Lyon dan teman-temannya sampai di sebuah sungai. Sebuah perahu ditambatkan di tepi sungai, Kalen mengisyaratkan mereka untuk menaikinya. Setelah semua sudah naik, Kalen terbang di depan mereka untuk memandu jalan. "Tenang saja, perahunya akan bergerak sendiri mengikuti arus sungai!"
"Jadi... kurasa ratumu ini senang sekali saat kedatangan tamu," ucap Raven, "ia langsung memanggil kami ke istananya. Bagaimana pendapatmu?"
"Negeri kami sangat jarang kedatangan orang luar. Biasanya orang-orang yang berkunjung adalah elf gelap yang memang telah menjalin kerjasama dengan kami... selain itu, tidak ada yang pernah datang ke sini," balas Kalen. "Seperti apa Briewen itu?"
"Eh? Yah..." Lyon terlihat berpikir. "Tidak jauh berbeda. Ada hutan, gunung, desa dan kota... oh, ada istana besar di ibu kota," balas Lyon. "Hutannya memang tak selebat di sini, sih..."
"Wah, begitu, ya?" Kalen menatap Lyon antusias. "Bolehkah aku ke sana?"
"A-ah-ya, tentu saja."
Perahu mereka berhenti di tepi sebuah akar pohon besar. Mereka satu persatu turun dari perahu, Lyon mengamati pohon itu dengan seksama. "Besar sekali..." gumam Lyon. Burung biru tadi hinggap di pundak Lyon sambil mencicit riang. "Aku belum pernah melihat pohon sebesar ini-dan di atasnya ada sebuah istana..."
Endar menatap istana yang berdiri di atas pohon itu. "Aku juga. Tidak ada elf hutan yang membangun istana bena-benar di atas pohon."
"Pohon ini bernama pohon Yggdra," balas Kalen yang menuntun mereka di depan. Di hadapan mereka sebuah papan besar mirip ayunan yang digantung dengan akar-akar pohon telah menunggu. "Naiklah, Yang Mulia ada di atas sana," lanjutnya.
"Bagaimana benda ini dapat membawa kita ke atas?" tanya Raven, melangkahkan kaki naik ke atas papan. Lyon dan yang lainnya mengikuti dari belakang.
Kalen menarik salah satu akar yang menggantung papan tersebut, dan dentingan lonceng dapat terdengar dari atas pohon. "Tunggulah, akan ada yang menarik kalian ke atas," ucap Kalen, mengepakkan sayapnya dan mulai terbang.
Perlahan-lahan papan tempat mereka berdiri terangkat, seperti ada yang menarik mereka. Seiring mereka naik ke atas, Lyon menikmati pemandangan yang terhampar di hadapan mereka. Burung-burung berwarna-warni terbang melewati mereka dengan riang, seakan-akan menyambut kedatangan mereka.
Sebuah air terjun dapat dilihat dari kejauhan, memancarkan pelangi yang indah. "Itu adalah air terjun Ivory! Banyak peri yang tinggal di sana," jelas Kalen.
Arisu mengulurkan tangannya ke arah seekor burung merah kecil dengan sayap hijau yang langsung hinggap di jari telunjuknya. Ia mengelus puncak kepala burung itu lembut. Lyon tertawa kecil melihatnya. "Kurasa ia menyukaimu, Arisu," kata Lyon.
"Benarkah?" balas Arisu, melepaskan burung itu kembali untuk bergabung bersama temannya yang lain. Burung biru yang hinggap di pundak Lyon juga ikut terbang bergabung dengan burung-burung itu.
Mereka juga melihat peri-peri yang terbang di atas pohon atau terbang melewati mereka. Seperti Kalen, peri-peri itu menatap Lyon dan teman-temannya dengan takjub. Beberapa peri tertawa cekikikan melihat Naldin, membuatnya sedikit kesal.
"Tampaknya mereka sangat senang," komentar Endar.
"Seperti yang tadi kubilang, kami belum pernah lihat manusia, elf hutan atau dwarf... jadi kami antusias saat melihat kalian," ucap Kalen. "Oh, ya—Nona Yura, banyak undine sepertimu di sungai! Mungkin kau mau bertemu dengan mereka?"
Kedua mata Yura melebar mendengar perkataan Kalen, ia terlihat senang. "Tentu saja, aku akan sangat senang bertemu mereka!" Yura mengangguk antusias. Selama ini ia tidak pernah bertemu undine lain selain ayahnya, karena itu ia ingin bertemu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of Distant Land - Land of the Fairies [ON HOLD]
FantasyAter dan sang naga Arkan sudah dikalahkan. Lyon dan teman-temannya melanjutkan perjalanan mereka menuju Arfeim, benua para peri, serta memulai pelajaran Lyon soal sihir. Namun Eadred mengirimkan empat orang jenderal terkuatnya untuk melanjutkan perb...