupnya tidak jauh-jauh dari kerja, kerja, dan kerja. Padahal harta yang ia punya sekarang sudah cukup untuk membiayai dirinya di masa depan. Tapi ia terus-terusan mencari dengan alasan mempertahankan perusahaan besar keluarganya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adam dan Audrey 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang