[38] Demi Mama

185 15 0
                                    

"Kamu kenapa?"

Pagi ini, Thea sudah menghampiri Avram untuk menanyakan mengapa sikapnya berubah sore kemarin. Sementara James sudah harus pulang ke Irlandia jam 6 tadi.

"I'm ok." Avram memakai tas ransel nya dan mengikuti para rombongan yang sudah ditunggu di kapal.

Thea menahan tangan Avram untuk sekadar menjelaskan semuanya dan ia berharap Avram akan mengerti. Tapi itu semua percuma saja, Avram menghentak tangan Thea dengan kasar, membuat Thea mundur seketika.

"Kamu gak ingetin saya untuk makan lagi?" Tanya Thea pada Avram yang masih terus berjalan.

"Saya rasa, gak perlu lagi buang-buang waktu untuk hal gak berguna seperti itu." Avram menoleh dan mengucapkan sederet kalimat itu, lalu ia kembali berjalan tanpa memperdulikan Thea yang masih setia berdiri.

Tak mau ketinggalan, Thea buru-buru mengambil tas nya dan menghampiri kapal yang sudah bersandar di dermaga kecil itu. Saat Thea keluar dari resort, ia mendapati Afkar yang ingin ke sana juga.

"Afkar!"

"Ya?" Afkar menoleh dengan kaki yang terus berjalan.

"Tau gak, kenapa Avram bisa gitu? Salah gue apa ya?"

Afkar hanya menjilat bibirnya, ia juga tidak bisa semudah itu untuk memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Itu semua hak Thea untuk memberitahu kalau ia sudah punya kekasih. "Enggak tau."

"Kalo gue salah, kasih tau ya. Gue gak enak kalo harus diem-dieman gini. Dia udah gue anggep kayak sahabat sendiri."

"Iya."

Mereka berdua memasuki kapal yang sedari tadi menunggu kedatangan mereka. Buru-buru Thea dan Afkar masuk ke dalam sana dan duduk di bangku yang masih tersedia. Namun nyatanya Thea salah memasuki kapal. Di kapal ini hanya tersisa satu bangku kosong, dan sudah pasti itu milik Afkar, karena di sampingnya sudah ada Avram.

"Lo duduk aja di dalem, biar gue yang berdiri di sini." Suruh Afkar baik hati.

"Gapapa kok, lo aja yang duduk, gua di sini aja." Thea kokoh dengan kemauannya, ia akan berdiri di sini menatapi laut yang begitu luas. Tak apa, asal ia tidak duduk di samping Avram.

"Kaki lu baru sembuh kan? Gaboleh kelamaan berdiri kata dokter, jadi lu duduk aja di sana. Masalah Avram, gausah lu pikirin, anggep aja dia gak ada."

"Gue masih gak enak sama dia."

"Bangku itu hak lu kok, kan Adam udah bayarin ini semua. Jadi lu duduk aja sana."

Setelah dipikir-pikir, akhirnya ia memutuskan untuk di sana, mengingat kondisi kakinya yang baru sembuh dan tidak boleh terlalu capek. Dengan langkah takut, Thea memasuki bagian dalam kapal dan duduk di samping Avram.

Melihat kedatangan Thea, Avram hanya menoleh dan kembali fokus pada ponselnya.

Berjam-jam Thea menahan rasa takut karena Avram sama sekali tidak membuka mulutnya dan tatapan mata itu, sungguhlah menyeramkan. Begitu tajam dan raut wajah yang begitu kaku.

-

Semua rombongan memasuki bandara dan menunggu pesawat datang dalam beberapa menit lagi. Sejak keluar dari dalam kapal, Thea terus berusaha mendekati Avram, sekadar bertanya apa salah dirinya sampai-sampai ia berubah seperti ini.

"Vram!" Panggil Thea dengan nada yang begitu keras. Sampai-sampai orang lain memperhatikan mereka.

Avram menoleh, dan menaikan alisnya beberapa detik.

"Kalo saya ada salah, kasih tau sekarang. Biar saya jelasin semuanya."

"Kamu gak salah. Saya yang salah."

Adam dan Audrey 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang