Jangan dibuka
Story by ⬆
Hari ini, kompleks perumahanku kedatangan penghuni baru yang menempati rumah di sebrang rumahku. Aku, sebagai anak dari salah satu penghuni kompleks perumahan ini mencoba untuk mencari tahu apakah mereka memiliki seorang anak perempuan sepantaranku atau tidak. Karena aku sendiri berumur 19 tahun.
Kulihat dari tempat persembunyianku disemak-semak taman rumah, mereka tengah sibuk mengeluarkan kardus-kardus besar dari dalam truk. Aku juga melihat ada seorang anak perempuan yang ikut membantu kedua orang tuanya. Kesempatan bagus untukku mencoba mendekati anak perempuan mereka.
"Hey. Aku tau dari tadi kamu sedang memperhatikanku," teriak anak perempuan itu dengan mata yang mengarah ke semak-semak.
Aku pun terkejut dan mencoba untuk keluar dari tempat persembunyian dengan ekspresi yang hanya sekedar cengengesan. Terlihat anak itu datang dengan membawa kardus berukuran kecil ke arahku lalu mengulurkan tangan kanannya.
"Lisa," ucapnya dengan tersenyum.
Aku segera menyambut tangan putihnya itu dengan tersenyum kembali, "Daniel."
"Tinggal di sini?" tanyanya.
"Aaa... iya. Ayo mampir ke rumahku," ajakku.
"Lain kali saja. Aku masih harus membantu kedua orang tuaku."
"Kalau begitu, boleh aku ikut membantu?" tanyaku.
"Tidak usah. Lebih baik kamu masuk ke dalam rumah dan jangan pernah mencoba untuk mengintip atau mengendap-endap," jelasnya.
"Hey! Aku tidak pernah melakukan hal itu," sontakku.
Dia hanya tersenyum dengan menggelengkan kepala perlahan, lalu kembali masuk ke dalam rumahnya untuk menaruh kardus kecil tersebut.
Pada malam harinya, aku berniat untuk mencari makan di luar kompleks karena kedua orang tuaku sedang ada tugas pekerjaan di luar kota, sedangkan aku sendiri adalah anak tunggal di rumah ini.
Kebetulan sekali ada tukang nasi goreng yang tengah melintas di depan rumahku. Aku pun segera keluar rumah dan memesan sepiring nasi goreng. Pandanganku teralihkan dengan rumah milik Lisa. Nampaknya, rumah itu sangatlah sepi sama seperti sebelum rumah itu dihuni.
"Dek, nasi gorengnya pedas?" tanya tukang nasi goreng itu.
"Iya bang. Pedas," jawabku tanpa menoleh ke arahnya.
Udara semakin malam terasa semakin dingin yang membuat aku harus mengusap kedua telapak tanganku agar tetap hangat. Aku merasa ada yang mengganjal dengan tukang nasi goreng tersebut. Dia nampak menunduk dengan terus-menerus mengaduk campuran telur dan juga bumbu lainnya di dalam penggorengan.
"Bang, kok nasinya ngga dimasukkin?" tanyaku heran.
"Nanti dek, tunggu 3 menit lagi," ujarnya.
"Yang ada gosong bang," ucapku dengan mengernyitkan dahi.
Mataku membelalak saat melihat wajah tukang nasi goreng itu hancur seperti korban kecelakaan. Satu bola mata dan syaraf matanya menggelantung ke bawah. Jantungku seketika berdegub dengan kencang dan juga tanganku mulai dingin. Terlebih, tukang nasi goreng itu tersenyum lebar padaku. Saat itu juga aku segera berlari masuk ke dalam rumah dan menguncinya dengan rapat. Aku mencoba untuk mengintip dari balik jendela rumahku dan berharap itu hanyalah sebuah mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story by WaVers_
RandomSemua cerita dalam satu episode [One shoot] yang hanya akan terbit disetiap rabu dan sabtu. Pastikan kamu menambahkan cerita ini ke dalam daftar kesukaanmu agar dapat pemberitahuannya.💞💕 ⛔Dilarang keras untuk meng-copy paste ya😊⛔ ✔ Teenlit ✔ Roma...