[2] Patung

747 36 4
                                    

Audrey menatap kaget lelaki yang menolongnya itu. Audrey hanya terdiam dan terus memperhatikan gerak-gerik lelaki yang rela menolongnya.

"Coba stater mobilnya," suruhnya tanpa melepas pandangan dari mesin mobil.

Audrey pun menyalakan mobilnya itu dan hasilnya bisa!

Ia sangat berterima kasih pada lelaki yang memiliki gaya berantakan itu. Kenapa Audrey bisa bilang berantakan? Itu karena kemeja putih yang kerahnya tidak dikancingkan, lalu tidak di masukan ke dalam celana, ditambah lagi dasi yang tidak terikat rapih.

Lelaki itu menutup kap mesin dengan kasar, membuat Audrey terlonjak kaget dan berhenti memandangi lelaki yang telah menolongnya itu.

Kini lelaki itu berdiri di depan Audrey, membuat Audrey takut bukan main saat melihat lelaki menyebalkan ini. Lelaki yang mempunya goresan di pelipisnya.

Ya, dia Adam.

"Uhm... Hmm... Makasih ya." ujar Audrey gugup.

Tidak ada balasan.

Karena merasa bersalah ia langsung masuk ke dalam mobil untuk mengambil plester yang tadi ia sempat bawa. Tanpa ragu ia membuka plester itu dan menempelkannya tepat di pelipis yang robek karena heels nya pagi tadi.

Saat Audrey menempelkan plester pada wajahnya, ia hanya terdiam kaku sambil menatap perempuan yang ada di depannya.

"Thanks," ujar Adam singkat lalu kembali masuk ke dalam mobilnya. Begitu juga dengan Audrey, mereka melanjutkan perjalanannya masing-masing untuk pulang.

-

Audrey sudah mengganti pakaian kantornya dengan kaos sehari-hari di rumah. Kini ia sedang berbaring malas di atas kasur sambil memainkan ponsel.

"Kalo ga ada dia gimana ya?" tanya Audrey pada dirinya sendiri.

"Ternyata cowo sengeselin dia, masih punya niat baik juga."

"Lah kok gue jadi mikirin dia? Najis banget!"

〰️〰️〰️

Sesudah pulang dari kantor, Adam langsung ke apartemen dan beristirahat di sana.

Di kota London ini Adam hanya tinggal sendirian. Sementara Edwin melanjutkan kuliah beberapa tahun di Chicago, sementara mamanya sibuk mengurusi usaha butik yang sudah mendunia itu.

Bagi Adam kesendirian sudah menjadi teman sejati yang selalu menemaninya. Tadinya di London ia tinggal bersama sang kakak, namun karena kakaknya ingin melanjutkan pendidikan terpaksa mereka harus berpisah.

Pacar?

Sahabat?

Teman?

Bahkan orangtua saja tidak ada di sampingnya. Selama ia kuliah 3 tahun, ia tidak memiliki sahabat setia seperti masa SMA dulu. Bisa dibilang kehidupan Adam selama 3 tahun itu benar-benar sepi.

Masalah pacar, ia sudah tidak pernah mendekati perempuan lagi, ia sudah cukup trauma dengan perjalanan cinta nya saat di SMA. Bukan berarti tidak ada perempuan yang mendekatinya, sudah puluhan bahkan ratusan wanita yang mendekati Adam, namun tak satupun dari mereka berhasil meluluhkan dinginnya hati seorang Adam Emerson.

Kini Adam berbaring lemas di atas kasur berukuran king itu. Ia mengingat semua peristiwa yang sudah ia alami hari ini.

Dari awal pertemuannya dengan perempuan cantik, hingga ia merasakan ada hal aneh saat ia menatap mata perempuan itu. Perempuan yang berhasil membuat Adam mengingat masa lalu nya, namun percuma! Ia sama sekali tidak ingat siapa dia.

Adam dan Audrey 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang