Woohyun masuk ke dalam apartemennya dengan lesu. Dilihatnya apartemen itu masih kosong, itu artinya Jiyeon belum pulang. Sekarang sudah jam 8 malam, cuaca di luar juga sangat dingin. Woohyun khawatir pada istrinya itu, apalagi gadis itu malah mematikan ponselnya.
Woohyun masih menunggu Jiyeon dengan cemas di depan pintu masuk. Sesekali dia mencoba menelpon Jiyeon kembali, siapa tahu gadis itu mengaktifkan ponselnya. Namun hasilnya nihil.
Waktu terus berjalan, sudah jam 9 malam. Apa yang harus Woohyun lakukan? Apa lebih baik dia menelpon Myungsoo dan bertanya apakah Jiyeon pulang ke rumahnya?
Tidak! Tidak! Jelas-jelas Jongwoon sudah mempercayakan Jiyeon padanya. Kalau ternyata Jiyeon tidak ada di rumahnya, Woohyun bisa dibunuh oleh Jongwoon dan ayahnya.
Woohyun menghela napas frustasi. Dia terus melirik ke arah jam dinding. Sudah semakin malam, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada gadis itu?
Woohyun tidak bisa tinggal diam, dia harus mencari Jiyeon. Woohyun menyambar kunci mobilnya dan segera berjalan ke dekat pintu. Namun, belum sempat membuka pintunya, seseorang telah membuka pintu apartemen itu.
TI NU NIT
Jiyeon pulang juga akhirnya, dengan mata sembabnya menatap Woohyun dengan sinis dan segera berjalan melewati pria itu. Woohyun sendiri menghela napas lega dan segera mengejar Jiyeon.
"Kenapa kau mematikan ponselmu?! Kau benar-benar membuatku khawatir!"
Jiyeon berhenti berjalan dan berbalik untuk menatap Woohyun dengan sinis kembali. "Kalau bukan karena orang tuaku, aku tidak akan mau kembali ke tempat ini! Dasar jahat!" ucap Jiyeon sambil menangis.
"Kim Jiyeon, dengar dulu penjelasanku."
"Aku tidak mau dengar!" teriak Jiyeon marah. "Aku sudah dengar semuanya! Kau tidak perlu menjelaskannya lagi!" ucapnya dengan napas tersengal-sengal.
"Jiyeon... aku memangㅡ"
"Sudah kubilang aku tidak mau mendengarnya!"
"KAU HARUS DENGAR!" teriak Woohyun. "Aku memang salah! Tapi kita sudah menikah, kau tidak bisa mengubah keadaan apapun!"
"Kau orang jahat, Nam Woohyun! Kau orang paling jahat!" teriak Jiyeon kembali menangis.
Woohyun menghela napasnya dan tangannya berusaha memegang tangan Jiyeon namun gadis itu segera menghindar.
"Kenapa kau melakukan ini padaku?! Kau tahu kalau aku sangat menyukai Baekhyun Oppa! Kau bahkan tahu kalau Baekhyun Oppa menyukaiku juga! Kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa kau sangat membenci Baekhyun Oppa?!"
Woohyun yang kesal mendengar nama Baekhyun terus disebutkan segera menarik Jiyeon dan membenturkan punggung gadis itu ke tembok, mengunci tubuh Jiyeon dengan tubuhnya.
"Sudah kukatakan padamu untuk tidak menyebut namanya saat bersamaku, Kim Jiyeon! Kau benar-benar ingin aku menciummu?!" ucap Woohyun dengan dingin.
"Aku membencimu! Kau tahu kalau aku hanya menyukai dan mencintai Baekhyun Oppa! Aku tidak akan perㅡ"
Ucapan Jiyeon terpotong karena Woohyun sekarang telah menempelkan bibirnya pada bibir Jiyeon, mencium gadis itu agar berhenti menyebut nama Baekhyun. Jiyeon segera mendorong tubuh Woohyun dengan sekuat tenaganya.
Namun gadis itu tidak berhasil, karena Woohyun yang terlalu kuat menahan tubuhnya dan semakin menghimpitnya ke tembok. Woohyun mencium bibir Jiyeon dengan kasar karena dalam keadaan marah, sedangkan Jiyeon berontak dengan memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Jiyeon mendorong tubuh Woohyun lagi sambil berteriak meskipun bibir mereka masih menempel.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Arranged Marriage [✔]
Fanfiction[COMPLETED] - [RE-PUBLISH] Kim Jiyeon, gadis berumur 22 tahun yang masih harus menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi 1 tahun lagi. Dia tidak terlalu pintar tapi tidak bodoh juga. Namun, siapa sangka di usia yang masih belia ini dirinya har...