Am I alone?
Story by ⬆
Mereka mengatakan bahwa aku gila. Mereka sering menemukanku sedang berbicara sendiri di tengah koridor sekolah. Apa aku salah? Aku pikir, hal itu bukanlah sebuah tindak kejahatan. Tetapi, kenapa mereka terus saja mengusikku?
Dan ini adalah kisahku...
✡✡✡
Cahaya mentari yang memasuki rumah rapuh berukuran kecil disudut kota, membangunkan seorang anak perempuan cacat berumur 19 tahun. Dia adalah Riska; perempuan dengan mata kanan cacat akibat sebuah besi yang tidak sengaja tertancap di bola mata tersebut pada saat ia tengah bekerja paruh waktu membantu ekonomi keluarganya. Bola mata Riska tertancap ketika ia tengah membantu mengangkat besi-besi berukuran sedang dengan ujung yang begitu lancip dari dalam truck. Dia tidak menyangka bahwa gesekan besi yang licin itu, bisa mengenai bola mata kanannya. Hal tersebut tentu membuat Riska harus mengikhlaskan separuh penglihatan yang ia miliki.
Karena keterbatasan biaya, keluarga Riska tidak mampu melakukan operasi mata untuk putrinya. Riska siswi pindahan yang masih duduk di bangku sekolah kelas 2 SMA itu, harus menanggung pahitnya cacian dari teman-teman lingkungan sekolahnya. Bahkan, mereka tega melakukan hal yang semena-mena terhadap Riska karena menurut mereka, dia tidak pantas berada di sekolah tersebut.
Riska berjalan keluar rumahnya dengan menenteng sebuah tas yang telah usang. Semangatnya dalam belajar, tidak menyurutkan niat Riska untuk tetap terus berjalan ke sekolah. Hanya dengan berjalan kakilah, Riska bisa sampai ke sekolah tersebut. Setelah ia tiba di sana, seluruh pasang mata mengarah kepada Riska. Bukan hanya hari ini, bahkan setiap hari mereka melakukan hal itu kepadanya.
✡✡✡
Perempuan itu berjalan menuju koridor sekolahnya. Raut wajah yang sedih, berubah menjadi gembira saat Riska melihat seorang siswi tengah menyender pada dinding koridor sekolah. Seorang siswi yang berpakaian seragam sangat usang, rambut hitam sepunggung yang kusut dengan wajah pucat, tidak membuat Riska takut kepadanya.
"Adel. Selamat pagi," kata Riska yang berhenti di depan siswi tersebut.
Namanya Adellia Permata. Dia adalah salah satu siswi yang ditemukan Riska tengah menangis terisak-isak sendirian di bawah pohon beringin belakang sekolahnya.
"Selamat pagi," jawab Adel lemas.
"Sudah sarapan?" tanya Riska.
Adel menggeleng perlahan.
Riska mengeluarkan sebuah roti dari dalam tas yang diberikan ibunya saat akan keluar rumah. Roti itu bukanlah roti mahal bermerk seperti yang berada di sebuah mall. Roti milik Riska adalah roti yang hanya ada di warung-warung kecil dekat dengan rumahnya.
"Ini. Makanlah rotiku." Riska menyodorkan roti tersebut ke arah Adel.
Adel menatap dengan sayu dan dia menggeleng, "Aku tidak lapar."
Tiga orang siswi yang berjalan melewatinya, menatap sinis ke arah Riska. Mereka berbisik dengan terus berjalan ke arah kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story by WaVers_
Ngẫu nhiênSemua cerita dalam satu episode [One shoot] yang hanya akan terbit disetiap rabu dan sabtu. Pastikan kamu menambahkan cerita ini ke dalam daftar kesukaanmu agar dapat pemberitahuannya.💞💕 ⛔Dilarang keras untuk meng-copy paste ya😊⛔ ✔ Teenlit ✔ Roma...