[Arranged Marriage] 20 ~ Memaafkan

271 44 44
                                    

"JIYEON!!!"

Woohyun berteriak dan berlari mendapati Jiyeon yang telah jatuh pingsan di kasurnya beserta pisau yang sudah jatuh ke lantai juga.

Bersamaan dengan itu, Dokter Yoon masuk ke dalam ruang rawat dengan terburu-buru bersama Jimin. Dia segera menghampiri Jiyeon yang telah jatuh pingsan.

"Apa yang terjadi?" tanya Dokter Yoon khawatir. Dokter itu segera mengambil tangan Jiyeon, memeriksanya.

"Denyut nadinya sangat tidak stabil. Ini bisa berbahaya. Suster Kang tolong segera pasang infusnya lagi, berikan juga jarum suntikku," ucap Dokter Yoon semakin membuat Woohyun ketakutan.

"Jiyeon akan baik-baik saja kan, dokter?"

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya dokter Yoon sambil berbalik menatap Woohyun.

Woohyun kembali berbalik untuk menatap Jimin, "Istriku tadi bersama sahabatnya di dalam. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan," ucap Woohyun menatap tajam Jimin.

Jimin segera membungkuk, "Maafkan aku, hyung."

Pemuda itu melanjutkan, "Aku hanya bertanya pada Jiyeon soal kehamilannya. Dan... dia langsung mengamuk seperti itu. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa Jiyeon bisa semarah itu, aku benar-benar minta maaf."

Woohyun menatap Jimin dengan terkejut lalu mengusap wajahnya dengan kasar.

"Apa kau tidak memberitahunya tentang yang kukatakan?" tanya dokter Yoon.

Woohyun menghela napasnya keras, "Aku bahkan tidak tahu kalau dia akan mengatakan hal ini pada Jiyeon," jawab Woohyun lalu menatap Jimin kembali, "Kau hanya sahabatnya, kau bukan keluarganya, kenapa kau berani menanyakan hal seperti itu pada Jiyeon?!"

"Karena aku menyayanginya!" jawab Jimin dengan keras, "Aku sangat terkejut mendengar Sujeong menceritakan kalau Jiyeon hamil. Dan yang lebih keterlaluan dia keguguran! Aku ingin menghibur Jiyeon-"

"Tapi Jiyeon bahkan tidak tahu kalau dia hamil!" teriak Woohyun.

Pria itu melanjutkan dengan berat, "Itu sebabnya aku tidak mau meninggalkannya dengan sembarang orang. Kau tahu, ini bisa berbahaya untuk kesehatan mentalnya!"

Jimin menunduk menyesal. Sedangkan Chorong hanya terdiam menyimak.

Woohyun mengusap wajahnya dengan kasar dan menatap dokter Yoon kembali yang telah selesai menangani Jiyeon.

"Aku sudah memberikan obat penenang dan obat tidur. Ini mencegahnya untuk tidak terlalu tertekan saat sadar nanti," ucap dokter Yoon.

"Tolong lebih berhati-hati lagi lain kali," lanjutnya dan segera berjalan keluar.

>>>>>>>>>>

"Ada baiknya kau pergi saat dia sadar. Bagaimana pun dia tertekan karenamu. Dia pasti akan mengusirmu."

Ucapan Yoseob yang baru saja datang kembali terngiang di ingatan Woohyun. Yang sahabatnya katakan memang benar.

Bagaimana jika Jiyeon mengamuk lagi saat membuka matanya karena mendapati Woohyun berada di hadapannya? Woohyun tidak mau terjadi sesuatu pada Jiyeon lagi. Dia tidak mau Jiyeon bertindak gila dan melukai dirinya. Itu sebabnya Woohyun segera menyingkirkan segala benda tajam dan benda lain yang beresiko dari kamar rawat istrinya itu.

Woohyun menghela napas menatap wajah istrinya yang masih tertidur lelap. Ada rasa bersalah yang sangat besar dalam dirinya. Melihat wajah Jiyeon yang sangat tenang saat tertidur membuat Woohyun tidak sanggup menahan air matanya.

Bagaimana caranya dia bisa mengembalikan Jiyeon seperti dulu lagi? Meyakinkan Jiyeon untuk tetap bersamanya dan tidak bercerai dengannya? Bagaimanapun, Woohyun tidak mau meninggalkan Jiyeon meskipun istrinya itu berkukuh meminta bercerai darinya. Ini terlalu menyakitkan.

[1] Arranged Marriage [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang