Chapter 6 - Badai Besar

621 73 3
                                    

Lyon berjalan menuju kabin kapten sambil membawa nampan dengan semangkuk bubur dan secangkir teh hangat. Ia mengetuk pintu kabin, kemudian berjalan masuk ketika Heldric memerintahkannya. "Oh, selamat pagi, Lyon," sapa Heldric. "Raven sedang berbaring di sana. Kurasa demamnya belum juga turun," lanjutnya. "Aku akan berada di luar, jika kalian ingin bicara." Heldric pun berjalan keluar dari kabin.

"Terima kasih, Tuan Heldric," balas Lyon yang kemudian berjalan menghampiri gurunya. Raven terbaring lemas di tempat tidur—seminggu setelah serangan duyung di Laut Berkabut, ia jatuh sakit. Suhu tubuhnya meningkat, dan wajahnya memucat. "Master, makanlah," ucap Lyon.

Raven perlahan duduk dan menyeruput tehnya, kemudian memakan bubur. "Terima kasih," katanya pelan.

Lyon menghela napas berat. "Sudah kubilang, 'kan. Kau kelelahan dan butuh istirahat, tapi kau tidak mendengarkanku. Kau malah terus bangun pada tengah malam," gerutu Lyon. "Master ini kenapa, sih?"

"Hei, aku bangun tengah malam bukan tanpa alasan, tahu," sanggah Raven, merasa sedikit kesal karena dirinya diomeli. Ayolah, ia sudah berumur 33 tahun dan diceramahi oleh bocah berumur 16 tahun?

"Lalu apa alasanmu?" Lyon tidak mau kalah, ia menyilangkan kedua lengannya di depan dada sembari menatap Raven jengkel.

"Aku..." Raven menghentikan aktivitas makannya. Ia terdiam, sementara Lyon mengangkat satu alisnya, menunggu jawaban. "Entahlah. Aku tidak bisa tidur," sambungnya.

Lyon menatap gurunya. "Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?"

Keheningan pun mengisi suasana di antara mereka berdua. Tak lama kemudian Raven menghela napas. "Aku hanya mimpi buruk," jawabnya. "Aku bertemu dengan kakakku di sana."

"Oh, kau punya kakak, Master?" tanya Lyon, diikuti dengan anggukan Raven.

"Ia... pergi dari rumah saat kami masih anak-anak," kata Raven.

Lyon menatapnya iba. "Kenapa ia meninggalkan rumah?" tanyanya. Namun Raven hanya menggeleng dan mengangkat bahu. "Oh... begitu, ya," lanjut Lyon. "Kau pasti merasa sedih."

"Mungkin?" sambung Raven, kembali memakan buburnya. Ia kemudian terdiam, matanya menerawang ke luar jendela.

Mereka berdua tetap diam, sampai akhirnya Lyon membuka mulutnya dan berkata, "Kuharap kau akan bertemu dengan kakakmu, Master."

Raven tersenyum simpul. "Kuharap begitu."

***

Lyon berjalan keluar dari kabin kapten. Heldric menunggu tak jauh dari sana. "Bagaimana keadaannya?" tanya Heldric.

"Sudah cukup baikan," balas Lyon. "Kurasa demamnya sebentar lagi akan turun, jadi tidak perlu khawatir..." Lyon tak sengaja menengadahkan kepalanya. Suara gemuruh terdengar di langit. Sekilas cahaya kilat muncul. "Ah, Tuan Heldric..."

Heldric ikut memerhatikan keadaan langit. "Sebentar lagi akan ada badai," katanya. "Masuklah ke kabinmu, Lyon. Biar kami yang atasi ini," perintah Heldric.

Awalnya Lyon ragu, namun akhirnya ia menuruti perintah Heldric dan kembali ke ruangannya di bawah geladak. Arisu berjalan menghampirinya. "Ada apa, Lyon?" tanyanya. Suara gemuruh kemudian kembali terdengar. "Ah. Akan ada badai, ya?" lanjut Arisu.

Lyon menganggukkan kepalanya. "Aku ingin membantu Tuan Heldric, tapi ia menyuruhku menunggu di sini," sambungnya.

"Ini kan pekerjaan mereka. Kita hanya perlu menunggu," kata Arisu yang kemudian berjalan kembali menuju kabinnya. Ia menghentikan langkahnya, lalu menoleh kembali pada Lyon. "Kau tidak mau kembali?"

Tale of Distant Land - Land of the Fairies [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang