"ZE"
Story by ⬆
Jam menunjukan pukul 11:39 malam. Suara musik DJ berbunyi dengan kencangnya, membuat para sekelompok manusia bergoyang mengikuti alunan musik dan melupakan masalah duniawi mereka sesaat. Asap rokok, bau alkohol, obat-obatan dan para pasangan saling menempel satu sama lain bukanlah pemandangan asing yang terjadi di kediaman Zean Bawster. Wanita yang berstatus murid pindahan di Hidden School yang tiba-tiba saja terkenal dengan kepintaran dan juga kecantikannya. Setiap akhir pekan, ia selalu membuat pesta dan mengundang teman-teman sekolahnya. Ibunya tinggal di rumah yang berbeda dengannya, sedangkan ayahnya sudah menikah lagi dengan orang yang lebih kaya dan cantik dari ibunya.
"Zean. Lo kenapa hey? Jangan bilang lo udah mabok?" tanya Deniel dengan badan yang sedikit terhuyung huyung mencoba menghampiri Zean yang tengah duduk di sofa merah yang berwarna senada dengan dress yang ia kenakan.
"Hah? Lo bilang apa?" ucap wanita itu setengah sadar. Ia teguk Wine yang berada di tangan kanannya tanpa henti. Perlahan Deniel menghapiri Zean dan mencoba untuk merangkul bahu wanita yang baru-baru ini ia dambakan dan mencium lehernya pelan. Setelah sadar dengan apa yang maksud Deniel, Zean mencoba menepis tangan Deniel dengan halus.
"Jangan sekarang, kau harus bersabar sampai para tamu itu pulang, bagaimana?" ucap Zean berbisik dengan suara menggoda. Daniel menuruti kemauan Zean, bagaimana pun Zean merupakan wanita tercantik di sekolahnya. Lelaki mana yang tidak mengakui kecantikannya. Banyak siswa yang mengincar Zean untuk dijadikan pacar atau hanya sekedar keseruan belaka. Keluarganya pun juga termasuk ke dalam deretan keluarga konglomerat di London yang mungkin hartanya tidak terhitung jumlahnya.
Tin.. Tin.. Tin..
Terdengar suara klakson mobil yang tentu saja membuat Zean dan Deniel beranjak dari tempat tidur dengan cepat. Mereka segera mengenakan pakaian mereka asal-asalan.
"Siapa?" tanya Deniel kepada Zean yang tengah mengintip dari balik jendela kamar.
"Mamaku. Ternyata hari ini ia tidur di tempatku," jawabnya sambil berjalan keluar kamar dan meninggalkan Deniel untuk membukakan pintu mamanya yang sudah menekan bel sebanyak 2 kali. Deniel menatap arloji yang berada ditanganya, wajahnya menunjukan rasa kekecewaan karena rencana untuk tidur dengan wanita yang selama ini ia inginkan batal begitu saja.
Dari dalam kamar, terdengar suara mami Zean yang tengah mengomel karena pada saat itu rumah masih dalam keadaaan yang sangat berantakan. Sisa pesta beberapa jam yang lalu pun masih belum dibereskan.
"Kamu tuh apa-apaan sih Zean. Mami beri kamu kebebasan tapi malah begini balasan kamu untuk mami?!" ucap Aleah-mamanya setengah berteriak.
"Mom, kitakan bisa suruh orang untuk ngeberesin ini semua. Yaudahlah, Mami mending istirahat dari pada mikirin hal yang sepele kaya gini," ucap Zean sambil melepaskan Stetoskop dari leher maminya.
"Apa? Sepele kamu bilang." perkataan Aleah tiba-tiba saja terhenti ketika melihat sesosok pria yang baru saja keluar dari kamar putrinya, yaitu Deniel. Aleah pun langsung menatap wajah putrinya dan tersenyum.
"Mom?"
***
"Zean Tunggu! jangan lari!" teriak seorang wanita berambut coklat yang sedang berusaha mengejar Zean yang tengah berlari ke arah bangku taman. Pagi ini, mereka telah mendapatkan kabar duka. Deniel mengalami kecelakaan, mobilnya terjungkal ke dalam sungai sedalam 15 meter dan sampai sekarang jasadnya belum ditemukan. Tentu saja ini membuat Zean merasa sangat terpukul dengan berita yang baru saja mereka dengar. Teman-temannya, bahkan ada yang membawakan bunga mawar merah dan meletakannya di meja Deniel sebagai rasa berbela sungkawa.
Sarah memeluk tubuh sahabatnya dengan erat. "Aku tau ini pasti berat untukmu, Zean," ucap Sarah sambil menyeka air mata yang mengalir di wajah sahabatnya. Sarah tahu persis, ketika itu Deniel menghabiskan malam terakhirnya dengan Zean, wanita yang dicintainya.
***
"Maaf ya Sarah, Zean jadi merepotkan," ucap Aleah sambil meletakan secangkir teh di meja yang di suguhkan untuk Sarah. Hari ini Zean memutuskan untuk tidak masuk sekolah dan lebih memilih untuk pergi ke gereja yang tentunya ditemani oleh Sarah.
"Eh, tidak tante. Zean sama sekali tidak merepotkan. Zean adalah sahabat yang baik walaupun kami baru mengenalnya 2 bulan lalu," ucap sarah kepada Aleah.
"Kamu tahu bukan kalau ayah Zean sudah menikah lagi? Maka dari itu tante dan Zean memutuskan untuk pindah rumah dan menyesuaikan dengan pekerjaan tante sebagai seorang dokter bedah," Aleah mencoba untuk menjelaskan. Sarah hanya mengangguk-angguk dengan apa yang diucapkan oleh Aleah.
"Hmm dokter bedah? Tapi mengapa di rumahnya banyak hewan – hewan yang diawetkan dan dijadikan pajangan?" gumam Sarah dalam hati.
Sarah menyesap secangkir teh yang diberikan oleh mama Zean dengan nikmat. Sudah 30 menit lebih ia menunggu Zean keluar dari kamarnya, namun wanita itu tidak kunjung datang. Akhirnya, Sarah memutuskan untuk pergi menyusul Zean ke kamarnya. Karena ini pertama kalinya Sarah pergi mengunjungi rumah sahabatnya, ia harus menengok ke kanan dan ke kiri untuk mencari letak dimana kamar Zean berada.
Pandangan Sarah terhenti ketika menemukan sebuah pintu hitam dan bertuliskan "ZE" pada sebuah bingkai yang menggantung pada daun pintunya.
"Ini pasti kamar Zean," gumamnya.
Samar-samar, terdengan suara Zean yang tengah mengobrol dengan seseorang di telepon. Karena penasaran, Sarah mencoba untuk menguping pembicaraannya sahabatnya melalui celah pintu yang sedikit terbuka. "Pantas saja tidak keluar kamar, ternyata sedang mengobrol di telpon," ucapnya dalam hati.
"Deniel pakai topi ini aja ya? Biar kembaran sama Zean. Baju Zean bunga-bunga, topi Deniel juga bunga-bunga."
"Hah? Deniel? Apa aku tidak salah dengar?" Sarah mencoba mempekakan kembali pendengarannya.
"Kalo Andre pakai topi yang coklat aja ya? Kembaran sama sepatu aku, jadi nggak usah cemburu ya."
"Deniel? Andre? Bukankah mereka—" ucapan Sarah terhenti. Tiba-tiba saja Zean, membuka pintu kamarnya dengan lebar. Bau busuk pun keluar dari dalam kamarnya. Sarah melihatnya dua buah manekin pria berkepala manusia. Tidak lain dan tidak bukan kepala itu adalah kepala teman-temannya yang baru-baru saja meninggal pada bulan ini dan tentu saja kedua jasadnya tidak ditemukan karena kasus mereka sama, yaitu mobil mereka tercebur ke dalam sungai dan jasadnya masih belum ditemukan.
"Sarah apa kamu mau melengkapi namaku dengan kulitmu?" tanya Zean sambil menunjuk bingkai yang menggantung pada daun pintu kamar yang bertuliskan "ZE".
-Tamat.-
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story by WaVers_
RandomSemua cerita dalam satu episode [One shoot] yang hanya akan terbit disetiap rabu dan sabtu. Pastikan kamu menambahkan cerita ini ke dalam daftar kesukaanmu agar dapat pemberitahuannya.💞💕 ⛔Dilarang keras untuk meng-copy paste ya😊⛔ ✔ Teenlit ✔ Roma...