Who is that?
Story by ⬆
Sebelum memasuki kampus, tidak sedikit mahasiswa/I yang sedang berkumpul di dalam kantin meski hanya sekedar memesan mie istan atau secangkir kopi untuk mengganjal perut mereka selepas bekerja. Salah satu murid bernama Lacey, sedang menyeruput mie rebus buatan Pak Sentot dengan terburu-buru karena sebentar lagi perkuliahan malam akan segera di mulai.
Salah satu teman Lacey menepuk salah satu bahu wanita itu dengan kencang, "Woy, makannya pelan-pelan aja kali bu! Andre sama Wildan mana? Tumben belum keliatan."
"Au, nanti juga nongol mereka. Gue makan dulu nanti keburu dosen dateng," ucap Lacey sambil melanjutkan sendokkan selanjutnya.
Tidak lama, benar saja ucapan Lacey terbukti. Andre dan Wildan datang dari arah Musollah yang letaknya pun tidak terlalu jauh dari kantin.
"Assalamu'alaikum," ucap Andre yang menggunakan peci putih khasnya.
"Walaikumsalam." Teman-temannya pun menjawab dengan serentak."Eh, pak haji udah dateng! Gue liat catatan Introducing To Linguistic boleh? Punya gue kurang lengkap hehe," timpal Zean yang tiba-tiba duduk di samping Andre.
"Hari ini mata kuliah hanya 1 kan? Gimana kalau kita pergi ke rooftop kampus buat selfie?" celetuk Wildan memberikan sebuah ide untuk menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Memang pemandangan dari rooftop kampus mereka ketika malam benar benar indah, tapi untuk kelas malam, lantai 6,7 dan 8 itu kosong. Mereka harus melewati semua ruangan yang gelap dan tidak ada siapa pun.
"Buat apa kita melakukannya? lebih baik kita pulang dan belajar bukan?" protes Andre dengan nada lembutnya.
"Aduh Andre, sekali-kali lu ikut kita dong foto-foto. Pemandangannya bagus tau," bujuk Wildan.
"Bener tuh apa kata Wildan, ayolah Ndre. Sekali ini aja kok," timpal Joni sambil mengunyah roti coklatnya.
***
Akhirnya setelah jam pelajaran selesai mereka sepakat untuk berkumpul di dalam ruang kelas K.305 yang tidak lain adalah kelas Lacey. Setelah mereka semua berkumpul, Wildan pun memimpin para teman-temannya untuk segera menaiki lift.
"Wildan! Lo mau ke mane? Kaya rombongan haji gitu? Gue ikut dong!"Tiba-tiba teman mereka yang bernama Lulu ikut menyusul Wildan dan kawan-kawan. Beberapa teman mereka yang lain pun juga ikut masuk ke dalam.
"Wildan, memang pintu yang menuju rooftop itu ngga dikunci ya?" tanya Zean yang berdiri di pinggir lift sambil menekan tombol angka 8.
"Gue juga nggak tau, makanya nanti kita lihat dulu." Angka yang terpampang di atas lift berhenti tepat di lantai 7 dan pintu pun terbuka.
Lorong yang gelap dan hawa yang dingin terasa memaksa untuk masuk ke dalam lift.
"Sekarang jam setengah sembilan malam dan pintu lift terbuka di lantai 7? Tapi kenapa tidak ada orang yang masuk?" tanya Windy setengah panik.
"Mungkin orangnya udah pake lift yang satunya, udah deh lo ngga usah bikin panik Wind." Lacey mencoba untuk menenangkan.
"Gue kan cuma tanya," protes Windy.
"Sssttt! Udah udah, jangan pada ribut. Yang lain ikutin gue dari belakang ya, kalo perlu nyalain senter. Soalnya ini gelap banget."Keadaan di lantai 8 pun tidak jauh berbeda dengan lantai 7. Gelap dan sunyi. Mereka pun berjalan melewati beberapa kelas kosong yang pintunya sedikit terbuka. Dapat dilihat beberapa bangku yang tidak beraturan dan tidak tertata dengan rapi.
"Eh, kita balik yuk. Perasaan gue ngga enak," ucap Joni yang sambil memegangi tas Wildan dari belakang.
"Tanggung Jon, dikit lagi sampe kok. Kita tinggal naik tangga ini," tutur Wildan sambil menyinari anak-anak tangga yang tersusun ke atas yang di bagian depannya dilindungi oleh sebuah pagar besi.
Wildan pun naik lebih dulu dan mencoba untuk membuka pagar besi tersebut.
"Ah, shit! Gerbangnya di kunci guys," umpat Wildan kesal.
"Yah."
"Tau gitu gue gak ikut."
"Serius itu dikunci?"
Suara kekecewaan pun terdengar secara bersamaan dan mau tidak mau mereka harus kembali lagi menuju lift. Tiba-tiba Lacey mendengar suara benda bergeser dan suara pergerakan itu membuat ia berjalan lebih cepat dan menyusul Wildan yang masih memimpin di depan.
"Lo kenapa Lace?" tanya Wildan sambil mengerutkan dahinya.
"Gue denger kursi kegeser sendiri, Wildan," jawabnya dengan langkah yang semakin cepat.
"Jangan takut," ucap Wildan sekali lagi mencoba untuk menenangkan.
Semua sudah berdiri di depan lift dan menunggu pintu lift untuk terbuka. Semua menunggu dengan gelisah namun pintu lift tidak kunjung terbuka."Ini mana sih lift-nya lama banget!" celetuk Windy kesal.
Tiba-tiba saja Wildan langsung berlari menuruni anak tangga dengan cepat tanpa memberi tahu alasannya. Semua teman-temannya pun menjadi panik dan memilih mengikuti menuruni anak tangga dari pada menggunakan lift yang sampai sekarang pintunya belum kunjung terbuka. Semua berlali dan berpencar entah kemana sampai mereka berkumpul kembali di dalam kelas K.305.
"Wildan! Lo apa-apaan sih tiba-tiba lari gitu aja!" gerutu Lacey sebagai orang yang paling belakang tertinggal.
"Lo gila ye? Kalau gue jatoh gimana dodol?!" timpal Joni sambil mengusap-ngusap dadanya.
"Tau nih Wildan, lo kalo niat ngerjain kita, ngga gitu caranya!" omel Windy sambil mengelap keringat yang ada di pelipisnya.
"STOP! Kalian apa-apaan sih? Kok jadi nyalahin gue?!" ucap Wildan dengan nada yang sedikit meninggi.
"Yeeee, Kan emang lo. Lagian lo ngapain si lari tiba-tiba gitu?!" tanya Lulu dengan nada yang tidak kalah tinggi dengan Wildan.
Perdebatan pun terjadi dan Wildan tetap tidak mau disalahkan oleh teman-temannya.
"Tanya noh si Andre! Gue mah ngikutin dia. Dia yang lari duluan. Kok jadi gue?" ucap Wildan membela diri.
"Andre? Wait.. Tadi, anak itu jadi ikut ngga sih?" tanya Lacey.
"Jelas-jelas dia ikut, dia kan yang lari duluan!"
Wildan pun tetap tidak mau disalahkan karena menurutnya, memang jelas-jelas yang dia lihat itu adalah Andre. Jadi seharusnya tidak usah dipertanyakan dan dirinya harus merasa terpojok.
"Sudah sudah, dari pada kita terus ribut seperti ini. Lebih baik kita telpon si Andre. Berhubung itu anak batang hidung ngga keliatan sampe sekarang," Joni mencoba untuk menengahi permasalahan ini.
Akhirnya, Joni mengeluarkan ponsel miliknya dan menekan beberapa tombol yang ada di ponselnya.
"Coba di loudspeaker Jon, biar kita semua bisa denger," ujar Lacey memberi saran.
Telpon pun tersambung dan terdengar suara seseorang yang menjawab. Namun, itu bukan suara Andre teman mereka.
"Halo Ndre."
"Halo. Maaf, apakah saudara temannya si korban yang bernama Andre?"
"Korban? Maksud bapak apa ya? Iya saya teman kampusnya."
"Jadi begini mas. Saya dari kepolisian, ingin memberi tau kalau teman mas mengalami kecelakan. Kepalanya tergilas truk dan nyawanya sudah tidak tertolong lagi."
-Tamat-
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story by WaVers_
RandomSemua cerita dalam satu episode [One shoot] yang hanya akan terbit disetiap rabu dan sabtu. Pastikan kamu menambahkan cerita ini ke dalam daftar kesukaanmu agar dapat pemberitahuannya.💞💕 ⛔Dilarang keras untuk meng-copy paste ya😊⛔ ✔ Teenlit ✔ Roma...