[20] Masalah Adam.

342 15 0
                                    

Di pagi hari yang cukup cerah. Thea sadar dari pingsan nya. Ia melihat kondisi badan nya yang sudah terbalut berbagai macam alat rumah sakit. Biasanya jika sedang susah seperti ini, ada James yang selalu menemani nya. Tapi kali ini, Thea tak mau menyusahkan kekasih nya yang sudah bertahan selama 3 tahun itu. Ia tak mau mengganggu kerja nya, cuma karena hal sepele seperti ini.

3 tahun bersama bukan lah waktu yang sebentar. Apalagi selama 3 tahun itu, jarang sekali ada masalah yang menimpa hubungan mereka. Itu semua mereka lakukan karena mereka tau, mencari yang setia dan bisa membuat nyaman itu susah.

Ceklek

Pintu tiba-tiba terbuka, Thea yang tadinya menatap jendela kini menatap sinis siapa yang sudah menganggu lamunan nya. Thea menatap lelaki tampan dengan balutan kemeja yang lengan nya digulung asal.

Thea menyipitkan mata nya agar bisa mengenal siapa laki-laki asing itu.

"Maaf mengganggu." ucap lelaki itu yang kini sudah berdiri di samping kasur Thea.

"Anda mau sarapan?" tanya nya dengan bahasa baku. Membuat Thea sangat tak nyaman dengan bahasa itu.

"Gausah kaku gitu dong." pinta Thea.

"Hahah saya biasa seperti ini."

"Ohh."

"Omong-omong saya Kakak dari orang yang nabrak kamu kemarin. Maaf ya, karena Adik saya, kamu jadi begini. Tapi saya akan tanggung jawab sama semua nya kok." ujar Avram menjelaskan.

"Iya."

"Saya Avram El Duritz." ucap Avram dengan senyum yang mengembang. Tak perlu berjabat tangan, karena tangan Thea pun sedang sakit.

"Thea Vangelica."

Avram mengambil satu nampan berisikan sarapan pagi, ia mengambil semangkuk bubur dan siap menyuapi Thea. Thea yang melihat itu hanya bisa heran. Kenapa ada lelaki yang baru kenal, dan sudah bisa peduli seperti ini.

"Gausah. Saya bisa sendiri." tolak Thea halus.

Avram melihat kedua tangan Thea yang masih lemas. Tangan kanan nya patah, serta tangan kiri nya banyak luka. Lalu, bagaimana cara dia makan?

"Bisa?" tanya Avram tak yakin.

"Diusahakan." jawab Thea dengan badan yang berusaha untuk duduk.

Namun percuma saja, kaki nya masih sakit untuk digerakan, serta kedua tangan nya yang belum bisa digunakan. Avram yang melihat usaha Thea untuk bangun hanya bisa terkekeh manis. Dan akhirnya pun Thea menyerah. Ia kembali ke posisi tidur nya dan menghembuskan napas kasar nya.

Avram tak memberikan sepatah kata pun. Ia langsung mengatur kasur yang bisa merubah posisi nya. Posisi kepala Thea kini sudah tersandar berkat kasur canggih ini. Dan tanpa basa-basi lagi, Avram menyuapi Thea dengan sabar.

Sebenar nya Avram tidak biasa bersikap hangat seperti ini dengan orang yang baru ia kenal. Namun karena merasa bersalah, ia harus mau membantu korban dari Adik nya itu.

Avram itu dingin.

Belum ada yang bisa melelehkan hati beku milik Avram. Sudah 23 tahun Avram sendiri. Dan selama 23 tahun juga Avram tidak ada pasangan. Kalah dengan Afkar, yang memiliki gebetan di mana-mana. Entah tipe seperti apa yang Avram cari. Sampai-sampai ia belum pernah merasakan indah nya jatuh cinta.

Avram memiliki prinsip yang begitu keras, dan kemungkinan itu alasan nya tidak ingin merasakan jatuh cinta.

Jika kamu sudah merasakan indahnya jatuh cinta, kamu juga harus siap merasakan sakitnya patah hati.

Adam dan Audrey 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang