[27] Pertengkaran

282 15 0
                                    

Audrey mengaduk serbuk kopi yang sudah dicampur air panas. Tak lupa ia menambahkan krim di salah satu gelasnya. Dua cangkir yang ia buat akan disajikan untuk Adam dan Ayahnya sendiri.

"Gimana kerjaanmu?" Tanya Ayah Audrey serius.

"Lancar jaya, om."

"Ga ada masalah?"

"A—"

"Yah, ini kopinya." Audrey memotong ucapan Adam dan segera meletakan dua cangkir kopi di atas meja bulat dekat taman.

"Makasih ya sayang. Sekarang kamu masuk dulu gih ke dalam, ayah mau bicara sama Adam sebentar."

"Iya yah."

Dimulai dengan seruputan kopi yang nikmat, Ayah Audrey memulai pembicaraan seriusnya. "Bagaimana urusan nanti? Sudah siap?"

Adam menelan salivanya susah payah saat mendapat pertanyaan seperti itu. "Hm... belum om."

"Sudah tentukan tanggal?"

Adam menggeleng.

"Belum sama sekali?"

"Iya om. Rencananya pas balik ke London, semuanya akan saya urus sendiri."

"Ngga gitu lho Dam. Calon istri kamu kan Audrey, dia juga harus ikut campur untuk pernikahan kalian."

"Takut Audreynya capek om."

"Persiapan nikah mana ada yang gak capek? Semuanya pasti capek Dam." Bapak tua ini kembali menyeruput kopinya sedikit demi sedikit. "Orangtua kamu juga setuju kok untuk diikutsertakan dalam acara penting nanti."

"Kalau saya butuh bantuan, pasti saya kabarin om. Omong-omong makasih banyak ya om."

"Iya, kamu pulang ke London kapan?"

"Malam ini, sama Audrey."

"Jaga anak saya, jangan sampai lecet hatinya. Kalau sampe iya, kamu yang berhadapan sama saya ya!"

"Hahahah baik om."

"Yasudah sana temenin Audrey."

➿➿➿

Di sore hari yang tentram ini, Audrey sudah harus merapikan barang-barangnya agar tidak tertinggal. Pasalnya ia harus kembali ke London dan menghadapi aktivitas padat di sana. Sebanarnya ia masih ingin di sini lama-lama. Tapi pekerjaan sudah memanggil dirinya untuk pulang.

"Kamu hati-hati ya di jalan." Mamanya angkat bicara saat melihat anaknya sudah harus pergi meninggalkannya lagi.

"Iya, ma."

"Nanti bakal ada peresmian kan di sana?" Tanya mamanya antusias.

"Iya, ada. Tapi mungkin beberapa bulan ke depan. Jadi masih lama."

"Mama masih pengen kamu di sini... masih kangen."

Audrey menurunkan kopernya ke lantai. "Ma... Kan Audrey udah bilang, mau sesibuk apapun aku, aku ga bakal lupain mama, aku pasti akan ngabarin mama kapanpun itu. Lagian kan Audrey udah dewasa ma, udah dilamar ama Adam. Masa masih manja sama mama."

"Kamu jaga kesehatan ya di sana."

"Iya ma, tenang aja."

"Drey, mobil udah siap, ayo berangkat sekarang." Teriakan yang berasal dari lantai dasar begitu terdengar. Segera Audrey menyeret kopernya ke bawah untuk segera ke bandara sekarang juga.

"Mama sama Ayah yang anterin kamu sama Adam sampe bandara ya."

"Iya yah, makasih ya."

Audrey memeluk kedua orangtuanya sebelum memasuki mobil. Sebenarnya Audrey juga tak tega jika harus meninggalkan orangtuanya lagi. Tapi apa boleh buat, pekerjaan sudah memanggil dirinya.

Adam dan Audrey 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang