[35] H-1 💍

232 14 5
                                    

4 bulan kemudian...

Waktu terasa begitu cepat terlewati. Padahal rasanya baru kemarin Audrey dilamar oleh Adam, tapi ternyata hari inilah yang dinantikan sejak 4 bulan lalu.

Hari ini, hari yang akan bersejarah di cerita Adam dan Audrey. Hari yang mereka nantikan telah tiba. Meskipun acara dilaksanakan besok, tapi euvoria pasangan yang ingin menikah begitu terasa. Senyum-senyum kesenenangan tidak pernah luntur dari dua insan itu.

Semuanya sudah benar-benar siap. Hanya menunggu esok pagi dan mereka akan sah sebagai sepasang suami istri.

Adam berkaca dan meyakinkan dirinya bahwa ia bisa berjanji yang akan disaksikan oleh Tuhan langsung. Rasa senang dan deg-degan tak hilang-hilang sedari kemarin. Rasanya Adam ingin buru-buru mengucap janji dan rasa deg-degan itu akan hilang. Tapi waktu terasa begitu lama, padahal hanya menunggu hari esok datang.

"30 menit lagi harus ke bandara, Dam. Gimana? Udah siap?" Tanya Edwin pada adiknya yang masih mematung depan cermin.

"Jangan tegang gitu..." ujar Edwin berusaha menenangkan. "Bawa santai aja."

"Lu gak ngerasain sih, gua bener-bener takut nih."

"Kan acaranya besok, masih ada waktu untuk latihan."

Adam meraih tangan kakaknya dan meletakan di dadanya. Merasakan detakan jantung yang tak biasa itu, Edwin hanya bisa tertawa. "Hahahah, udah kayak dituduh maling lo!"

"Duh, lebih dari itu deh rasanya."

"Semakin lu pikirin itu, semakin jadi beban untuk diri lu. Lebih baik, lu santai aja, jangan terlalu dipikirin. Sekarang waktunya lu ke bandara nih, pasti udah pada nunggu di sana."

"Iya, ayo berangkat."

Adam menyeret koper besarnya dan mengunci kamar apartemen yang akan ia tinggalkan lebih dari seminggu nanti. Setiap langkah, ia selalu memikirkan hal itu. Meskipun bahagia, tapi rasa takut tak bisa lepas dari Adam. Ia masih bergelut dengan perkataan yang jika didengar mudah, tapi saat diucapkan susah.

Edwin menyetop taksi untuk mengantarkan dirinya ke bandara. Kabarnya sih, beberapa tamu undangan dan keluarganya sudah di sana semua. Hanya tinggal menunggu Adam saja.

Omong-omong, pernikahan Adam dan Audrey hanya untuk teman dekat saja. Bisa dibilang, ini pernikahan yang bersifat privasi. Kalau Adam mengundang semua kenalannya, yang ada uang tabungan dia habis secepat kilat. Pasalnya, tiket pesawat untuk keberangkatan ke sana, Adam yang menanggung. Tak lupa, Adam juga menyewa beberapa resort untuk para tamu undangannya. Sebenarnya, ini pernikahan sederhana, atau mewah? Semuanya benar-benar difasilitasi oleh Adam. Dari tiket pesawat, sampai penginapan di sana.

Bagi Adam, itu semua tidak seberapa. Karena, pernikahan hanya sekali, dan harus mengesankan.

-

Adam memicingkan matanya saat melihat segerombolan temannya sudah berkumpul. Seperti Avram, Afkar, Thea, Greyson, dan masih banyak lainnya.

"Cieeee yang mau nikah cieeee!" Seru Greyson meledek.

"Diem lo!"

"Eh, Dam, gak ada yang ketinggalan kan?" Tanya Thea memastikan.

"Engga ada kayaknya." Adam menatap Thea dari ujung rambut dan kaki. Penampilannya kini berubah, tanpa dua tongkat yang selalu menemani dirinya kemana-mana. "Gak pake togkat?"

"Udah sembuh sejak sebulan lalu. Ga sadar ya? Padahal sering ketemu."

"Ohh, baguslah! Iya nih, pasti karena saking sibuknya. By the way, liat Audrey gak?"

Adam dan Audrey 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang